[REVIEW] Pondok Mertua Indah: Tips dan Motivasi Hidup Serumah dengan Mertua




Judul Buku : PONDOK MERTUA INDAH (101 Cara Hidup Bahagia Bersama Mertua) 
Penulis : Nunung Nurlaela 
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama 
Cetakan : Pertama, Februari 2014 
Tebal : x + 147 hlm. 
ISBN : 978-602-03-0200-3 
Harga : Rp.40.000,00.


Alhamdulillah, pertama kali saya ingin berbagi rasa bahagia atas lahirnya buku salah satu sahabat saya, mbak Nunung Nurlaela ini. Ikut senang pastinya, karena sahabat saya juga sedang berbahagia :)

Sebenarnya, sejak pertama kali saya mendengar judul buku ini, saya kurang tertarik :) Lhoh, kenapa begitu? Jahat, ya, saya? Gitu ngakunya sahabat?! Hehe... Soalnya, toh, saya tidak pernah merasakan mempunyai mertua. Karena sejak pertama kali saya menikah, suami saya sudah tak punya bapak-ibu (meninggal). Tapi eh tapi... waktu membaca sinopsisnya, ternyata buku ini disajikan dengan ilustrasi sudut pandang menantu laki-laki maupun perempuan. Jadi, bisa, dong, dibaca suami saya :)

Dan, benar saja, ketika buku ini sudah di tangan dan saya sudah membacanya, ternyata banyak sekali ilmu yang saya dapatkan di dalamnya. Setidaknya, saya jadi bisa berempati dan ikut memberikan tips maupun motivasi bagi suami di saat ada "problem" dengan mertua (orangtua saya). Karena kami memang tinggal serumah.

Bagi pasangan yang sudah menikah, terkadang memang harus dihadapkan pada pilihan untuk tinggal bersama mertua. Pilihan ini bisa jadi akan mendatangkan banyak persoalan, karena ketidakcocokan antara menantu dan mertua. Setiap orang memang mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda, termasuk mertua. Perbedaan sifat, karakter, maupun kebiasaan-kebiasaan antara menantu dan mertua tak jarang memunculkan konflik di antara mereka ketika tinggal serumah. 

Akan tetapi sebagai menantu seharusnya dapat menerima kondisi tersebut, karena ketika kita telah menerima pasangan kita, maka seharusnyalah dapat pula menerima mertua dan keluarga besar pasangan. Penerimaan mertua dan anggota keluarga pasangan tak akan menjadi masalah bila menantu tinggal terpisah dari mertua. Namun, ketika mereka tinggal seatap, tak jarang muncul berbagai konflik. 

Buku ini menyuguhkan 25 masalah yang sering muncul ketika pasangan tinggal bersama mertua, lalu penulis memberikan tips-tips beserta motivasi untuk melewati masalah-masalah tersebut. Memang banyak sekali masalah yang sering muncul ketika pasangan tinggal seatap dengan mertua, yang berkaitan dengan sifat-sifat mertua maupun perasaan dari menantu sendiri yang kurang nyaman. Seperti sifat mertua yang sering kepo (ingin tahu saja urusan menantu). Kadang menantu merasa risih dengan sikap mertua yang serba ingin tahu seperti itu. 

Konflik-konflik lain yang sering muncul di antaranya adalah ketika mertua mengomel, ketika mertua egoistis, ketika berbeda pendapat, ketika berbicara masalah uang, dan lain-lain. Semua konflik tersebut juga tak akan dapat terselesaikan dengan baik apabila antara mertua dan menantu tak ada saling pengertian. Sebagai menantu, kunci untuk menghadapi semua itu adalah bersikap sabar, selalu menikmati prosesnya, mensyukuri, dan meyakini bahwa kesuksesan akan datang dari proses itu. Dan yang terakhir adalah selalu introspeksi diri atas segala kesalahan yang telah diperbuat. 

“Bersabar adalah kunci yang harus Anda miliki.... Memupuk kesabaran dengan pasangan hidup akan lebih menguatkan hubungan dalam rumah tangga.”

"Muhasabah untuk perbaikan diri sebagai suami atau istri, sekaligus sebagai anak atau menantu, akan membantu Anda menjalani kehidupan dengan lebih baik lagi, dan mencoba tidak mengulangi kesalahan.” 

Apabila sebagai menantu dapat memegang kunci-kunci tersebut, tak mustahil bila kehidupan serumah bersama mertua bukan lagi menjadi hal yang meresahkan, namun sebaliknya, akan tercipta kehidupan yang indah di pondok mertua. Kebahagiaan pun dapat diraih bersama-sama. 

Dalam buku ini mbak Nunung menulis dengan bahasa yang komunikatif, sehingga pembaca merasa diajak berbicara bersama-sama. Jadi kesannya tidak menggurui. Seperti itu jugalah yang dikatakan oleh ustaz Felix Y. Siauw dalam endorsment-nya. Iya, keren banget, ya, salah satu yang ngasih endorsment adalah ustaz Felix. Selain itu ada mak Haya Aliya Zaki (blogger), mbak Afin Murtie (penulis) dan mbak Ria Fariana (penulis dan editor).

Maka, bagi teman-teman yang sedang galau karena tinggal serumah bersama mertua, dan menghadapi berbagai masalah bersama mereka setiap harinya, buku ini cocok sebagai teman untuk memotivasi. Atau bagi para mertua, buku ini juga dapat membantu memahami posisi menantu mereka.


Lihat mbak Nunung.... kerudungnya cantik ya aku pakai ;)


NB: postingan ini ditulis selain karena turut berbahagia atas terbitnya buku sahabat, juga karena galau. Galau karena kirim resensi buku ini tapi gak dimuat-dimuat :D *colek mbak Nunung*



10 comments

  1. Masya Allah...senangnya mbaak...makasih ya resensi dan apresiasinya...terharu bangeet...izin share di fans page PMI dan juga grup IIDN ya...:-)

    btw, he...he tenang mba, gpp jodohnya dengan blog cantik ini...ada beberapa teman juga yang kirim resensi buku ini ke media, dan sepertinya belum ada kabar juga...:(
    tetap semangat nulis ya!

    eh itu cantik banget potonya, manis banget mbak pakai kudungnya, bawaan hamil, jadi cantik terus..:-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe... makasih kembali Mbak Nunung... alhamdulillah kalau seneng atas apresiasiku ini, cuma ini yang bisa kuberikan sebagai sahabat *halah lebay*

      silakan mau dishare di mana aja, kan jadi banyak yang mampir ke blog ku. makasih makasih... :D

      iyakah? wah, banyak temennya ya ternyata..
      hemm.. gak tau ya, wajahku kok tambah lebar gitu selama hamil ini. btw, yang cantik kerudungnya kok, Mbak :D

      Delete
  2. paling suka baca blog ibu ini. selalu keren

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih, Mbak Sri sayang... alhamdulillah kalau suka. blog mbak Sri juga bagus kok, inspiratif :)

      Delete
  3. Coba dipelajari lagi teori menulis resensinya Mbk dan kenali lagi media yang dituju semoga berhasil.

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih masukannya, Mbak Naqi.. iya nih, mungkin kurang yahud ya resensinya :)
      soalnya yang pertama kemarin langsung tembus (bisa dibaca di sini: http://koran-jakarta.com/?6622-mengukir%20optimisme%20di%20tengah%20serba%20keterbatasan ), jadi yang ini kok jadi berharap banyak :D

      aamiin.. semoga berhasil..

      Delete
  4. Saya pingin punya buku tulisan tangan saya sendiri. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. lhah, kan udah punya banyak.. tuh buku catatan waktu sekolah kan pakai tulisan tangan sendiri.. masa ditulisin temen? hehehe...

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.