Semoga Ini yang Dinamakan Berkah



Tahun 2017 kemarin hingga saat ini sepertinya menjadi hari-hari yang tak begitu indah di dalam keluarga kami, khususnya dalam masalah ekonomi. Keluarga yang saya maksud adalah keluarga inti dari saya sendiri, yang beranggotakan bapak, ibu, saya, dan seorang kakak lelaki saya. Bukannya enggak bersyukur, hanya saja keadaan sekarang menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Selama ini kakak saya telah terbilang hidup sukses di kota lain, jauh dari tempat tinggal saya bersama bapak dan ibu. Tapi roda kehidupan memang berputar, hingga nasib membawa kakak saya pada (mungkin) titik terendah dalam hidupnya selama ini. Usahanya bangkrut karena tersandung kasus penipuan oleh relasi kerjanya sendiri. 

Hal ini selain berdampak buruk pada keluarga kecil kakak, juga berdampak besar pada bapak dan ibu. Karena selama ini, bapak dan ibu sangat mengandalkan bantuan kakak untuk urusan ekonomi. Maklum, bapak-ibu sudah sepuh semua, jadi sudah enggak bekerja lagi. Saya dan suami, hanya membantu sekadarnya, memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sehari-hari (kebutuhan pokok) karena kami memang tinggal serumah. Bantuan dari kakak lebih untuk kesejahteraan hidup bapak-ibu, seperti untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder hingga tertier. 

Kondisi kakak itu ditambah lagi dengan usaha suami yang juga naik turun. Hasil usaha hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok. Akibatnya, bapak ibu jarang "bersenang-senang", atau bersilaturahim ke rumah kakak maupun saudara-saudara lainnya. Saya kasihan, tapi tak dapat berbuat banyak.

Pernah suatu ketika, bapak-ibu ingin sekali ke Solo, bersilaturahim ke rumah saudara-saudara di sana. Ibu enggak berani minta biaya transport ke kakak (yang memang juga sedang enggak punya), juga ke suami. Saya yang mengetahui keinginan mereka, langsung menawarkan diri. Saya ingat, rekening bank saya baru saja terisi oleh fee hasil menulis di blog.

Alhamdulillah, sejak mulai serius ngeblog dua tahun yang lalu, saya bisa memperoleh penghasilan dari blog ini meski masih sedikit-sedikit dan enggak menentu. Saking senangnya, biasanya saya menyisihkan sedikit fee yang masuk untuk saya berikan kepada ibu. Tapi, ya, itu tadi. Saya belum bisa rutin memberikannya, karena memang belum rutin dapatnya. Ibu pun tahu kondisi saya, sehingga jika beliau sedang butuh uang enggak menanyakannya pada saya.


Credit from pexels.com.


Ketika saya menawarkan diri untuk membantu biaya transport ke Solo tersebut, betapa bahagianya ibu. Seolah beliau mendapat jalan keluar di tengah himpitan. Beliau menanyakan apa iya benar, ada biaya untuk perjalanannya itu? Saya jawab mantap, iya. Saya pun kemudian membelikannya tiket kereta api, juga memberikan sedikit uang saku. Saya merasa sangat senang karena bisa membantu, begitu pula dengan bapak dan ibu.

Setelah itu, hari-hari selanjutnya alhamdulillah ada saja rezeki dari ngeblog, sehingga saya bisa lebih sering berbagi rezeki pada bapak dan ibu. Meski jumlahnya enggak seberapa, tapi rupanya bermanfaat juga untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari selain dari suami tentu saja. Bahkan beberapa kali saya juga bisa membantu kakak.


Kadang, ada saja godaan dalam pikiran saya. Kalau begini terus, kapan saya bisa menabung? Penghasilan dari ngeblog yang enggak seberapa itu selalu saja hanya numpang lewat di mesin ATM. Tapi saya kemudian berpikir positif atau setengah berharap, bahwa semoga, inilah yang dinamakan berkah. Penghasilan saya bisa bermanfaat untuk diri saya sendiri dan orang lain untuk kebaikan. 

Kalau dipikir-pikir, setiap fee ngeblog yang saya dapatkan jumlahnya sedikit sekali dibandingkan dengan penghasilan suami. Tapi coba lihat, uang yang sedikit itu bisa bermanfaat ketika keadaan sedang sangat membutuhkan. Sebagai contoh, seringkali ketika kami sedang butuh sesuatu, ternyata tagihan suami belum cair, sehingga akhirnya fee saya yang digunakan untuk menutup kebutuhan itu. Atau, ketika kakak sedang butuh bantuan, suami sedang nihil (karena modalnya terus berputar untuk membeli bahan dan lain-lain) sedangkan ATM saya ada sejumlah uang yang dibutuhkan. Ya, semacam itulah. 
Sesuatu yang kecil akan terlihat besar jika berada di ruang yang sempit.  

Mungkin seperti itulah kalimat yang tepat untuk penghasilan ngeblog saya selama ini. Alhamdulillah masih bisa membantu keluarga terutama orangtua meski dengan penghasilan yang sedikit dan tak menentu. Sungguh kecil apa yang bisa saya berikan untuk keluarga terutama untuk orangtua, tapi mereka menerimanya dengan bahagia.

Ya Allah, semoga ini yang dinamakan berkah. Tak apa penghasilan saya sedikit, tapi jika bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain dalam kebaikan, saya ikhlas dan dengan senang hati akan terus bersemangat menjemput rezeki-Mu. Semoga usaha saya bernilai ibadah dan dapat menuai pahala. Aamiin.


2 comments

  1. Iya mbaa, yang penting berkah berkah dan berkah
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
  2. Alhamdulilah ya mba meski sedikit tapi bisa bermnafaat ga hanya untuk mba tapi untuk keluarga lain. Kupun mensyukuri dengan pencapaian blog saat ini meski terbilang sedikit dan belum rutin tapi alhamdulilah Alloh maha tau kebutuhan aku mba :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.