Selamat Hari Anak Nasional 2017! Mari Gembirakan Masa Kecil Anak-anak Kita



Selamat Hari Anak Nasional 2017! Mari Gembirakan Masa Kecil Anak-anak Kita
Bicara mengenai anak, otomatis saya bicara tentang anak-anak saya. Bukan, bukan karena saya egois dengan hanya melihat anak-anak saya. Tapi, saya mencoba tidak menyamaratakan setiap anak. Karena tiap anak itu berbeda, tiap anak unik. Jadi saya ingin melihat "kasus-kasus" anak-anak saya saja, lalu belajar menghadapi persoalan itu dengan cara terbaik yang saya bisa.



Melihat wajah polos anak-anak, seringkali saya jadi flashback ke masa kecil saya sendiri. Ada banyak keceriaan, keindahan, senda gurau, namun kadang ada juga sisi buruk yang terjadi di lorong-lorong waktu belasan tahun yang lalu tersebut. Menurut saya itu wajar saja. Karena keinginan anak dan orang tua pastilah tidak selalu bisa akur.

Kadang saat saya ingin main, ibu melarang karena saya harus membantu beliau memasak.
Saat siang-siang saya ingin main di sekolahan bersama teman, bapak melarang karena saya harus tidur siang.
Saat saya bertanya sesuatu pada bapak saat beliau sedang bekerja, saya kena gertaknya karena saya dianggap mengganggunya.
Saat saya minta dibuatkan surat izin karena sedang sakit, bapak malah memarahi saya karena saya terus-terusan meminta surat itu saat bapak sedang menyiapkan serba-serbi barang jualannya.
Dan lain-lain. Dan sebagainya.
Kadang saya dimarahi, kadang digertak, pernah dijewer, pernah dipukul, tapi sering juga dielus-elus rambutnya.

Dan, kadang anak merasa benar. Demikian pula orang tua. Mereka merasa telah benar mendidik anak-anaknya.
Tapi bagi anak, kenangan masa kecil itu tak akan terlupa, bahkan sebagiannya melekat dalam ingatan hingga ke detil-detil kecilnya. Bagaimana raut muka bapak saat marah, bagaimana saat ibu mengomel, bagaimana saat dibelai-belai rambutnya menjelang tidur, bagaimana saat mereka kecewa ketika melihat nilai raport anaknya yang menurun, dan sebagainya. Semua-mua terekam baik dalam memori anak. 
Dalam kenangan saya.

Lalu saya melihat kembali anak-anak saya. 
Sungguh, diri ini berjanji akan berbuat lebih baik sebagai orang tua. Saya ingin membuat masa kecil mereka penuh kegembiraan. Saya ingin anak-anak saya memiliki  masa kecil yang indah. Saya ingin dikenang sebagai ibu yang baik oleh anak-anak saya. Tapi, ternyata itu tak mudah! 


Mari Belajar Bersama
Godaan dari dalam maupun luar dalam mendidik dan membersamai tumbuh kembang anak itu selalu ada. Tingkah anak-anak yang aktif membuat saya seringkali harus "keluar otot" untuk mengerem energi ekstra mereka. Saya tahu marah terhadap anak itu enggak baik, tapi faktanya, saya belum bisa menghindari hal itu. Melihat anak-anak yang tak mau mengalah antara satu dengan yang lain, berteriak-teriak hampir sepanjang hari, emosi ini jadi mudah sekali tersulut. Satu poin mungkin saya telah gagal.

Di sisi lain, mengamalkan ilmu parenting dalam satu rumah dengan orang tua (kakek neneknya anak-anak) adalah bukan hal yang mudah. Contoh kecilnya saat si kakak dan adik ramai sebentar, neneknya buru-buru mengambil si adik untuk diamankan. Padahal, saya membiarkan mereka ramai dengan harapan mereka bisa belajar memecahkan masalah diantara mereka. Sedikit bertengkar tak apa, asal saya tetap mengawasi. Tapi sekali lagi, kakek-nenek hampir selalu punya pandangan berbeda tentang cara mendidik anak. Padahal, mereka adalah anak-anak saya, tanggung jawab saya.

Kemudian perlakuan yang berbeda-beda juga anak terima ketika mereka berada di luar rumah. Di sekolah, di rumah saudara, bersama tetangga, dan lain-lain. Mungkin mereka pernah diejek temannya, mungkin mereka pernah merasa tertekan karena diawasi gurunya saat menulis, mungkin anak merasa dipermalukan ketika dibilang suka makan oleh saudaranya sendiri, dan sebagainya.

Seperti kita ketahui bersama, anak-anak itu seperti spons, mudah menyerap berbagai informasi atau perlakuan dari orang lain. Dia juga peniru ulung. Sehingga apapun yang terjadi pada mereka, akan melekat dalam ingatannya. Bisa saja perlakuan yang mereka terima sehari-hari menjadi semacam referensi buatnya di kemudian hari. Perlakuan yang baik akan berujung baik, demikian pula sebaliknya.



Jadi, mari belajar bersama. Mari berusaha menciptakan perlakuan yang baik bagi anak-anak. Mari gembirakan masa kecil merekal. Jauhi bullying pada anak, sekecil apapun bentuknya. Agar kelak, anak-anak itu menjelma menjadi orang-orang yang penuh percaya diri karena selalu dihargai di masa kecilnya. Menjadi orang yang berani bersikap tegas, kreatif, mempunyai kredibilitas, dan karakter-karakter positif lainnya.

Saya pun harus banyak belajar dan terus belajar menjadi orang tua yang baik. Mari, belajar bersama, berjuang bersama. Selamat Hari Anak Nasional 2017! Mari Gembirakan Masa Kecil Anak-anak Kita :).


5 comments

  1. betul anak hrs gembiar jangan beri mereka beban belajar yang banyak, biarkan mereka puas bermain

    ReplyDelete
  2. Iyaaa mbaaa, anak2 harus bahagia supaya mereka optimis menyambut masa depan
    Kindly visit my blog: bukanbocahbiasa(dot)com

    ReplyDelete
  3. Yang susah itu belajar sabar ya mbak..
    Semua orangtua pasti pengen dikenang baik sama anak.
    Mari semangat ibu ibu tangguh 👍

    ReplyDelete
  4. akupun masih terus belajar kendalikan diri kadang masih mmm gemes banget mba hehehe

    ReplyDelete
  5. Memanh tidak mudah jadi orangtua ya mbak... itulah saya jadi jiper mau nambah anak hehehe

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.