![]() |
credit |
Lama berpisah dengan teman-teman kuliah, kadang ada yang bertanya kabar saya via telepon atau sekadar sms. Mereka menanyakan aktivitas saya sehari-hari saat ini. Dari nada mereka merespon jawaban saya, sepertinya ada kesan kasihan dari mereka (atau cuma perasaan saya saja, ya :) ). Pasalnya, saat ini saya “hanya” menjadi ibu rumah tangga, yang hampir tiap hari, 24 jam, di rumah mengurus segala urusan rumah tangga.
Selain kesan kasihan, saya juga menangkap kesan kaget, menyayangkan, atau semacamnya lah. Seperti respon salah seorang teman: “Ooh… di rumah aja, ya?” atau “Lho, kamu nggak ngajar?” (lhah, memangnya saya kompeten untuk menjadi pengajar? Hehe.. ).
Mungkin mereka menengok dari prestasi saya selama kuliah. Mungkin, yang mereka tahu, saya adalah lulusan terbaik di jurusan saya, aktif di organisasi kampus, dan yang terakhir skripsi saya berhasil menggondol predikat 1 di antara 11 skripsi terbaik nasional versi Supersemar Award. Mungkin, mereka pikir, saya ini pinter dan sayang kalau enggak kerja sesuai jurusan kuliah saya. Ilmunya dikemanain, dong?
Tapi, saya pikir, itu kan cuma prestasi di atas kertas. Karena sesungguhnya, ilmu saya sangat minim dan jauh kalah jika dibandingkan dengan teman-teman saya sendiri. Saya kurang menguasai bidang jurusan kuliah saya. Apalagi dengan orang-orang di luar sana, oohh… siapalah saya. Toh, saya cuma lulusan universitas swasta, jelas kalah smart, dong, dengan sarjana-sarjana di luar sana :).
Tapi bukan semata-mata karena "keminderan" itu saya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Ada alasan-alasan lain mengapa saya mau setiap hari bergelut dengan kesibukan mengurus rumah tangga. Diantaranya, saya ingin fokus mendidik dan mengasuh anak-anak saya. Itu pilihan saya, yang sesuai dengan kondisi saya saat ini.
Teman saya ada yang pernah bilang (atau mungkin menyindir :) ): “Itu lho si A, katanya pokoknya harus kerja sesuai jurusan, biar ilmunya bermanfaat. Kamu nggak pengen, ya, seperti dia?”
Saya jawab: “Tiap orang punya pilihan masing-masing. Kalau aku, meski hanya sebagai ibu rumah tangga, YANG PENTING MENTALNYA S-1. Karena setidaknya kita pernah mengenyam pendidikan setara itu.”
Eh, barusan saya bilang apa? Kok bisa-bisanya muncul istilah MENTAL S-1? Hehe.. saya jadi geli sendiri. Tapi saya pikir, benar juga apa yang spontan saya ucapkan saat itu. Saya pernah kuliah Strata satu (S-1), pernah bikin makalah, karya ilmiah atau skripsi. Jadi meski hanya sebagai ibu rumah tangga, seharusnya saya bisa berfikir ilmiah, runtut, berdasar ilmu, bisa dipertanggungjawabkan, selayaknya membuat karya ilmiah dalam mengatasi berbagai persoalan hidup sehari-hari. Harus bisa mengejawantahkan inti dari perkuliahan itu sendiri. Itu intinya.
Lalu, ilmunya dikemanain? Sementara dibagi dulu untuk orang-orang terdekat saya: suami, anak-anak, orang tua, tetangga, dan lain-lain. Ilmu yang saya peroleh dari bangku kuliah itu luas, bukan hanya materi kuliah yang sesuai jurusan saya, tetapi saya juga banyak belajar tentang kehidupan dari aktivitas saya di kampus. Mendidik anak, misalnya, tentu juga membutuhkan ilmu dan pengetahuan yang luas, bukan?
Dengan alasan itulah saya tidak minder jika bertemu ibu-ibu lain atau saudara yang sukses berkarier di luar rumah. Saya #BeraniLebih percaya diri di hadapan mereka. Karena saya punya alasan untuk percaya diri, dan berbahagia dengan pilihan saya.
Dengan alasan itulah saya tidak minder jika bertemu ibu-ibu lain atau saudara yang sukses berkarier di luar rumah. Saya #BeraniLebih percaya diri di hadapan mereka. Karena saya punya alasan untuk percaya diri, dan berbahagia dengan pilihan saya.
#493 kata
Akun Twitter: @d3kusumastuti
Akun Facebook: Diah Kusumastuti
Ya Allah, kita senasib mba..kadang ditanyain, dirumah nyambi ngapain?
ReplyDeletesemangat mba, anak memang yg utama :)
wah, toss dulu, Mbak Lathifah :)
Deleteayo semangat.. pede aja, kan kita yang ngerasain bahagia apa enggaknya :)
Hihih..hidup itu pilihan mak :)
ReplyDeleteaku juga sayang sebenare kuliahnya nggak dipakai..tapi gimana lagi ya xD..
menurutku saat ini keluarga lebih penting...
mau dirumah atau dikantor sama aja, kita saling dukung satu sama lain..
semangaatttt
iya, saling dukung aja jangan saling nyinyir :D
Deletekalo pilihan kita saat ini keluarga lebih utama, ya jalanin aja, gak usah nyinyir ke mereka yang beda pilihan sama kita. hehehe..
Ya ini pasti dialami banyak ibu rumah tangg yg lain... woles aja Mak yg penting kan anak dan keluarga, itu amanah yg akan ditanya diakhirat hehe...*sokbijak
ReplyDeleteiya, Mak Ida.. woles aja, jalanin pilihan kita masing-masing.. saya sependapat dengan Mak Ida, bahwa keluarga lebih penting, tapi mengenai pilihan orang lain, saya juga menghargai :)
DeleteYup..hidup itu pilihan..mnjalankan hidup sesuai dg pilihan sendiri tentu saja mmbuat kaki terasa ringan melangkah dan senyumpun merekah...aseg
ReplyDeleteSukses y mak
setujuuuu... jalani sesuai pilihan hati kita ya, Mak Inda.. pastinya hati akan seneng..
Deletemakasih, Mak.. sukses juga untukmu :)
Saya pikir hanya saya yang minder tapi ternyata dengan membaca tulisan ini saya pun jadi bersemangat...sarjana tidak hrs bekerja, namun bekerja adalah sebuah pilihan. ketika kita hrs menanggalkan selembar ijazah S-1 dan memilih menjadi ibu rumah tangga, disitulah kita hrs berjuang menjadi ibu dan istri yang baik bagi keluarga...
ReplyDeleteyap, jika itu pilihan kita, maka ladang amal kita yang utama ada dalam keluarga.. mari berjuang untuk menjadi istri yang shalihah sekaligus ibu yang baik bagi anak-anak kita :)
DeleteDisitu kadang saya merasa sedih. eh, enggak ya Mak? :))
ReplyDeletehehehe... saya enggak sedih kok, Mak Uwien... :D
Deletetulisan yang mewakili jutaan ibu rumah tangga yang lulus pendidikan tinggi di Indonesia. :-)
ReplyDeletemungkin sudah puluhan atau bahkan ratusan kali ya Mak baca tulisan semacam ini.. jangan bosen yaa.. ini curhatan saya.. pasti ada beda-bedanya dikit :D
Deleteiya mak, apapun pilihan kita, kita tahu yang terbaik utk kita dan sekitar kita :)
ReplyDeleteyap, betul banget itu Mak.. kita sendiri yang tau :)
DeleteSebenarnya seorang ibu lulusan S1 atau yang pernah mengenyam kuliah, gak perlu minder... ayo temen-temen semangaat..! Pendidikan yang dimiliki seorang ibu berpengaruh pada caranya mendidik anak dan mengatur sebuah rumah tangga. Jadi menentukan hasil akhirnya.
ReplyDeletehehe.. saya gak minder kok Mak sebagai ibu rumah tangga.. yang agak minder tuh tentang ilmu saya dibandingkan dengan sarjana-sarjana lain, ilmu saya masih sangat dangkal...
Deleteiya setuju, pendidikan yang dimiliki seorang ibu berpengaruh pada caranya mendidik anak-anaknya, juga mengatur urusan rumah tangga :)
Apapun profesi kita, seorang ibu itu harus pintar. Tugas kita kan mengasuh dan mendidik anak :)
ReplyDeleteSetuju banget itu Mak Rizka.. mendidik dan membesarkan anak itu membutuhkan ilmu yang luas... :)
DeleteTak temeni Mbak. Aku juga IRT yg ngerangkap manager rumah tangga :)
ReplyDeletehihihi.. mari bergandengan tangan, Mbak Tatit :)
DeleteIRT adalah profesi mulia mak, ilmu nya insyaallah terpakai terus :)
ReplyDeleteAlhamdulillah ya, Mak Irma.. kita diamanahi tugas mulia itu.. iya, insya Allah ilmunya enggak mubadzir :)
DeleteNtar diprotes menyebut "hanya ibu rumah tangga" lo mak hihihi. Berkarya kan bisa dimana saja ya mak, ada yang memilih di luar ada juga yang memilih dari dalam rumah, yang penting hepi laah :D
ReplyDeleteoiya, yang atas itu kutulis "hanya" yang bawah-bawah enggak, hehehe.. maksudnya "hanya" itu buatku sendiri, Mak..
Deleteiya setuju, yang penting hati kita hepi dan enjoy :)
menyalurkan ilmu tidak hanya pada pekerjaan, ya Mbak. Bahkan anak-anak beruntung sekali di didik oleh seorang ibu yang sudah sarjana. Selamat, Mbak..
ReplyDeleteyap, setuju, Mbak El.. Niat saya emang ingin memberikan pendidikan dan pengasuhan yang sebaik-baiknya buat anak-anak :)
Deletebagaimanapun menjadi ibu rumah tangga dan anak wanita adalah pilihan mbak. karena kitalah yang menjalani, jadi kita yang lebih tahu dari orang lain mana yang terbaik untuk keluarga.. menurutku sih cmiiw
ReplyDeletehttps://bukanrastaman.wordpress.com/
yup, itu semua adalah pilihan hidup.. setuju sama pendapatnya, Mas :)
Delete