[Marriage Chapter-3] Jika Ayah Sibuk Bekerja, Bagaimana Caranya untuk Membersamai Tumbuh Kembang Anak-anaknya?


http://www.dekamuslim.com/2017/05/jika-ayah-sibuk-bekerja-bagaimana.html

Jika Ayah Sibuk Bekerja, Bagaimana Caranya untuk Membersamai Tumbuh Kembang Anak-anaknya? 
“Jangan dipaksa-paksa gitu belajarnya, Mas!” 
“Lha, kalau nggak dipaksa, mana mau dia belajar?!” 
“Kata ahli parenting yang ngisi seminar di sekolahnya Duta kemarin, anak-anak seusia Duta masih senang bermain, jadi biarkan saja. Kita ikuti dan kita bimbing. Jadi belajarnya sambil bermain, biar dia seneng. Gitu, Mas…” 
“Halah… Ahli parenting kan nggak tahu, Duta seperti apa. Lagian kondisi tiap anak, kan, beda-beda. Duta ini sudah kebangetan malasnya...” 
....


Teringat sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh salah seorang orang tua/wali murid pada saat seminar parenting di sekolah anak saya beberapa waktu yang lalu. Si ibu bertanya, bagaimana agar ayah yang sibuk bekerja juga bisa menjadi figur teladan bagi anak-anaknya, yang bisa menjadi ayah yang baik dalam membersamai tumbuh kembang anak-anaknya, termasuk dalam urusan pendidikan? Dialog imajinatif di atas salah satu scene yang kadang muncul pada kehidupan sehari-hari, seperti yang ditanyakan si ibu.

Ya, kadang, tanpa bekal yang cukup, orang tua - khususnya dalam tulisan kali ini adalah ayah - “asal” mendidik anak-anaknya. Dia ingin anaknya menjadi baik, namun caranya kurang tepat. Hal itu bisa dikarenakan ilmunya yang masih kurang, atau karena kesibukannya dalam bekerja yang menjadikan waktunya sangat sedikit untuk anak-anaknya. Namun parahnya, dia tak mau menerima masukan dari istrinya (yang mungkin sudah mendapatkan ilmu parenting dari sumber-sumber di luar rumah). 

Padahal, peran seorang ayah dalam sebuah keluarga itu sangat vital, lho. Bukan sembarangan peran, melainkan sebuah tanggung jawab besar yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Jadi sudah seharusnya seorang ayah enggak main-main dalam menjalankan perannya, termasuk dalam membersamai tumbuh kembangnya anak-anaknya.
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6)
"Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (raja) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan isteri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya." (HR. Bukhari, Muslim) 

Dari situ jelas sekali tanggung jawab seorang suami dan atau ayah, ya. Begitu besar dan berat: memimpin keluarganya. Sudah banting tulang untuk memberi nafkah bagi anak-istrinya, masih dituntut juga untuk menuntun mereka ke jalan yang lurus. Masya Allah.


Oiya, sebelum lanjut, tulisan ini adalah salah satu seri tentang pernikahan di blog ini. Kalau ingin tahu dua tulisan sebelumnya, bisa klik di label ini: #marriagechapter. 


Tanggung Jawab Suami Dibantu oleh Istrinya
Ibarat sebuah kapal, Nahkoda tak dapat menjalankannya sendirian. Ada Chief yang membantunya, selain anak buah kapal yang lain. Demikian pula dalam rumah tangga. Suami tak dapat menjalankan perannya sendirian. Maka ada istri yang membantu menuntaskan tanggung jawab itu. 

Setiap fase tumbuh kembang anak perlu pendampingan yang baik dari ibu dan ayahnya. Tapi, kadang terdapat perbedaan cara dalam membersamai (mendidik) anak. Sepertinya sepele, namun dari perbedaan cara mendidik pada anak tersebut, akan berpengaruh pada perkembangan anak. Perbedaan pola asuh dan pola didik antara ayah dan ibunya, akan mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak. 

Dan, di lain sisi, perbedaan cara dalam mendidik anak antara suami dan istri dapat pula menyulut pertengkaran. Seperti dalam contoh dialog di awal tulisan ini. Dari beda pendapat kecil-kecilan, bisa jadi bertambah dahsyat :D. Lalu bagaimana seharusnya istri menyikapi suaminya yang sibuk bekerja seperti itu, sehingga sering "lalai" dalam membersamai anak-anaknya? Bagaimana agar suami bisa terus terlibat dalam membersamai tumbuh kembang anak-anak, tanpa merasa "digurui" oleh istrinya atau terpaksa? 

Seperti yang pernah saya dengarkan di seminar parenting yang saya hadiri, dalam kondisi demikian istri harus pintar-pintar mencari kesempatan untuk "mengedukasi" suaminya. Cari kesempatan yang tepat untuk memberi masukan pada suami, bagaimana cara-cara mendidik anak yang baik dan benar. Misalnya, dalam kesempatan jalan-jalan sekeluarga, bicarakan bagaimana cara menegur anak yang sedang malas belajar. Setiap anak berbeda, maka penanganan yang tepat juga harus dicari, bukan asal gertak saja.

Yang kedua, cara menyampaikan juga harus diperhatikan. Suami sebagai seorang laki-laki biasanya lebih tinggi egonya. Dia mungkin gengsi jika harus tunduk pada "wejangan" istrinya. Maka, istri yang paling tahu bagaimana harus berkata dan bersikap yang baik pada suaminya agar masukan-masukannya bisa diterima suami. Jika suami melakukan kesalahan terhadap anak, tunggu sampai emosi mereda, baru sampaikan masukan padanya. Agar adu mulut atau pertengkaran dapat kita hindari.


Kebersamaan dan bonding antara ayah dan anak bisa dijalin ketika jalan-jalan bersama :).

Cari Waktu Berkualitas antara Ayah dan Anak
Ayah yang terlalu sibuk bekerja, pasti juga dirindukan anak-anaknya. Maka jika kesempatan untuk bersama anak itu ada, manfaatkan sebaik mungkin. Luangkan waktu untuk benar-benar bersama mereka. Karena waktu yang ada hanya sedikit, jadikan waktu itu berkualitas. Ngobrol bersama anak, dengarkan cerita-ceritanya, jawab pertanyaan-pertanyaannya, dan lain-lain hingga memberikan nasehat pada anak dan memberikan sentuhan-sentuhan kasih sayang.

Waktu yang berkualitas tersebut bisa diciptakan pada saat jalan-jalan, makan bersama, belajar bersama, atau bahkan saat bercengkrama di kamar tidur dan anak sambil pijit-pijit kaki ayah :). 


Oiya, selain dalam Al-Qur'an dan hadits, dalam tataran hukum di Indonesia pun juga diatur tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya. Seperti yang tertera dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam) Pasal 77 ayat (3) yang berbunyi: "Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya."

Begitu juga yang terdapat dalam Bab Hak dan Kewajiban antara Orang Tua dan Anak di Undang-Undang Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974), pada Pasal 45 ayat (1) disebutkan, "Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya." (sampai anak tersebut kawin atau dapat berdiri sendiri).

Jadi jangan sampai, ya, ayah lalai terhadap perannya terhadap anak-anaknya. Sesibuk apapun seorang ayah terhadap pekerjaannya, mendidik anak adalah juga tanggung jawabnya. Dan, ibu sebagai istrinya harus membantu peran itu. Membersamai tumbuh kembang anak itu sangat penting bagi ayah. Karena selain karena tanggung jawabnya, bagi anak-anak ayah adalah teladan utama. Bahkan bagi anak perempuan, ayah adalah cinta pertamanya :)



4 comments

  1. yang jelas keduanya memiliki peranan yang sama besar porsinya y mba :) reminder bgt

    ReplyDelete
  2. Kadang emang ada ibu yang bilang kepada anak lelakinya jangan bantu2 istri urus bayi/anak. Nanti keturutan repot. Padahal justru anak juga perlu peran ayah dalam tumbuh membuangnya ya...

    ReplyDelete
  3. yuk zia ajak ayah jalan2 teruuus 😉

    ReplyDelete
  4. jadi sentilan halus ni buat para ayah

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.