Checklist Pembentukan Karakter Cinta Lingkungan pada Anak



Setelah punya anak, saya baru tahu kalau pembentukan karakter itu harus dilakukan satu per satu, secara berulang-ulang, dan dalam jangka waktu tertentu. Jadi sangat sulit rasanya jika semua karakter baik dibentuk dalam waktu bersamaan. Sehingga kunci sukses pembentukan karakter yang baik, ya, harus kontinyu. Seperti halnya ketika saya dan anak-anak berproses untuk membangun karakter cinta lingkungan.

Mengapa karakter cinta lingkungan ingin saya bentuk pada diri anak-anak? Karena saya yakin jika lingkungan kita cintai, maka dia juga akan mencintai kita. Hehe. Misalnya jika lingkungan sekitar kita bersih, maka risiko kita terkena penyakit juga menjadi kecil. Atau jika kita mampu memanfaatkan air dengan baik, tidak berlebihan, maka stok air di rumah kita juga akan terjaga. Lebih jauh lagi, jika kita menjaga lingkungan dengan baik, maka kondisi alam juga akan lebih baik (lingkungan menjadi asri, segar, adem, tidak mudah banjir, tanah tidak mudah longsor, dan lain-lain).

Sebenarnya, sih, pembentukan karakter untuk anak yang sudah bersekolah atau pra sekolah harus ada kerjasama yang baik antara orangtua dan guru. Biar kompak dan sejalan gitu. Tapi kadang karakter yang ingin dibentuk guru (sekolah) dan orangtua enggak sama di satu waktu. Jadi ya agak susah juga, sih. Misalnya membentuk karakter cinta lingkungan, dari sekolah hingga saat ini seingat saya baru ada dua pembiasaan, yaitu buang sampah pada tempatnya dan membantu menyapu di rumah. Tapi enggak apa-apa, kita harus tetap berusaha. Kalau rutin dilakukan, insya Allah akan ada hasilnya.

Nah, menurut pengetahuan yang saya peroleh dari sekolah si sulung dan hasil membaca beberapa referensi, saya membuat beberapa checklist atau daftar periksa untuk pembentukan karakter cinta lingkungan pada anak, terutama untuk usia PAUD-SD. Karena memang saat ini si sulung sudah SD kelas 1 dan si nomer 2 berusia 3,5 tahun. Pembiasaan ini dilakukan setidaknya 2 bulan atau 8 pekan secara kontinyu. Dan inilah checklist yang saya maksud:

👉 Membuang sampah pada tempatnya
Sampah di sini maksudnya bukan saja sampah yang dihasilkan oleh anak-anak sendiri, semisal bungkus bekas snack, rautan pensil, dan sebagainya. Tapi juga sampah yang dilihatnya di sekitar. Jika ada sampah yang tergeletak di sembarang tempat, anak kita ajak membuangnya di tempat sampah. 

👉 Membersihkan tempat bekas bermain/belajar
Selesai bermain atau belajar, enggak jarang tempat yang digunakan menjadi kotor. Nah, ajak anak untuk membersihkannya dengan merapikan barang-barang yang ada dan kemudian menyapunya. Atau jika ada air yang tumpah, cat air yang mengotori lantai, dan sebagainya, kita ajak anak untuk mengelapnya. Jika bermain atau belajar di luar rumah, biasanya akan lebih banyak sampah yang tersisa. Maka bersihkan bersama-sama dengan anak.

Fahima (si nomer dua) sudah saya biasakan membersihkan tempat bekas bermain sejak usia dua tahunan.

👉 Menggunakan air seperlunya
Penggunaan air seperlunya atau secukupnya akan sangat membantu menjaga lingkungan terutama keberadaan air secara global. Dampaknya mungkin enggak terasa saat ini, tapi bisa berdampak positif untuk beberapa tahun ke depan. Pembiasaan menggunakan air seperlunya kita lakukan bersama anak jika mereka sedang mandi, berwudlu, membantu mencuci piring, atau bermain-main. Seperlunya, misalnya jika sedang mandi tak perlu air yang berlimpah ruah. Jika sedang bermain air tidak membiarkan air terus mengucur dari keran air sedangkan ember yang digunakan sudah penuh. Jika sedang berwudlu gunakan air secukupnya saja asal sudah terpenuhi rukunnya (sudah basah semua bagian tubuh yang perlu dibasahi), dan semacamnya. 

👉 Merawat tanaman
Meski tanaman di rumah kami jumlahnya sangat sedikit, tapi membentuk karakter cinta lingkungan pada anak bisa kami lakukan dengan cara merawat tanaman. Misalnya dengan menyiraminya tiap pagi dan sore hari. Juga selalu mengingatkan anak agar tidak merusak bagian-bagian tanaman. Kadang mereka "usil" memetik daun atau bunganya. Maka kita sebagai orangtuanya harus memberi pengertian bahwa itu tidak baik. Tanaman harus kita sayangi sebagai sesama makhluk hidup ciptaan Allah SWT.


Mengakrabkan anak dengan tanaman.

👉 Menggunakan barang-barang yang minim limbah
Penggunaan barang-barang yang minim limbah juga merupakan salah satu bentuk cinta lingkungan, karena akan meminimalisir sampah. Barang-barang bekas yang masih bisa kita manfaatkan, sebaiknya kita usahakan untuk mengelolanya sebaik mungkin. Untuk anak-anak, pembiasaan ini bisa kita lakukan untuk membuat mainan mereka. Manfaatkan barang-barang bekas untuk membuat mainan. Kertas-kertas bekas, kardus bekas tempat susu, botol-botol bekas, bisa kita gunakan untuk membuat berbagai mainan sederhana. Libatkan juga mereka dalam membuatnya, atau bahkan biarkan mereka berkreasi sendiri. Biasanya anak akan senang.


Si sulung Faiq membuat tameng tangan ala dia dari kertas-kertas bekas.

Itulah beberapa checklist pembentukan karakter cinta lingkungan yang telah dan sedang saya jalankan untuk anak-anak. Agak sulitnya memang di bagian konsistensi. Kadang baru berjalan beberapa hari kita sudah tidak fokus pada pembentukan karakter ini, sehingga harus mengulang lagi dari awal. Yah, kami masih terus berproses 😊.

Selain membuat checklist seperti di atas, saya sebagai ibunya juga harus mendukung pembentukan karakter tersebut dengan cara yang lain. Diantara yang saya lakukan adalah dengan mengajak anak-anak piknik atau traveling tipis-tipis. Hehe. Tujuannya selain untuk refreshing juga mengakrabkan anak pada alam dan lingkungan. Dengan melihat aneka tumbuhan, hewan, pegunungan, dan sebagainya kita bisa memberikan pemahaman pada anak supaya menjaga lingkungan, sayang pada sesama ciptaan Allah SWT, dan semacamnya. 

Selain itu membacakan anak cerita-cerita yang ada kaitannya dengan cinta lingkungan juga kadang saya lakukan. Seperti kisah kelinci yang sakit gara-gara malas membersihkan sampah di sekitar tempat tinggalnya, katak yang menjaga kolam tempat tinggalnya, dan lain-lain. 

Oh ya, selain konsistensi, kesabaran juga menjadi kunci yang enggak kalah penting dalam pembentukan karakter. Apalagi ini berhadapan  langsung dengan anak-anak yang seringkali enggak mudah diatur. Harus ekstra sabar menjalaninya. Dan satu lagi, jangan lupa memberi contoh secara konsisten pula. Apalah artinya mendidik anak-anak tanpa adanya contoh langsung dari kita. Tentu akan sangat sulit terwujud keinginan baik tesebut. 

Oke, demikianlah sedikit sharing dari saya tentang checklist pembentukan karakter cinta lingkungan pada anak dari saya. Adakah masukan dari teman-teman? Silakan berkomentar, ya :).


Referensi:
Yusuf, Muhammad, S.Pd. MM., Menabur Benih Karakter, Panduan Praktis Membangun Karakter Anak, Kanzun Books Publishing, Sidoarjo, Cetakan II, 2016.



6 comments

  1. Yes... Setuju Mba... Pembentukan karakter cinta lingkungan dari Anak-anak kita terlebih dahulu (keluarga). Kita yang membentuk citra diri mereka agar lingkungan terjaga. Memberikan pelajaran berharga untuk masa depan mereka. Bekal yang tak ternilai harganya.

    ReplyDelete
  2. Wah saya baru tahu kalau pembentukan karakter baiknya dilakukan satu per satu, jadi belajar nih :D

    Kalau mbak, mulai mengajak anak itu sekedar disuruh dulu atau sambil pelan-pelan kita jelaskan alasan/tujuannya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya mengajak saja, Mbak. Jangan menyuruh :) kita ajak mengerjakan bersama-sama.

      Iya, sambil dijelaskan sedikit-sedikit. Misalnya kita buang sampah di tempatnya biar lingkungan bersih, kotoran enggak berceceran di mana-mana, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Dsb...

      Delete
  3. Faiq kreatif bgd sih mbk. Bikin tameng dr kertas. Diwarnain pula. Lucuu. Fahima jg gk kalah cihuy.
    Aku lg sering absen nih mbk ngajarin si ken ini. Terutama bagian barang bekas. Lg gk konsisten. Pdhal itu penting bgd ya mbk.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.