Mengenalkan Bulan Ramadan pada Anak, Hindari Cara Negatif


Alhamdulillah, bersyukur banget bahwa di bulan Ramadan tahun 1439 H ini, kami sekeluarga masih bisa menjalaninya bersama-sama. Saya, suami, si sulung, dan bapak serta ibu berpuasa Ramadan. Sedangkan anak kedua, ketiga dan keempat masih belum ikut berpuasa karena masih imut-imut semua. Hihihi.



Ngomongin Ramadan dan anak, selalu menarik ya sepertinya. Makanya ini jadi salah satu tema obrolan antara saya dan mbak Julia Amrih (pemilik blog di www.sepradik.com) di program kolaborasi blogging kami. Yap, selama bulan Ramadan ini kami berdua pengin nulis bareng beberapa tema terkait bulan mulia itu. Nah, mengenalkan bulan Ramadan pada anak jadi bahasan pertama 😊.

Postingan mbak Julia: Mengenalkan Bulan Ramadan pada Anak, yang Penting Mereka Merasakan Semangat Ramadan.

Well, si sulung saya saat ini duduk di kelas satu Sekolah Dasar (kelas 1 SD). Sebenarnya dia sudah mulai ikut berpuasa sejak masih di PAUD/Play Group, tapi sampai sekarang dia masih belum kuat untuk berpuasa sehari penuh. Yah, masih sampai Dhuhur atau paling lama sampai Ashar. Saya sudah berusaha mengikuti beberapa tips dari hasil membaca dan pengalaman teman-teman, tapi belum berhasil juga membujuk si sulung untuk dapat berpuasa sehari penuh.

Penyebab utamanya (mungkin) karena melihat adik-adiknya makan di siang hari. Apalagi si nomer dua, suka ngemil dan kalau makan malah ngajak-ngajak kakaknya. Sudah saya beri pengertian agar tidak makan di depan kakaknya atau bahkan mengajak, eh, enggak didengerin 😔. 

Begitulah, si sulung sebenarnya sudah sedikit tahu dan paham tentang bulan Ramadan dan ibadah puasa di bulan ini. Sedangkan si nomer dua yang berusia 4 tahun baru tahap tahu, bahwa sekarang ini adalah bulan Ramadan, dan kita umat Islam diwajibkan berpuasa. Lain lagi dengan si nomer 3, dia tahunya seru yaaa buka puasa bersama di rumah. Haha. Dan si nomer 4, kayaknya belum paham apapun, deh, tentang Ramadan. Hihihi. Ini kok malah ngelantur, yak ðŸ˜„.


Hindari Cara Negatif
Selain masih sulit membujuk si sulung untuk berpuasa sehari penuh, pe-er lain buat saya adalah mengajaknya sahur. Memang, sih, kadang gampang bangunnya. Tapi yang sering, ya, dibangunkan setengah jam baru, deh, mau bangun dan menyantap menu sahur. Hehe. Saya dan suami sepakat untuk tidak memaksanya bangun jika dia benar-benar tak mau bangun. Pernah kemarin dia bangun sesudah azan Shubuh, ya sudah, saya biarkan dia sahur saat itu juga. 

Bagi kami, toh, ini baru tahap belajar buat dia berpuasa. Dan sependek pengetahuan kami, di usianya yang ketujuh tahun+ ini adalah masa peralihan dari fase "jadi raja" ke fase "jadi pembantu" atau bisa dididik/diajarkan secara lebih tegas tentang syariat (Islam). Tapi enggak bisa langsung dikerasi, melainkan harus pelan-pelan.
Imam Shadiq as mengatakan, "Bebaskan anakmu untuk bermain ketika usianya 7 tahun kemudian didiklah dan ajarkan akhlak yang baik selama 7 tahun dan bimbinglah ia selama 7 tahun. Jika ia menjadi anak yang saleh maka itu keberuntungan untukmu kalau tidak maka lepaskanlah anak itu!"


Baca Juz Amma di rumah. Baju muslimnya mana, Kakakkk? :).


Saya sempat khawatir kalau bapak saya (kakeknya anak-anak) akan membangunkan si sulung dengan keras saat sahur. Karena saya sempat denger percakapan bapak dengan si sulung, pokoknya tiap hari harus sahur! Begitu kata bapak. Dan bapak itu orangnya keras. Tapi alhamdulillah hingga hari ini bapak tak pernah memaksa bangun si sulung saya (ya karena kamar tidurnya juga berbeda, sih).

Begitu juga saat waktu shalat tiba, terutama saat hendak shalat Isya' dan Tarawih, serta shalat Shubuh. Saya menyuruhnya bersiap-siap ke masjid secara perlahan, enggak bernada menekan. Bagi saya dan suami, yang penting anak senang ke masjid dulu. Jangan sampai mereka pergi ke masjid dengan terpaksa. 

Begitu pun dengan adiknya. Kemarin pernah, saat akan shalat Tarawih ke masjid kondisinya sudah ngantuk berat. Saya suruh di rumah saja enggak mau. Dan benar saja, baru di tengah jalan saat berangkat, dia sudah tertidur. Ya, biarlah. Lebih baik anak senang ke masjid daripada marah-marah gara-gara dilarang ikut ke masjid. Hehe. Dibilangin pelan-pelan insya Allah lama-lama juga akan paham, kan?

Baca juga: Tips Mengisi Ramadhan yang Seru untuk Anak Usia Balita Hingga SD.

Nah, dengan demikian meskipun si sulung belum bisa puasa penuh, dan si nomer dua belum mau ikut berpuasa sama sekali, saya dan suami sebagai orangtuanya melakukan hal-hal ini pada anak-anak dalam mengenalkan dan mengakrabkan bulan Ramadan:

Tetap memberi pujian. Ya, meskipun ibadah puasa si sulung masih jauh banget dari kata sempurna, tapi saya tetap memberinya pujian. Saat dia selesai sahur, saat melaksanakan shalat 5 waktu plus shalat Tarawih tanpa bolong, saat mau bantu-bantu pekerjaan rumah, dan lain-lain. Saya kasih pujian untuk apa-apa yang dikerjakannya dengan baik.

Kasih motivasi. Saya dan suami kadang menceritakan cerita kami saat masih kecil dulu, saat buka puasa dan sahur seadanya tapi kami mau puasa. Atau, menceritakan kisah-kisah sahabat Nabi yang tetap berpuasa meski dalam kondisi sulit. Itu semua buat memotivasi dia agar mau lebih meningkatkan "prestasi" puasanya.


Kasih challenge and reward. Sederhana saja, sih. Kami kasih challenge dia kalau bisa puasa full sehari akan dapet hadiah. Tapi sayangnya ini belum mempan. Huhuhu. Masih kalah sama rasa lapernya.

Dan, mengenalkan anak-anak pada bulan Ramadan bagi kami  harus menghindari cara-cara negatif. So, kami enggak boleh:
Memaksa. Seperti yang sudah saya singgung di atas, kami enggak mau pakai cara paksaan. Karena segala yang dilakukan dengan terpaksa hasilnya biasanya enggak baik. Dan kami enggak mau itu terjadi. Mungkin saat ini anak bisa nurut, tapi nanti? Semakin dewasa tentu dia akan punya pemikiran-pemikiran sendiri, karena pengaruh dari berbagai lingkungan. Dia bisa berontak dari aturan-aturan kita yang selama ini dianggapnya mengekang. Duh, jangan, deh.


Menakut-nakuti. Kami hati-hati banget untuk tidak menakut-nakuti si sulung saat dia belum bisa berpuasa full sehari, atau absen tidak mengaji, misalnya. Contohnya bilang: "Nanti Umi bilangin ke ustadzah, lho, kalau enggak ngaji! Hemm.. kalau gak puasa full, ntar biar dikasih nilai jelek sama ustadzah!"Kami ingin anak-anak ikhlas dalam beribadah. Bukan karena takut atau mengharap pujian.


Ini semua adalah proses. Proses membentuk anak-anak.menjadi orang-orang yang shalih dan shalihah. Sebagai orangtua yang minim ilmu, kami hanya bisa berusaha sebisa kami, semampu kami. Dengan membaca, mendengarkan kajian-kajian, melihat dari pengalaman-pengalaman orang lain, dan sebagainya. Kami juga terbantu dari pihak sekolah si sulung, yang memberikan buku kecil berjudul "Kartu P
eningkatan Ibadah (KPI)". Dengan buku itu, aktivitas/ibadah anak selama Ramadan bisa termonitor. Semoga usaha kami ini tidak sia-sia. Aamiin.

Bagaimana dengan teman-teman? Boleh, dong, berbagi cerita atau mungkin masukan terkait dengan mengenalkan bulan Ramadan pada anak? Oh iya, selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan, ya, buat semua teman muslim ðŸ˜Š.



18 comments

  1. makasih sharingnya mba, jd diingkatkan, saya jg ga setuju menakut2i anak. sy ingin mereka menjalankan agama karena emang mereka cinta sama agamanya

    ReplyDelete
  2. kalau saya sendiri, keberulan adik saya yg paling kecil udah kelas 1 SD, di hari pertama dia batal puasa. tapi hari-hari selanjutnya dia full seharian.

    tiap ngomong “pengen makan” saya bilangin “gak boleh ngomong kayak gitu” terus saya ajak main biar lupa sama laparnya. haha

    ReplyDelete
  3. Siapa tahu tahun ini berhasil puasa full ya kan.. Yang penting tugas kita tetep mengajarkan puasa yang benar ya.. Dan semangatnya itu. Saya uda pernah share pengalaman di blog saya waktu qori pertama kali puasa full 3 tahun lalu, barangkali bisa nambah2 ide buat ngajarin si sulung ya

    ReplyDelete
  4. Bisa jadi pembelajaran buat aku nanti kalau sudah punya anak. Noted duli ya. Makasih infonya mbak.

    ReplyDelete
  5. Jadi inget masa kecil, buka puasanya jam 12 hihi lupa itu kelas berapa atau umur berapa, dan aku diajarin juga biar nggak makan di depan orang puasa sih. Ah iya, yang penting pas bangun jangan dikagetin, itu bener2 nggak nyaman sih hihi

    ReplyDelete
  6. Y ampun aku juga masih bingung soal ini. Yang besar maunya puasa kalau adik puasa. Padahal yang besar 6tahun, adik 2 tahun. Gimana ini:(

    ReplyDelete
  7. Iya, saya setuju di poin tidak memaksa anak untuk puasa. Karena ya dalam hal apapun, kita yang udah dewasa aja nggak suka dipaksa, apalagi anak-anak ya kan.

    Semoga si sulung taun ini bisa dapet rekor baru ya mbak, bisa puasa full. Tanpa paksaan dan perasaan takut tentunya :)

    ReplyDelete
  8. Anak sy msh blm bs full puasa. Tp insya Allah sdh ngerti dg konsep puasa. Sahur pun kdg sy bangunin pas udh subuh. Soalnya kasian jg malamny dy cape teraweh. Walau teraweh sunah tp dy hoby dgr imam sholat di mesjid jd tidurnya kecapean. Hihi. Aku sih santai aj jg bun, g maksa yg pntg konsep iman yg hrs bnr2 masuk. Kalau rukun Islam br 3 yg bnr2 bs diaplikasikan..:)

    ReplyDelete
  9. makasih sharingnya. kalau di keluarga saya juga sudah dikenalkan puasa sejak masih usia 4-5 tahun. semoga nanti saya juga bisa mengenalkan puasa dengan menyenangkan pada anak nanti

    ReplyDelete
  10. Semangat ya Mas, bisa puasa sampai magrib :)
    Memang harus dengan cara menyenangkan ya Mba' :)
    Habis ini lanjut apa lagi ya?

    ReplyDelete
  11. Luar biasa ulasannya Mbak, meskipun tipnya itu tidak terlalu banyak, tapi itu tepat sasaran untuk memperkenalkan anak dengan Ramadhan.

    ReplyDelete
  12. Dulu, waktu aku puasa full, ayahku pernah janji mau ngasih hadiah. Kebetulan jujur aku pertama kali puasa full itu ya pas kelas 5 SD. Dulunya sering bolong-bolong, ya entah itu karena tidak kuat atau ada halangan (baca : sakit).

    Sampai sekarang, entahlah apakah bapakku masih ingat itu. Tapi, yang jelas, tentu saja akan lebih baik jika beramal itu secara ikhlas, toh.

    ReplyDelete
  13. Di keluarga kami, metode challenge dan reward yang paling berhasil untuk mengajak anak2 puasa. Kalau tunai satu bulan penuh biasanya dapat uang lebaran banyak atau barang yg diinginkan.

    ReplyDelete
  14. Makasih sharngnya mba Deka, saya pun tidak memaksa anak saya puasa, walaupun sepupunya sudah puasa setengah hari, saya kenalkan dengna puasa, bangun unuk sahur, buka puasa, shalat taraweh di masjid

    ReplyDelete
  15. anak sy baru 6 thn
    sudah diajak puasa
    tp dia bilang takut lapar
    jd blm dipaksa
    cuma sy kasi waktu sampe jam 10 dulu..lalu jam 12
    moga nti dah SD bisa full

    ReplyDelete
  16. iya sih, anak nggak bisa dikerasi

    Pengalaman dari Ibuku, aku nih ternyata baru menyanggupi puasa magrib ketika kelas 5 sd, hahaha. Ternyata bukannya nggak kuat puasa penuh, hanya saja Ibu selalu mengijinkan ketika aku meminta berbuka siang hari, dan Ibu nggak pernah melarang. Lalu liat teman-teman kok kuat puasa penuh, akhirnya aku puasa penuh, lalu kaget, kok puasa penuh gampang banget yaaa, hahahah, harusnya dari dulu aku puasa penuh

    kalau adekku, entah bagaimana, adekku menyanggupi untuk puasa penuh sejak sd kelas 1. ya mungkin karena motivasi dari gurunya masuk banget kali ya. Ibu sama AYah sih khawatir. Kalau udah sore dan keliatan lemeeees banget, adek diajak keliling kota, lalu pulang-pulang pasti bawa mercon. hahaha. nggak papa, yang penting adek seneng.
    lalu, kebiasaan beli mercon itu berlangsung sampai adek kelas 5 sd, hehe. sekarang sih Adek udah SMA

    ReplyDelete
  17. Mengajarkan berpuasa kepada anak, memang harus dengan cara yang menyenangkan ya. Agar mereka tertarik untuk ikut berpuasa. Jangan sampai mereka merasa terpaksa menjalaninya.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah,
    Barakallahu fiik kakak...
    Semoga makin baik dari hari ke hari.


    Saya saat mengajari kaka, otomatis adiknya ikut.
    Jadi sedikit tegas dengan kakaknya, maka adik jadi termotivasi.
    Mungkin karena perbedaan usia yang tidak begitu jauh.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.