Refleksi Isra' Mi'raj: Menilik Kualitas Shalat dan Memberikan Teladan pada Anak


http://www.dekamuslim.com/2017/04/refleksi-isra-miraj-menilik-kualitas.html


Kemarin saya ngobrol dengan Faiq, anak sulung saya. 
“Faiq, hari Senin besok libur, ya?” 
“Emm… gak tau, Mi???” (maklum masih TK, mungkin dia lupa ustadzahnya kemarin bilang apa... -_- ) 
“Besok Senin libur, Faiq, karena bertepatan dengan tanggal 27 Rajab. Hari di mana pernah terjadi Isra’ Mi’raj.” 
“Isra’ Mi’raj??” 


Kemudian saya pun menceritakan secara singkat peristiwa Isra’ Mi’raj. Teman-teman pasti sudah tahu, kan, tentang peristiwa tersebut? Karena kita setiap tahun memperingatinya :). Singkatnya, Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa agung yang dialami oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Yaitu ketika Allah subhanahu wa ta’ala memberangkatkan beliau dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, lalu mengangkatnya naik ke langit ke-7 menuju Sidratul Muntaha. Semua peristiwa tersebut terjadi hanya dalam waktu semalam. Allahu Akbar!
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra’: 1)

Sesungguhnya ada perasaan haru, bersyukur, merasa masih buruk shalatnya, dan lain-lain bercampur menjadi satu yang saya rasakan setiap mentadabburi peristiwa Isra' Mi'raj. Betapa luar biasa mu'jizat yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Betapa sayangnya Allah azza wa jalla kepada kekasihnya itu, hingga ditunjukkannya sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya. Diperlihatkannya surga-neraka, dipertemukannya dengan Jibril dan para Nabi, dan diperlihatkannya setiap kejadian atau keadaan selama dalam perjalanan Isra' Mi'raj tersebut. Masya Allah. 

Kemudian diri ini menilik tentang kualitas shalat. Ya, salah satu hikmah terbesar dari Isra' Mi'raj adalah disyari'atkannya shalat bagi ummat Islam. Sedangkan kini, kualitas shalat saya masih begitu buruk. Shalat yang belum bisa tepat waktu, shalat yang "apa adanya" karena tidak thuma'minah (tenang dalam shalat), shalat sambil memikirkan persoalan lain, dan sebagainya. Astaghfirullah. Betapa masih buruknya kualitas shalat diri ini selama ini. Padahal, dalam peristiwa Mi'raj dikisahkan, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam meminta keringanan kepada Allah subhanahu wa ta’ala soal perintah shalat ini. Yaitu dari perintah 50 kali shalat dalam sehari menjadi 5 kali shalat saja dalam sehari, dengan nilai pahala yang tetap sama.

Gambar dari pixabay.com.


Betapa tidak bersyukurnya diri ini, ketika melalaikan shalat yang telah diperjuangkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, kekasih yang mulia. Sudah diberikan kemudahan dan keringanan sedemikian rupa, masih juga melalaikannya. Padahal kita tahu, shalat adalah inti ibadah. Shalat merupakan kunci utama diterima tidaknya amalan-amalan kita yang lain. Karena jika kita mampu menegakkan shalat, semestinya kita dapat pula memiliki akhlak yang mulia, mampu meredam hawa nafsu, menyucikan jiwa dari berbagai penyakit hati, dan lain-lain.


Memberikan Teladan Shalat yang Berkualitas pada Anak
Dengan kualitas shalat yang masih buruk, di sisi lain saya juga ingin memberikan teladan shalat yang baik pada anak-anak saya. Bisakah? Hanya niat yang kuat dan mau terus berproses untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari yang saya punyai. Memang terkadang iman itu naik dan turun, tetapi dengan niat baik yang kuat, saya yakin saya bisa. Ada suami pula yang pasti akan membersamai niat dan usaha memberikan terladan tersebut.

"Ayo, shalat dulu. Matikan komputernya."
"Sudah azan, Faiq. Ayo, ambil wudhu."
"Ayo, kita shalat berjama'ah. Pahalanya lebih gedhe, lho."
"Ikut abi ke masjid, ya. Anak laki-laki lebih utama shalat di masjid."

Begitu yang biasa kami ingatkan pada Faiq. Pun demikian juga pada Fahima, adik Faiq. Kami berusaha membiasakan shalat 5 waktu pada anak-anak. Tentunya mereka juga akan mencontoh kami. Kadang mereka protes kalau kami hanya menyuruh saja tapi belum melaksanakan shalat. Untuk anak TK dan anak balita, memang belum bisa mengharapkan shalat yang berkualitas. Mereka sudah mau shalat pun sudah alhamdullilah. Hanya saja, contoh shalat yang baik dan benar harus selalu kami berikan. Seperti misalnya shalat yang thuma'minah.

Momen 27 Rajab seperti pada hari ini, bagi saya bisa sebagai sarana untuk mengajak anak-anak lebih memahami syari'at shalat. Agar mereka lebih tahu dan paham tentang shalat, dan lebih dekat serta mencintai Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Insya Allah, dari waktu ke waktu pemahaman mereka akan shalat akan semakin baik. Dan tentu saja, kami sebagai orang tuanya harus selalu bisa memberikan teladan yang baik dan benar soal shalat kepada mereka.
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan kemudahan :).


2 comments

  1. Subhanallah begitu sayangnya kepada umatnya yaa.. Perintah shalat 50x aja di tawar sama Nabi jadi 5x waktu shalat. Saya pribadi pun masih suka bolong2 shalatnya

    ReplyDelete
  2. Terima kasih bunda ilmunya. Saya juga perlu berkali2 memperbaiki kualitas sholat saya.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.