Dilema PTM, Momen Saat Pandemi yang Tak Terlupakan

 

dilema-ptm-di-masa-pandemi


Akhir bulan Agustus 2021 kemarin adalah saat-saat tak terlupakan dalam hidup saya. Di saat pandemi saya rasakan masih sangat berisiko bagi kesehatan semua orang, dan di saat saya masih dengan tekun mendampingi anak-anak mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ), tiba-tiba ada pengumuman dari sekolah anak-anak bahwa pembelajaran tatap muka (PTM) bisa dilaksanakan namun dengan beberapa syarat..

Keputusan ini memang sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian besar orangtua murid di sekolah anak-anak saya. Misalnya di kelas anak saya yang kedua, dari polling yang dilakukan di grup WhatsApp kelas, hampir semua orangtua murid menginginkan anak-anak kembali belajar tatap muka sebagaimana sebelum pandemi (offline). 


surat-edaran-tentang-ptm-terbatas


Maka ketika keputusan dari Bupati Sidoarjo mengenai aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 Covid-19 di wilayah Kabupaten Sidoarjo (tempat kami tinggal) keluar, yang diantara isinya mengizinkan PTM terbatas, sebagian besar orangtua murid menyambut dengan gembira keputusan tersebut.  

 

Mengapa Keputusan PTM Terbatas Membuat Saya Tertekan

Tapi, yang terjadi pada saya adalah sebaliknya. Jujur saya belum siap jika anak-anak saya harus mengikuti PTM, meski terbatas. Terbatas di sini maksudnya antara lain jumlah anak per kelas yang boleh masuk dalam sekali jadwal tatap muka adalah maksimal 50% dari jumlah anak sekelas. Misal jumlah satu kelas ada 30 anak, berarti setiap jadwal tatap muka hanya 15 anak yang ikut PTM. Sisanya 15 anak masuk di hari lain, bergantian/bergiliran. 

Mengapa saya belum siap? Karena setahu saya kondisi pandemi ini belum benar-benar aman. Bulan Juli saja banyak sekali kasus kematian karena Covid-19 di Indonesia, termasuk di desa saya. Meski kata para tetangga sebagian besar kematian itu bukan karena corona. Entahlah. Wallahu'alam.

Sementara itu, hal yang membuat keputusan PTM terbatas itu terasa sangat berat saya terima adalah karena sekolah mengharuskan adanya surat pernyataan bermeterai dari orangtua murid. Jadi jika anak-anak ikut PTM terbatas, orangtua murid harus membuat surat pernyataan bermeterai yang isinya mengizinkan anak ikut PTM, dan jika anak sakit karena Covid-19 atau terjadi klaster baru di sekolah, orangtua murid tidak akan menuntut ke sekolah.

Saya bingung dengan syarat dari sekolah itu. Padahal, bukankah bupati telah mengizinkan sekolah untuk melakukan PTM terbatas? Lalu mengapa harus ada surat pernyataan bermeterai yang seolah-olah hanya orangtua muridlah yang menginginkan anaknya ikut PTM? Padahal, saya pribadi sebenarnya tidak menginginkan hal itu. Padahal, guru-guru juga banyak yang pernah menyatakan lebih suka pembelajaran offline. Lalu kenapa orangtua murid yang jadi "korban"?

Sungguh, saya menjadi merasa tertekan akibat keputusan sekolah tersebut. Hingga di pagi hari tanggal 28 Agustus, tangis saya meledak. Sepertinya ini akibat akumulasi dari segala keruwetan pikiran saya selama dua hari sebelumnya. Saya curhat pada suami, kemudian pada dua sahabat lama saya yang kini berprofesi sebagai guru dan dekan. Saya tanyakan masalah saya.


curhat-tentang-ptm


Jawaban mereka hampir sama. Di sekolah-sekolah di daerah mereka tak ada syarat surat pernyataan bermeterai itu. Namun, salah satu sahabat saya mengatakan bahwa kondisi tiap sekolah berbeda, jadi mungkin saja kebijakannya juga jadi berbeda. Sebagai orangtua, sebaiknya saya pasrah pada sekolah, percayakan anak pada para guru. Insyaa Allah nanti sama-sama enak.

Tapii.. mana bisa saya pasrah, sementara saat PTM sebelumnya (di tahun 2020 lalu) saya sering melihat beberapa guru hanya menggantungkan maskernya di dagu mereka 😢


Saya Tak Bisa Egois

Ada banyak alasan mengapa para orangtua murid menginginkan segera diadakan PTM. FYI, lingkungan kami termasuk lingkungan pedesaan. Saya lihat ada banyak perbedaan dalam pola pikir, pendidikan, pekerjaan, hingga soal sinyal internet antara masyarakat pedesaan dengan perkotaan. Hal-hal yang membuat para orangtua murid menginginkan segera diadakannya PTM antara lain sebagai berikut:

  • Kedua orang tua bekerja. Sehingga saat PJJ, anak tak ada pendampingan belajar dari orangtua. Jika anak diberi smartphone untuk PJJ, seringkali anak lepas kontrol, mereka mengakses internet sepuasnya di luar jam PJJ. Namun jika anak tak diberi smartphone, anak baru akan belajar saat orangtuanya pulang bekerja (dalam kondisi capai).
  • Orangtua kurang mampu mendampingi anak belajar. Ada yang akhirnya mencarikan guru les, namun tak jarang akhirnya anak dibiarkan belajar semampunya (kadang tidak mengerjakan tugas).
  • Perangkat belajar online (gawai) yang kurang memadai. Ada yang dalam satu keluarga anaknya lebih dari satu atau dua, sedangkan gawai untuk PJJ hanya ada satu. Ada juga yang gawainya tidak mendukung adanya aplikasi-aplikasi yang diperlukan untuk belajar daring.
  • Kuota internet yang tidak memadai. Kebanyakan orangtua murid di sekolah anak-anak saya mengakses internet dengan paket data. Nah, dengan paket data, kuota internet biasanya sangat terbatas.
  • Kata para orangtua, anak-anak banyak yang bosan belajar di rumah. Akhirnya mereka banyak mainnya dan jarang belajar atau mengerjakan tugas sekolah. 

Contoh kasus-kasus yang terjadi pada teman-teman anak-anak saya seperti di atas membuat saya berpikir, tidak semua orang bisa dengan mudah mengikuti pembelajaran online (PJJ). Saya bersyukur masih diberi banyak kemudahan untuk PJJ. Kami punya Wifi di rumah sehingga bisa lebih leluasa mengakses internet, saya dan suami sama-sama bekerja di rumah sehingga saya masih sanggup menghandle ketiga anak saya untuk PJJ, kami juga merasa cukup punya beberapa gawai untuk mendukung PJJ. Alhamdulillah.

Oh ya, bagaimana kalau pindah sekolah saja agar bisa tetap belajar online dari rumah? Toh, masih ada pilihan untuk sekolah online, karena saat ini sudah mulai muncul beberapa sekolah dengan sistem blended learning yang memadukan PJJ dan PTM dan saat ini lebih banyak belajar online?

Hemm.. ternyata tidak semudah itu jika kami akan pindah sekolah. Anak sulung kami sudah kelas 5 SD, yang kedua kelas 2 SD, tidak mudah jika akan memindah sekolah mereka. Mereka sudah merasa nyaman dengan sekolah dan teman-teman mereka. Kemudian dari pihak suami, beliau juga kurang setuju jika pindah sekolah. Katanya, enggak mudah mengurus kepindahan sekolah, belum lagi urusan biaya.

senangnya-sekolah
Senangnya akan PTM.

It's very complicated 😭 sangat dilematis, dan saya tidak mendapat dukungan dari siapapun, termasuk anak maupun suami.

Jadi, saya enggak bisa egois. Saya harus melihat fakta di sekitar. Ada banyak kesulitan yang dihadapi oleh banyak orang dalam menjalani PJJ.


Keputusan Kami Menghadapi PTM Terbatas

Sudah bisa ditebak, bagaimana akhirnya keputusan saya dalam menghadapi PTM terbatas tersebut. Ya, akhirnya saya harus mengalah. Mendengarkan masukan dari suami, sahabat, keluhan anak-anak, juga bertawakal kepada Allah Yang Maha Mengatur, maka akhirnya saya mengizinkan ketiga anak saya untuk mengikuti PTM terbatas. Sudah pasti masih ada rasa khawatir dalam diri saya, namun saya selalu berpesan pada anak-anak agar menjaga prokes di sekolah.

"Jangan buka masker di sekolah, ya."
"Jangan dekat-dekat sama teman-teman, ya."

Beberapa pesan itu mengalir dari saya setiap hari. Dan alhamdulillah sekarang saya lihat para guru di sekolah anak-anak juga lebih hati-hati, mereka lebih taat prokes.

ptm-terbatas-di-sd-dan-tk


Renungan di Masa Pandemi dan Cara Saya Menghibur Diri

Selama pandemi Covid-19, kita selalu dianjurkan untuk berada di rumah saja jika tidak ada sesuatu yang urgent. Ya, mungkin sebagian dari kita mampu sepenuhnya melakukan hal itu, selalu di rumah saja setiap hari. Tapi tidak bagi sebagian yang lain. Ada pekerja esensial dan kritikal yang harus bekerja di kantor (WFO), ada pedagang kecil yang harus mencari nafkah di luar rumah, dan lain-lain.

Mungkin kita bisa tetap bertahan di rumah saja, namun jangan sampai melukai pihak-pihak lain yang tidak mampu jika harus selalu stay at home. Hargai keputusan mereka, selama mereka masih bisa menegakkan protokol kesehatan selama pandemi ini.

Pun jika kita memang terpaksa ke luar rumah di masa pandemi, tegakkan prokes semaksimal mungkin. Paling tidak 5M harus kita jalankan, yaitu mencuci tangan sesering mungkin, menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilisasi.

Baca juga: Prokes Ekstra 2021: Pakai Double Masker, Yuk!


Lalu, jika pikiran sedang tertekan atau sedang kacau di masa pandemi seperti yang pernah saya alami di atas, hal apa yang bisa menenangkannya? Selain mengadu atau curhat sepuasnya pada Allah Yang Maha Mendengar, kita bisa melakukan hal-hal yang disukai untuk menetralisir pikiran. Salah satu hal yang saya lakukan tempo hari adalah dengan berbelanja barang-barang yang disukai.

Namun, salah satu kebahagiaan saya adalah jika bisa memberikan apa-apa yang disukai anak-anak saya. Jadi, saya berbelanja untuk keperluan anak-anak saja. Karena saat ini anak-anak sedang suka membaca buku-buku komik, maka saya pun membelikannya. Buku-buku itu juga bermanfaat untuk mengimbangi kepenatan belajar dan mengurangi screening time mereka. 


Shopee Membantu Saya Menghibur Diri

Saya membelikan buku anak-anak itu melalui Shopee, salah satu situs belanja online yang banyak disukai masyarakat. Saya suka berbelanja online via aplikasi Shopee yang super gampang, cepat, dan aman. Dan satu lagi, kalau belanja via aplikasi Shopee tuh banyak banget keuntungannya.


komik-the-guardians-of-the-earth


Seperti saat saya membeli buku Q - Comic The Guardians Of The Earth karya Myodauz dan Felixsiauw, sudahlah bukunya didiskon, gratis ongkos kirim, pengirimannya cepat pula. Memuaskan sekali. Ditambah si sulung senang sekali mendapat buku itu. Wah, saya makin bahagia. Maka saya pun kembali membelikan buku-buku komik untuk kedua adiknya (ya, mereka tentu saja mupeng melihat kakaknya dibelikan komik 😄) via Shopee juga.


buku-komik-anak-islam

belanja-buku-di-shopee


Oh ya, selain belanja buku, saya juga mengikuti Kontes Blog Shopee #NgeBlogDariRumah untuk menghibur diri (yang artikelnya sedang teman-teman baca ini 😃). Yesss.. dengan mengikuti kontes blog ini, saya bisa curhat sepuasnya mengenai segala kegundahan yang pernah saya rasakan. Rasanya lega, dan siapa tahu bisa menjadi salah satu pemenangnya (ternyata saya enggak menang, temans.. haha.. tapi no problemo, saya gak akan menghapus postingan ini 🤗).

Demikianlah temans tulisan saya mengenai dilema PTM (pembelajaran tatap muka) sebagai momen saat pandemi yang tak terlupakan. Semoga ada manfaat yang bisa dipetik dari tulisan ini. Dan semoga kita semua selalu terjaga kesehatannya, ya. Aamiin 😊.



33 comments

  1. wahhhhhhhhh kok sampai pakai surat bermaterai gitu ya? di sini kebetulan yang sekolah udah SMK, rasanya enggak diminta surat penyataan seperti itu. Dan yang bikin agak tenang dg PTM, sekolahnya juga terlihat bgt ati2 untuk mulai PTM-nya. Nyatanya dalam satu bulan ini aja baru 2 kali masuk sekolah.
    Hiburannya Mbak Deka baca komik rupanya yaaaaaaaaa. Untung ada Shopee ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah dalam sebulan baru dua kali ya PTM nya. Bagus tuh. Tapi mungkin kalau anak SMK udah lebih bisa belajar sendiri ya.. kecuali kalau praktik lapangan, mestinya ya kudu ke sekolah.

      Delete
  2. Akhirnya memang harus saling mengalah, supaya semuanya terlindungi dan tetap sehat. Disini juga anak sekolah bergantian dan harus persetujuan orang tua. Mereka bisa menolak sekolah tatap muka.
    Untungnya bisa memanjakan diri di shopee yaaaa... mantap deh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, yang bisa mengalah yah mengalah dulu. Yang penting jaga diri sendiri dan keluarga dulu, taati prokes semaksimal mungkin :)

      Delete
  3. PJJ emang gak mudah sih ya? Guru2 jg gak pernah dididik buat ngajar secara daring, sejak sekolah ya emang diajarinnya buat mengajar luring ketemu anak2. Trus problem lainnya kemampuan satu sekolah dengan sekolah lain beda, makanya akhirnya kmrn aku mindahin anak tp gak ke sekolah konven dulu melainkan ke sekolah yg emang lahirnya pas pandemi hehe.
    Yg penting saat memutuskan PTM kudu bener2 dipastikan prokesnya, trus jangan sungkan menegur guru dan ortu yang keihatan mbeler males maskeran dan meremehkan virus :D

    ReplyDelete
  4. Memang hidup ini penuh dilema ya Mba
    Banyak pilihan A, B, C tapi yo mbingungi
    Eniwei, semogaaaa anak2 bisa belajar, bermain, bergaul, dgn riang gembira.
    aku mau cuss ke Shopee juga ahhh

    ReplyDelete
  5. Memang jadi bahan pikiran ya Mbak, apalagi jika anak2 masih usia di bawah 12 tahun (belum bisa vaksin) dan sulit untuk diminta prokes yang ketat sementara sekolahnya belum tentu bisa menjaga semua anak prokesnya ketat. Sama, di beberapa tempat ada yang disuruh tanda tangan bermaterai itu. Bikin dilema.

    ReplyDelete
  6. Memang benar-benar dilema. Saya yakin dan percaya kalau setiap orangtua pasti punya pertimbangan khusus untuk memutuskan PTM atau tidak ke anak

    ReplyDelete
  7. PAs banget artikelnya dengan yang aku rasain sekarang, kak.
    Jadi, dari sekolah diberi surat keterangan bahwa mengijinkan anak-anak untuk PTM tetapi bila terjadi sesuatu pada anak-anak, maka bukan tanggung jawab sekolah.

    Why oh why kata-kata nya meski begitu yaa..?

    Stresfull juga nih..mau melepas anak PTM.
    Semoga senantiasa diberi perlindungan oleh Allah selalu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akhirnya kami memutuskan untuk mengijinkan anak-anak masuk PTM, kak DK.
      Dengan pertimbangan bahwa sekelasnya hanya 3 siswa dan kelasnya anakku termasuk kelas besar. Sehingga meski di ruang tertutup tapi semoga prokes tetap dijalankan dengan baik.

      Bismillah,
      Semoga senantiasa dilindungi Allah dalam tholabul 'ilmi.

      Delete
  8. Iya mbak, PTM ini memang jadinya dilema buat orang tua ya. Setiap.keluarga tentu punya masalahnya masing masing selama mendampingi anak PJJ. Saya sendiri belum mengijinkan anak anak PTM karena ada 2 anak yang belum vaksin. Ikhtiar ini untuk preventif. Selagi PTM terbatas, sekolah tidak bisa memaksakan anak belajar di sekolah selama tidak ada ijin ortu.btw samaan mbak, saya juga jadi keranjingan belanja di shoppee. Sebab Mayan juga buat emak emak mager kayak saya. Belanja dari rumah. Lebih hemat dan aman

    ReplyDelete
  9. Saya juga merasakan dilemanya mba, karna yah betul pandemi belum aman seratus persen lantas udah keluar kebijakan ptm tp bgmnapun hrus ikutin sistem yang ada

    ReplyDelete
  10. Huhu iya banget, PTM bikin dilemma ya. Aku juga, antara gak ridho lepasin anak sekolah, karena takut terpapar, tapinya ya gak bisa egois. Mereka harus adaptasi biar kuat, dan memang harus sudah saatnya juga mereka belajar PTM. Untung ya hiburannya bisa shopping di Shopee :D

    ReplyDelete
  11. Semoga disehatkan terus ya anak-anak yang udah mulai sekolah tatap muka. Insya Allah sekolahnya disiplin menerapkan prokes. Anak2ku malah ga boleh makan di sekolah.

    ReplyDelete
  12. Satu amunisi yang harus diingat sebagai persiapan PTM adalah tetap tenang, ya. Tiap orang punya pertimbangan sendiri tentang apa yang terbaik. Tinggal bagaimana kita menjalani dengan tenang, ya

    ReplyDelete
  13. Wah baca shopee jd keinget ada barang yang ingin ku beli nih mbak. Apalagi sebentar lagi 10.10 walau aku tu gak tau gmn caranya dapatin barang sale wkwkwk
    Semoga nanti barang yang aku incar ada diskonan #ngarep

    ReplyDelete
  14. Bener tuh Mbak. Aku tiap mendampingi anak belajar sepulang dari nguli di luar itu udah capek. Rasanya uring-uringan tiap anak susah menerima pelajaran. Solusi buat para orang tua yang kerja adalah memanggil guru les private buat menggantikan pelajaran PJJ.

    ReplyDelete
  15. Bismillah semua baik-baik saja ya Mba, Allah jaga Anak-anak kita (Dan kitanya juga) supaya senantiasa sehat dan kuat. Amiiiin.
    Anakku juga baru kulepas untuk PTM Terbatas, Insya Allah dengan semua persiapan dari pihak sekolah dan Orangtua (karena sebelumnya selama kurang lebih satu bulan kami bersama2 memastikan persiapan yang terbaik sebelum PTM dimulai), Anak-anak akan nyaman dan aman. Selanjutnya diserahkan ke Sang Khalik, do'a tiada putus karena kita pun sudah berikhtiar. Semangat Mbaaa, semangat Para Ibu dimanapuuun!

    ReplyDelete
  16. di sekolah anakku ga memaksa mba, yang mau PTM silhakan yang mau online mangga memang sama aku juga menandatangani yang bermaterai karena memang syaratnya begitu mba hehhe...semoga sehat semuanya selalu

    ReplyDelete
  17. Iya, anakku yang TK baru saja PTM terbatas
    memang saat pandemi ini kewarasan ibu sedang diuji ya mbak,
    Aku pas pandemi klo bete ya tinggal belanja di shopee

    ReplyDelete
  18. Setahuku PTM atau lanjut PJJ kembali ke orang tua masing-masing. Tetanggaku gitu, mbak. Sekolahnya udah boleh PTM 1x seminggu tapi bapaknya ga kasih izin jadi si anak lanjut PJJ.

    Bismillah, Mbak. Semoga keluarga dilindungi Allah.

    Btw, komiknya Felix Siauw itu tentang apa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Memang kembali ke ortu masing-masing. Tapi di kelas anakku hanya aku yg gak setuju PTM, huhuhu. Sebenernya awalnya tulisan ini ada 2000 kata lebih, lebih lengkap. Tapi karena ikut lomba dan dibatasi sampai 1500 kata aja, jadi aku mangkas 500-an kata, huhuhu..

      Itu komiknya tentang petualangan menjaga bumi/lingkungan gitu. Komik islami, jadi ya ada sisipan ilmu fiqih, adab Islam, dll :)

      Delete
  19. Menghibur diri dengan membaca akan menambah wawasan dan mengenal dunia luar bagi sang anak .

    ReplyDelete
  20. Memang keputusan itu kadang membuat kita dilema mbak, tapi semoga aja dgn adanya keputusan ini dpt mengdatangkn hal yg baik utk generasi bangsa ini

    ReplyDelete
  21. Asik banget ini mak kalo ada uang, rebahan di rumah, ngeblog dari rumah belanja belanja yah. Terima kasih atas ceritanya nih

    ReplyDelete
  22. Dilema banget memang yah huhuhu, tapi ada banyak cerita jadinya ya yang akan menajdi kenangan tak terlupakan kelak.

    ReplyDelete
  23. Moga PTM terbatasnya berjalan lancar, kasus ngga meningkat lagi.
    Saya pun sebenernya masih ragu melepas anak PTM, selama si anak belum vaksin. Resikonya tinggi, tapi mau gimana lagi kalau sudah ada intruksi dan izin dari Walikota.
    Buat anak TK mending, mereka di rumah aja lah. Belum rela masukin ke sekolah.

    Belanja di Shoppee emang hiburan banget, apalagi pas dapet promo 10.10 😍

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah, PTM di sekolah anakku udah berjalan sebulan. Awalnya seminggu sekali, sejam, dan 10 orang per kelas. Sekarang udah seminggu 2 Kali, 2 jam, dan 20 orang. So far, aman dan lancar. Tapi terus diawasi dengan ketat. Semoga deh semua lancar dan aman terus. Di semua tempat. Aamiin.

    ReplyDelete
  25. Memang dilematis sih mba. Di satu sisi, anak pun kayaknya udah pengin banget masuk sekolah dan bertemu teman-temannya. Ibunya nih yang kenceng ngasih pesan untuk tidak buka masker dan hati-hati di sekolah.

    ReplyDelete
  26. ya gimana ya mba kerasa banget emang pjj ini sama pemahaman anak bedaaaaaaaa jauh banget. sedbenarnya aku pun gaalau tapi menyambut senang soale ya gitu anak jadi bener paham pelajarannya dia
    karena pas kuliat selama pjj ya gitu wes. mugo2 pada sehat dan aman semua ya mak

    ReplyDelete
  27. Bener Mbak
    PTM ini dilema banget
    Tapi untunglah anaknya mau PTM atau PJJ sama sama siap
    Dan sebagai ibunya sangat terbantu dengan Shopee

    ReplyDelete
  28. Sama mbak, anak ku yang pertama juga sudah lama PTM. dan syaratnya orang tua harus menandatangani surat pernyataan dan bermatrai. Katanya sih aturan dari sananya begitu. AKu cuma lebih ekstra aja mbak, pakein face shield, masker , handsanitizer dan selalu ingatkan untuk menjaga jarak dan mencuci tangan. ALhamdulillah sekolahnya sarana cuci tangannya banyak

    ReplyDelete
  29. Wahahahahaaa ku juga merasakan dilema PTM. Tapi pada akhirnya ttp mengizinkan anak anak ikut PTM, karena insyaaAllah niat baik untuk menuntut ilmu juga akan diberikan kemudahan dalam menjalankannya yaaa.. Aamiin

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.