Surat untuk Lelaki Spesialku



Bismillahirrahmanirrahim....
Teruntuk Suamiku Tersayang, Pasangan Hidupku Tercinta


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Suamiku sayang, izinkan aku menuliskan beberapa untaian kalimat, untukmu.
Aku tahu aku ini bukan tipe istri romantis, tapi sesekali boleh kan aku mencobanya? :)

Suamiku, sudah empat setengah tahun kita menikah, boleh dibilang sudah cukup lama waktu yang tertempuh bagi kita untuk saling mengenal, saling memahami antara kita berdua. Namun boleh dikatakan juga masih berusia muda bagi kedewasaan kita dalam mengarungi mahligai rumah tangga. 

Suamiku, kaulah jodoh yang dipilihkan Allah sebagai imamku. Kaulah lelaki pilihan Allah untuk mendampingi hidupku. Mengarungi samudera kehidupan yang penuh tantangan, untuk menggapai ridha-Nya. Terima kasih karena selama ini kau telah berusaha untuk menjadi imam terbaik bagiku. Membimbingku di dalam jalan-Nya, mengingatkanku kala aku jauh dari-Nya, dan menolongku ketika aku terjatuh. 

Suamiku, terima kasih telah menemani hari-hariku bersama jagoan kecil kita. Mendidiknya untuk menjadi lelaki yang shalih kelak. Dan sebentar lagi, rumah tangga kita akan semakin ramai dengan hadirnya buah hati kita yang kedua (insya Allah). Tentunya kita akan semakin bahagia. Doakan aku, ya, semoga aku bisa menjadi ibu yang baik bagi kedua anak kita. Menjadikan anak-anak kita manusia yang bertaqwa, agar dapat menjadi tabungan kita di akhirat kelak. 

Suamiku sayang, aku tahu kau bukanlah manusia yang sempurna. Aku pun demikian, jauh dari kata sempurna. Maka aku selalu memaklumi jika kau berbuat khilaf, bertindak tak seperti yang kuharapkan, dan kadang membuatku sedih. Tetapi, aku pun selalu melihat diriku sendiri. Ah, betapa buruknya diriku ini. Aku belumlah bisa menjadi istri yang baik bagimu dan ibu teladan bagi anak-anak kita. 

Aku tahu, setiap terjadi permasalahan dalam biduk rumah tangga kita, aku selalu ingat akan satu hal. Tentang ijab dan qabul kita. Teringat pada hari yang suci, di saat kita mengucapkan kedua kalimat itu. Lalu bagaimana ketika kedua kalimat itu menjadi demikian bermakna untuk pernikahan kita. Mengingatkan kita akan tujuan pernikahan kita. Bahwa Allah-lah tujuan kita. Maka ketika aku bersedih, aku selalu ingat tentang ijab dan qabul yang menjadikan kita menjalani mitsaqan ghalidzan ini. Perjanjian ini begitu kuat, dan kita harus mensyukurinya dengan senantiasa menjaga ikatan suci itu. 

Maka suamiku, maafkan aku. Atas segala khilaf yang kuperbuat selama ini, baik dengan sadar kulakukan maupun tanpa kusadari. Atas segala sikap kekanak-kanakanku, emosiku yang kadang meledak-ledak, ataupun sikapku yang kadang kurang bersyukur (telah memilikimu). Aku selalu menyesal bila telah menyakitimu, namun selalu saja hal itu bisa terulang di lain waktu. Maka aku mohon, turut doakan aku. Mohonkan pada Allah Ta’ala, Dzat yang menggenggam hati kita, agar senantiasa menjaga hatiku, untuk selalu taat kepadamu, taat dalam kecintaanku padamu dan kepada-Nya. 

Sehingga aku bisa menjadi istri yang baik bagimu, yang selalu bisa membuatmu bahagia dan tentram, dalam rahmat Allah SWT. Aku pun selalu berdoa untukmu, agar engkau menjadi imam yang semakin baik dari waktu ke waktu. Dapat membimbingku dan anak-anak kita menuju ridha-Nya, menuju jannah-Nya. Aamiin.... 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 


Sepertiga malam di Sidoarjo, 12 Januari 2014
Dari istrimu yang penuh khilaf. 



http://jarilentikyangmenari.blogspot.com/search/label/buku%20baru




4 comments

  1. mba kok linknya g nyambung ke blog Aida MA?

    ReplyDelete
    Replies
    1. eeehhh... iya ya? yang tulisan terakhir itu ya? oke, makasih ya mbak Ayunda, akan saya edit :)

      Delete
  2. Hooooo, baru tau nih blognya Mbak Diah :D

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.