Menunggu Waktu Berbuka di Rumahku, Surgaku



Halaman depan rumah kami



Alhamdulillah, sudah 4 kali Ramadan kami jalani bersama-sama di rumah. Saya dan suami telah resign dari pekerjaan kami masing-masing kurang lebih sama, 4 tahun yang lalu. Suami memutuskan membuka usaha sendiri di rumah, sedangkan saya menjadi ibu rumah tangga yang secara full time di rumah.

Dengan kondisi seperti itu, otomatis selama 4 Ramadan terakhir ini sudah tak ada lagi cerita buka puasa dalam perjalanan pulang kerja, dapet takjil gratisan di pinggir jalan, atau membeli menu berbuka dalam perjalanan pulang. 

Semua di rumah. Dan hampir setiap hari menu untuk sahur dan berbuka saya yang memasaknya sendiri. Bahkan kami pun jarang sekali menunggu waktu berbuka (atau istilah populernya sekarang mengikuti bahasa Sunda, yaitu “ngabuburit”) di luar rumah. Karena bisa dipastikan pengeluaran akan semakin banyak jika kami jalan-jalan sore, yang hampir pasti akan membeli ini dan itu untuk takjil berbuka :). 

Jarangnya kami keluar rumah menjelang waktu berbuka, tampaknya merupakan hal yang lebih baik juga. Seperti yang saya simak dari sebuah hadits ini: 
“Puasa bukanlah dari makan dan minum semata, tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim) 
Karena jika kami jalan-jalan di luar, paling-paling kami cuci mata, trus kadang kalap kuliner, dan semacam itulah. Rasanya itu semua kurang bermanfaat dan cenderung sia-sia. Bagaimana tidak, tak dapat disangkal kami kadang juga berkomentar asal-asalan bila melihat suatu peristiwa, tingkah laku orang-orang, dan sebagainya. Padahal sebenarnya itu, kan, enggak penting, ya :). Kalap membeli kuliner yang berjajar di sepanjang jalan juga kadang tak habis dimakan semua. Lagi-lagi, sia-sia saja adanya. Padahal, Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
“Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31) 
Sebenarnya, akan lebih baik jika waktu menunggu berbuka diisi dengan hal-hal yang bernilai ibadah seperti tilawah Qur'an, mengikuti kajian, dan semacamnya. Namun Ramadan tahun ini, aktivitas semacam itu menjadi berkurang. Pasalnya ada yang membutuhkan perhatian lebih dari saya :).


Si kecil kami, Fahima, sedang belajar berjalan :)


Ramadan tahun ini semakin mengikat saya untuk tak sering jalan-jalan ke luar rumah saat menunggu waktu berbuka. Apa sebab? Yap, anak kedua kami yang tepat hari ini berusia 14 bulan sedang senang-senangnya belajar berjalan. Jadi setiap saat dia ingin berjalan di manaaa saja, baik itu di ruang tengah, ruang makan, dapur, halaman belakang, halaman depan, semuanya. Sejak bangun tidur hingga tidur kembali :). Dia benar-benar membutuhkan perhatian lebih dari saya.

Sudah pasti saya tak mau ribet untuk sekadar jalan-jalan di luar. Pasalnya, saya juga yang akan repot “menguntit” di belakang si kecil agar dia tak jatuh-jatuh kalau dia sedang ingin berjalan. Tentu saja lebih enak mengawasi si kecil di halaman rumah daripada di jalan umum yang berseliweran kendaraan :). 


Suasana di sekitar rumah kami. Dulu masih sepi sekali, sekarang sudah mulai ramai :)


Sehingga, hampir setiap sore saya habiskan waktu bermain dengan si kecil di halaman depan rumah kami. Sembari menunggu waktu berbuka puasa tiba, saya awasi si kecil bermain bersama kakaknya. Membiarkan si kecil belajar berjalan sepuasnya dan mengeksplorasi apa saja yang ada di halaman rumah kami. 

Kadang saya sambil jepret sana jepret sini, mengabadikan momen-momen interaksi kakak-adik itu, ataupun suasana sekitar rumah yang kadang menarik hati. Kebetulan lingkungan di rumah kami masih sepi, namun kini mulai ramai. Saya suka mengabadikan perkembangan demi perkembangannya. Kadang saya juga mencuri waktu untuk menulis ini-itu, atau browsing hal-hal menarik di internet dari smartphone termasuk tema-tema seputar Ramadan. Rasanya, menunggu waktu berbuka semacam itu lebih tenang bagi saya, daripada jalan-jalan di luar yang kadang malah bikin pusing karena jalanan macet :). 

Satu lagi keuntungan menunggu waktu berbuka di rumah, yaitu kami lebih bisa bersegera untuk berbuka bersama keluarga! Karena semua telah berkumpul di rumah, dan menu berbuka pun telah siap di meja makan :). Bukankah salah satu sunnah Rasulullah SAW adalah menyegerakan berbuka? 

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda, 
“Orang-orang (umat Islam) senatiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (Muttafaqun ‘alaih) 

Begitu juga dari Anas bin Malik ra., 
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengerjakan shalat Maghrib hingga berbuka puasa kendati hanya dengan seteguk air.” (HR. Tirmidzi. Hadits Hasan)
Ya, Ramadan tahun ini menyenangkan sekali. Kami sekeluarga khususnya saya sangat menikmati momen-momen pada bulan Ramadan bersama anak-anak. Di antaranya, menunggu waktu berbuka di rumah kami, surga kami :).



Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog "Ramadan di Rumah" 



15 comments

  1. memang lebih enak di rumah ya mba, gak kejebak macet, gak ruwet liat lalu lintas yg semrawut dll

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa..., Mbak Dewi.. kalau menurut saya, sih.. hehe.. pengen ketenangannya aja :)

      Delete
  2. Fahima udah jalan aja cepet banget ya mbak. Mang paling enak puasa yg dirumah sendiri ya apa lg kumpul anak bojo :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe.. iya ya Mak.. cepet banget gak kerasa.. iya sih menurut saya lebih enak puasa ngumpul bareng keluarga gitu :)

      Delete
  3. Wuahhhh selamat ulang bulan cantiiiiik :) lucunyaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yeeeyy... terima kasih, tante Dwi yang cantik juga :D

      Delete
  4. Selamat Menjalankan Ibadah Puasa bersama keluarga Mak. Senangnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mak Anastasia.. Selamat manjalankan ibadah puasa juga :)

      Delete
  5. nyaman ya mba rumahnya.. smg sll terwujud rumahku surgaku..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, Mbak Hapsari.. iya, nyaman menurut kami, karena kami bersyukur akan apa yang telah kami nikmati :)
      aamiin.. semoga demikian juga dengan rumah Mbak Hapsari :)

      Delete
  6. sampai saat ini, saya masih sering menolak undangan bukber. Alasan utamanya sih karena anak-anak. Kayaknya lebih nikmat aja buka puasa bersama keluarga di rumah :)

    ReplyDelete
  7. makasih gan infonya dan salam sukses

    ReplyDelete
  8. terimakasih bos tentang infonya dan semoga bermanfaat

    ReplyDelete
  9. bagus bos artikelnya dan semoga bertambah sukses

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.