Kebiasaan Bernapas Melalui Mulut




Suatu hari di grup chat WhatsApp (WA), saya dan teman-teman sedang ngobrol soal kereta api. Mulanya ada teman yang cerita akan traveling ke suatu daerah dan ingin naik kereta api. Kemudian tanya-tanya tentang jurusan kereta api, fasilitasnya, dan lain-lain hingga sampailah soal fasilitas kamar mandi di kereta. Ada yang bilang bersih, tapi ada juga yang bilang sebaliknya; kotor dan bau!

Sebagai orang yang suka naik kereta api, saya juga ikutan nimbrung, dong. Tapi saya bilang, saya enggak tahu, ya, kamar mandi di kereta itu bau atau enggak. Cuma, alhamdulillah selama ini selalu ketemu yang bersih saja, sih. Lho, trus, kenapa enggak tahu bau atau enggak? Karena memang, saya kalau ke kamar mandi yang masih asing (baru saya temui), saya bernapasnya pakai mulut, bukan hidung! Karena saya berjaga-jaga, saya enggak mau mencium bau yang enggak enak. Hehe.
(FYI, kata yang baku napas, ya, bukan nafas 😊).

Hah?
Teman-teman banyak yang heran, lah. Kok, bisa? Iya, entah sejak kapan saya lupa, jika mulai mencium bau-bau enggak enak saya otomatis bernapas menggunakan mulut (enggak perlu ditutup pakai tangan, ya). Seperti misalnya sedang melewati tempat sampah, sedang BAB, sedang menceboki anak, dan lain-lain. Atau yang paling sering jika bertemu dengan kamar mandi yang masih asing, mulut saya auto bekerja menggantikan hidung. Hehe. Jadi bau-bau aneh dan enggak sedap itu enggak tercium lagi. Saya betah melakukannya hingga bermenit-menit bahkan setengah jam-an.

Kata salah satu teman, wah, hebat ya, punya kelebihan tersendiri. Hahaha. Yap, soalnya enggak semua orang bisa melakukannya.

Ada cerita lain, nih. Suatu ketika kami sekeluarga mampir ke rumah salah satu kerabat. Baru sekali itu kami ke sana. Dan ternyata, kamar mandinya jorok banget. Semua dinding dan bak mandi berlumut, demikian juga gayungnya. Duh, enggak usah dibayangin, ya. Tapi naasnya saat itu sore hari, dan anak-anak pengen mandi. Enggak ada tempat lain. Mau ke masjid juga jauh. Huwaa... Terpaksa saya mandiin dua anak di sana (yang sulung enggak mau karena udah tau jorok). Trus waktu perjalanan pulang, semua cerita tentang kamar mandi itu.

"Ya Allah.. bau banget tadiii!"
"Diah tadi betah mandiin Fahima dan Zia?" tanya ibu.
"Ya, dibetah-betahin, lah. Tapi aku kan gak tau baunya kayak apa. Cuma jijik liat tempatnya."
"Oiya ya. Kamu kan bisa napas pake mulut, ya."

Dan masih banyak lagi cerita serupa. Tentang kebiasaan saya bernapas melalui mulut pada saat-saat tertentu (yang dibutuhkan).

Baca juga: Apa yang Dilakukan Ketika Anak Muntah dan Pusing.


Bernafas Melalui Mulut, Baik atau Buruk?

Saya enggak puas dibilang punya kelebihan gara-gara bernapas melalui mulut. Soalnya saya juga enggak tahu, sebenarnya kebiasaan itu baik atau buruk? Kemudian karena penasaran (setelah sekian lamanya melakukannya baru penasaran sekarang, hahaha..), jadilah saya Googling, browsing cari tahu tentang hal itu. Dan... Taraaa...!!

Ternyata hampir semua artikel yang saya temukan menyatakan bahwa kebiasaan bernapas melalui mulut itu enggak baik! Yah... Sedih.
Eitss... Tapi tunggu dulu.
Sebentar saya ambilkan beberapa kalimat dari situs https://m.detik.com/health, ya.
Jadi, pernapasan mulut itu terjadi saat kita menghirup dan menghembuskan napas melalui mulut dan bukan melalui hidung. Hal ini lebih umum terjadi pada orang di malam hari, saat mereka tidur. Tapi ada beberapa orang yang telah terbiasa bernapas melalui mulut pada siang hari.

Penyebab umum dari pernapasan melalui mulut antara lain karena alergi, kelainan anatomi seperti pembesaran amandel dan kelenjar gondok, penyumbatan pada sinus atau hidung dari polip, menyimpangnya septum atau infeksi. Kalau yang terjadi di malam hari, biasanya hal ini terkait dengan gejala apnea.

Sampai di sini, penyebab kebiasaan bernapas melalui mulut yang terjadi pada saya enggak ada dalam daftar penyebab di atas. Saya melakukannya bukan karena saya punya penyakit tertentu sebelumnya. Tapi karena kesengajaan, semata-mata agar enggak mencium bau-bau yang enggak enak/menyenangkan. Dan mengenai efeknya, sampai saat ini alhamdulillah enggak ada efek apa-apa yang saya rasakan, sih.

Baca juga: Persalinan Normal Setelah SC, Bisakah?


Pakai masker mungkin lebih aman?

Masih menurut artikel kesehatan di detik.com dan artikel-artikel sejenis yang saya baca, pernapasan melalui mulut sebenarnya enggak berbahaya. Menjadi berbahaya jika kebiasaan tersebut telah kronis. Artinya pernapasan yang digunakan lebih dominan melalui mulut daripada melalui hidung. Hal yang seperti itu akan memiliki efek negatif, seperti mengeringkan rongga mulut, menyebabkan bau mulut, gusi menjadi sakit, gigi rusak, menyebabkan kelelahan, atau stress pada jantung dan paru-paru.

Mengapa efeknya menjadi demikian negatif? Karena ketika kita bernapas melalui hidung, udara akan melewati selaput lendir dan sinus, yang akan menghasilkan oksida nitrat untuk membantu fungsi otot polos tubuh pada jantung dan pembuluh darah. Sehingga udara yang masuk ke dalam tubuh disaring dulu di dalam hidung. Berbeda jika bernapasnya melalui mulut, proses penyaringan itu enggak ada, sehingga bisa jadi partikel-partikel kotor masuk begitu saja ke dalam tubuh. Selain itu oksigen yang masuk juga tidak bisa terhirup secara sempurna.

So, bisa dibayangkan akibat buruknya jika kebiasaan bernapas melalui mulut dilakukan secara terus-menerus. Tentu itu enggak baik. Nah, kalau buat saya sendiri, yang hanya pada saat-saat tertentu saja bernapas melalui mulut, mungkin lebih baik menggunakan masker, ya, jika sedang melakukannya. Agar kotoran-kotoran di udara yang terhirup enggak langsung masuk ke mulut melainkan disaring dulu dengan masker. Hehe.


Memang, Allah subhanahu wa ta'ala sudah menciptakan hidung dengan fungsinya untuk bernapas. Sudah pasti diciptakan sedemikian rupa untuk kebaikan manusia. Jadi sudah seharusnya indera pencium itu kita gunakan sebagaimana mestinya. Kecuali, jika ada hal-hal darurat yang menyebabkan fungsinya terganggu, bernapas menggunakan mulut mungkin menjadi solusinya.
Teman-teman ada yang biasa bernapas melalui mulut juga? Share, dong, ceritanya 🤗


Referensi:
https://m.detik.com/health/berita-detikhealth/d-1930020/dampak-yang-timbul-jika-bernapas-melalui-mulut


3 comments

  1. benapas dengan mulut.
    membuat saya ingat pertanyaan waktu sd
    "ikan bernapas dengan apa?"
    ada yang menjawab: dengan mulut
    dan satu kelas ketawa.

    bernapas dengan mulut mungkin saya lakukan saat tidur mbak.
    karena banyak yang bersaksi klo saya tidur itu mendengkur.

    ada hubungannya gak ya? wkwkwk
    n_n

    ReplyDelete
  2. sebenernya akupun kalo ngelewatin tempat yg bau ato jorok, otomatis aja bernapas lwt mulut, krn kalo dr idung udh pasti kecium baunya :D. tp begitu ga melewati tempatnya lg, lgs balik lwt hidung lg :D.

    biar gmn napas dr mulut ga enak sih. krn lgs gampang batuk di aku. trus berasa banget mulut jd kering td

    ReplyDelete
  3. kalau saya,misal melewati sampah atau area kotor. bernapas lewat mulut itu percuma HIHIHI..

    Karena saya merasa seperti tetap merasakan baunya, sensasinya jadi seperti makan kotoran :)) jalan keluarnya hanyalah menahan napas seperti orang mau menyelam..

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.