Mewujudkan Sibling Goals


Hampir tiap hari, akhir-akhir ini, saya bak menjadi singa betina di rumah. Kerjaannya mengaum, menebar ketakutan pada sekitar. Saya kerap kesal dengan tingkah polah keempat anak saya. Setiap hari ada saja adegan rebutan, saling olok, kejar-kejaran, tertawa ngakak lalu nangis kenceng, dan seterusnya. Membuat auman saya keluar 😌. Oh tapi, bagaimanapun, saya punya sibling goals untuk mereka..


sibling goals


Hubungan Keempat Adik-Kakak

Dulu, waktu si nomor dua masih di dalam perut saya, si sulung sudah saya sounding agar sayang sama adiknya. Begitu juga saat adik perempuan itu hadir di tengah-tengah kami, si kakak saya libatkan dalam merawat adiknya. Mengajak si bayi ngomong, menemani saya gantiin popoknya, hingga memangku atau bermain bersama si adik.

Tapi, si kakak enggak betah lama rupanya. Ketika adiknya beranjak besar, dia kadang enggak sayang lagi sama adiknya. Mulai dari rebutan mainan atau makanan, hingga sebel karena menganggap adiknya ngeyel kalau dikasih tahu atau ceriwis. Alhasil dia marah-marah dan menjauh dari si adik. Bahkan kadang juga mencubit si adik. Duh.

Kondisi yang hampir sama juga terjadi ketika si nomor tiga dan si nomor empat hadir di tengah-tengah kami. Kedua adik kecil ini hanya disayang-sayang ketika mereka masih bayi. Huhu. Saat mereka sudah bisa ngomong, sudah bisa memilih makanan dan mainan, bisa rebutan (hahaha), maka episode marah-marah sama adik (dan sebaliknya) kembali terulang dan terulang lagi. 


Saya dan Kakak Kandung

Saya masih ingat, dulu, ketika saya masih kecil, saya hanya dekat dengan kakak perempuan. Karena, kakak itu adalah si sulung, dan saya si bungsu. Jarak usia kami terpaut lima tahun. Konon, dia yang paling sering momong saya saat saya masih usia balita.  Sedangkan dengan si kakak nomor dua alias si tengah, hubungan kami kurang dekat. Ya, kami hanya tiga bersaudara, tapi saya hanya dekat dengan si kakak sulung.

Penyebabnya apa kok saya kurang dekat dengan si kakak tengah? Seingat saya, waktu kecil dulu kakak ini lumayan bandel. Susah disuruh bapak/ibu, suka minta ini-itu, dan sebagainya. Saya lupa. Namun saya ingat betul, ketika kakak melakukan sebuah kenakalan/keusilan (termasuk saat menjahili saya), ibu akan menarik saya ke pangkuannya, lalu bilang, "Sudah, sama ibu saja. Enggak usah main sama mas A. Mas A nakal."

Saya cukup sering mendapati kondisi seperti itu. Saya seperti dijauhkan dari (kenakalan) kakak. Dan, kalimat ibu hampir selalu sama. Hingga kemudian terbentuklah sosok kakak dalam memori saya: dia nakal dan enggak sayang sama adik. Saya pun enggan bermain bersamanya. Saya lebih memilih dekat dengan kakak sulung.

Apalagi jika kami sedang ada masalah (bertengkar), saya enggak sudi ngomong sama dia. Bahkan saya pernah melakukan hal-hal enggak masuk akal kalau saya sedang sebel sama dia. Misalnya, dulu waktu SD, saya pernah diam-diam meludahi bajunya yang sudah dicuci ibu. Saya lipat rapi namun di dalamnya ada ludah saya. Astaghfirullah, sebegitu bencinya saya saat itu.

Hingga suatu ketika, kakak sulung kami meninggal (karena sakit, di usia 19 tahun). Lalu saya dan kakak tengah tinggal berdua sebagai adik-kakak. Ternyata, enggak mudah juga bagi kami membangun hubungan kakak-adik secara akrab, setelah sebelumnya sangat renggang. Saya kerap merasa canggung ketika harus pergi berdua dengannya (misalnya sekolah), atau ketika sekadar meminta tolong. Hal itu berlangsung terus-menerus, hingga kami remaja, dan dewasa. Mungkin hanya ada sedikit kemajuan, karena toh kami sudah belajar di bangku sekolah, kuliah, dan berinteraksi dengan banyak orang.

Dan, hingga hari ini pun, hubungan saya dengan kakak kurang harmonis. Kami sudah bisa dekat karena sudah sama-sama dewasa, namun kedekatan itu tidak terasa sangat dekat seperti kedekatan suami saya dengan adik-adiknya, misalnya. Rasanya beda. Kadang saya sedih.


anak balita baca buku
Si nomor 3 dan 4.


Bagaimana Mewujudkan Sibling Goals untuk Anak-anakku

Sudah tentu, saya enggak ingin episode buruk soal persaudaraan dalam masa kecil hingga dewasa saya terulang pada anak-anak saya. Saya enggak ingin mereka mengalami kekecewaan di masa depan karena hubungan persaudaraan mereka kurang dekat. Saya ingin, keempat anak kami punya hubungan yang harmonis dan kompak satu sama lainnya sebagai saudara kandung, hingga kelak mereka dewasa dan punya keluarga masing-masing. Itulah sibling goals yang ingin kami wujudkan.

Mungkin, dulu bapak dan ibu saya ingin melindungi anaknya dari keusilan saudaranya, tapi saya pikir caranya yang kurang tepat. Akibatnya, kekecewaan yang harus ditanggung anak di kemudian hari.

Maka dari itulah, meski anak-anak saya kerap ribut, bertengkar, namun saya dan suami sepakat untuk mendidik mereka agar saling sayang antar saudara. Karena konon, masa kecil yang ramai akan menjadi kenangan yang indah ketika mereka dewasa kelak. Mungkin, ribut-ribut dan pertengkaran di masa kecil, rebutan mainan, saling olok, dan segala rupanya, akan mereka rindukan kelak ketika mereka telah mempunyai dunianya sendiri-sendiri. Ketika mereka bekerja, atau berumah tangga, saat mereka mungkin akan tinggal saling berjauhan.

Maka dari itu kami, orangtuanya, enggak akan menjauhkan satu dengan yang lainnya ketika mereka bertengkar. Sebaliknya, kami berusaha memberi pemahaman pada masing-masing anak yang berselisih bagaimana sebaiknya yang harus mereka lakukan, dan selanjutnya saling memaafkan. Bertengkar adalah hal biasa yang mewarnai masa kecil mereka. Sesudah bertengkar, ya, harus kembali rukun, bermain bersama lagi.

Oleh karen itu, berdasarkan pengalaman pribadi di masa lalu, saya dan suami berusaha mewujudkan sibling goals untuk anak-anak kami dengan cara sebagai berikut:

Membiasakan anak-anak bermain dan belajar bersama. 

Saat bermain atau belajar bersama, merupakan saat yang bagus untuk  membangun bonding antar saudara. Saat si adik enggak tahu akan suatu soal dalam pelajaran, misalnya, saya suruh tanya ke kakaknya dulu. Kalau si kakak enggak bisa jawab baru saya yang jawab. Atau, ketika si kakak butuh sesuatu yang hanya dipunyai adiknya, si adik harus mau meminjamkannya.

Tapi kadang ketika atau setelah anak-anak bertengkar, mereka enggak mau bermain atau belajar bersama. Dalam situasi seperti ini saya dan suami biasanya akan sedikit memaksa mereka untuk bermain atau belajar di ruangan yang sama. Lalu saya menunggui mereka. Kami enggak membiarkan mereka memendam amarah terlalu lama.


empat ef 2020
Keempat amanah kami.


Melibatkan anak-anak dalam pekerjaan bersama. 

Saya dan suami kerap melibatkan anak-anak dalam pekerjaan bersama. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, banyak pekerjaan rumah yang bisa anak-anak kerjakan bersama. Seperti mencuci piring, menyapu, membersihkan dan memotong-motong sayuran, dan lain-lain. Dalam aktivitas seperti itu kami berharap bonding antar anak juga semakin kuat.


Tidak pilih kasih. 

Saya dan suami sangat berusaha untuk bersikap adil atau tidak pilih kasih kepada anak-anak. Misalnya saat memberikan reward atau punishment bagi mereka. Kami berusaha memberikannya sesuai usia dan kemampuan mereka. Namun kadang, ada saja yang dirasa enggak adil oleh mereka. Hemm.. Terutama si kakak, nih. Dia maunya disamakan dengan si adik nomor dua. Padahal, usia mereka terpaut empat tahun. Hanya saja si adik terlihat lebih besar fisik maupun mentalnya daripada anak-anak seusinya. Hehe. 


Jika bertengkar, cari solusi bersama lalu saling memaafkan.

Nah, seperti telah saya singgung di atas, kami enggak akan membiarkan anak-anak bertengkar lalu memendam amaran terlalu lama. Sebisa mungkin segera kami sudahi dengan mendudukkan mereka bersama, cari solusi, lalu saling memaafkan. Kami enggak ingin ada luka di masa kecil dari saudara mereka, dan dibawa hingga dewasa.


Selalu mengingatkan bahwa saudara kandung tetap akan menjadi saudara hingga kapanpun. 

Saya dan suami kerap mengingatkan anak-anak bahwa mereka akan menjadi saudara hingga kapanpun. Karena pernah, suatu ketika, si kakak jengkel pada adiknya. Lalu dia mengatakan enggak akan mau jadi kakaknya lagi. Hehe.. emosi anak-anak yang sesaat, ya. Namun jika itu dibiarkan, mungkin akan menjadi amarah yang tersimpan di hati, dan suatu saat akan meledak. 

Maka kami mendinginkan suasana hati si kakak, lalu memberikan pemahaman bahwa saudara apalagi saudara kandung, akan selalu menjadi orang-orang terdekat kala senang ataupun susah.


Ya, kami terus belajar bersama dan saling memahami. Sebagai orang tua, dan sebagai anak. Mungkin saat ini mereka belum tahu dan paham apa itu sibling goals. Namun sebagai orang tua, saya dan suami berusaha mewujudkan hubungan yang harmonis dan kompak di antara mereka sejak kecil. Karena kalau enggak membiasakan dari kecil, kapan lagi? Mendidik sejak usia dini akan lebih mudah, bukan? Semoga saja cita-cita kami tersebut dapat terwujud. Aamiin.



23 comments

  1. Ya Allah aku sedih baca cerita hubungan sampean dan kakak kedua Mbak, karena pola asuh yang keliru jadi membekas terus hingga dewasa ya Mbak.
    Anak-anak berebut mainan dan berantem itu emang sesuatu ya, aku aja yang dua anak pusing Mbak apalagi sampean 4 anak hehehe.

    ReplyDelete
  2. aku sama adik aku juga ga bisa dikatakan dekat, mungkin karena perbedaan usia yang jauh banget kali ya (15 tahun). aku lebih sering merasa sebagai anak tunggal jadinya.
    ngebayangin mbak Deka mengaum, jadi keinget dulu suka ngayal sama suami, kalau kami benar-benar dikaruniai kembar 3 mungkin rambut aku awut-awutan dan rajin mengaum.tapi bahagia hehehehe

    ReplyDelete
  3. Saya sangat setuju dengan kata saudara kandung tetap saudara kandung sampai kapanpun. Yang tidak baik belum tentu tidak bisa dirubah, saudara sedarah kalau sudah enggak ada ya mau cari kemana. Biasanya kalau sudah enggak ada, baru ada terasa penyesalan.

    ReplyDelete
  4. Menanamkan bagaimana hubungan antara kakak beradik memang berada di orang tua, lagipula, anak melihat contoh dari orang tua, bagaimana ornag tua bersikap, otomatis ditiru oleh anak-anaknya.

    ReplyDelete
  5. aku kalau ke adekku, hubungannya tuh kayak aku bucin ke pacarku, tapi dikacangi sama pacarku
    kayak gitu wes, persis
    sering nggoda-nggoda adekku, tapi adekku cuek. ya allah sedihnya
    tapi seru sih
    toh juga tetap sayang kok, haha

    ReplyDelete
  6. ahhhh .. aku jadi inget ade2 aku , harus sejak dini ya ka sibling goal harus kita sosialiasasikan , knapa karena akan terasa sesuatu bangeut ketika kita dewasa, family is everything

    ReplyDelete
  7. Senangnya kalau suami bisa kerja sama kaya gini dalam mendidik anak. Aku dulu malah dekat sama Kakak pas main. Sama Mbak tuh gak terlalu. Alhamdulillah pas Gedhe, kami dekat. Adek Kakak rukun sejauh ini

    ReplyDelete
  8. Aku kayanya juga mengalami itu deh mbak, anak2ku sibling goalnya bagus, bahkan sangat kompak, tapi aku sendiri sama anak2ku masih kerapkali mengaum hahaha. Nasibbbb

    ReplyDelete
  9. Merinding baca tulisannya Mbak. Sibling goals ini hal yg sangat perlu diwujudkan di masa sekarang. Kejadian kelam di masa lalu bisa dijadikan pelajaran agar tak terulang ke generasi berikutnya.

    ReplyDelete
  10. Mbaaa, senengnyaaaa punya 4 qurrota a'yun. Dirimu ibu yg huebaattt mba.
    Aku bangga!!!

    ReplyDelete
  11. Pola asuh zaman dahulu memang mengedepankan fear atau rasa takut, ya Mbak
    Beruntung sekarang sudah tidak lagi. Sangat jarang terjadi.

    ReplyDelete
  12. MashaAllah..
    Barakallahu fiik, kak Deka.
    Salut sama pendidikan yang diterapkan.
    Harapan orangtua memang semoga anak-anak tetap saling Menyayangi hingga nanti.

    Ini terasa sekali saat mempunyai saudara.

    ReplyDelete
  13. semoga anak2 sehat..akur ya mba..., mereka tetap dekat kelak suatu saat kita sudah tiada...., pengasuhan yng tepat akan selalu mereka ingat kenangan baik bersama hingga dewasa..

    ReplyDelete
  14. Masyaallah 4 anak, salut aku mbak. Idem anakku 2 orang 8 tahun dan 4 tahun sering berantem, pusing aku. Hehe. Udah gitu si kakak maunya sam dengan adiknya. Lha kakak kan usianya lbh tua hiks. Tapi kakak ada masalah sensori, jadi banyak hal yang dia belum ngerti. Makanya kadang adiknya yg kuberi pengertian dan jadi contoh

    ReplyDelete
  15. Membina hubungan antar sesama saudara didalam rumah memang penting banget, bisa saling mengajari, membantu sama lain, dan ikut berperan aktif membantu keluarga yang ada dirumah juga.. Jadi tidak egois pada keinginannya masing-masing.. Keren nih panutan banget buat kedepannya

    ReplyDelete
  16. Aku 4 bersaudara dan ngerasa kami satu sama lain nggak begitu dekat. Walau sampe ya nggak yang saling benci atau berantem juga haha. Kadang suka sirik kalau liat temen yang sama saudaranya tuh lengket banget. Sebagai contoh, saat ada yang berulang tahun, satu sama lain kami gak sampe kasih ucapan selamat hehe, dan harus diakui ini kayaknya karena pola didik orang tua juga.

    Poin-poin di tulisan ini menarik. Dan dapat dipraktikkan kelak jika aku punya anak :)

    ReplyDelete
  17. Sedih akj mbak membayangkan hubungan saudara yg renggang. Dulu jaman abege aku ya ga gitu deket sama kakak tp mamin besar jutru makin nyaman dan punya hubungan baik sama kakak. Kesalahan yg kita lakukan semoga ga menurun ke anak2 ya insyaallah mumpung masih kecil bisa diarahkan utk saling menyayangi. Makasih ceritanya mbak jd pelajaran berharga juga buatku

    ReplyDelete
  18. Ah..jadi ingat hubungan persaudaraan kami.. Aku merasa paling dekat dg kakak sulung juga, tapi alhamdulillah dengan ke-3 saudara yg lain tidak renggang pula. Ini satu hal yg sangat kusyukuri hingga kini..

    ReplyDelete
  19. Memang kenangan di masa kecil itu sangat berarti banget buat kita. Sehingga apapun yang direkam akan menjadi berharga. Ya, semua ortu itu ingin merekam jejak baik buat anak2nya, hanya saja caranya yang kadang kurang pas ya mba. Semoga nanti aku dan kita semua bisa mnjadi ortu yg baik dan paham akan sibling goalsnya...

    ReplyDelete
  20. pengalaman hidup, setidak sempurna apapun pasti punya hikmah di baliknya ya mba.. bikin dendam positif agar kita tidak mewariskannya ke anak hihi.

    ReplyDelete
  21. Ya ampun mba, aku ngakak pas baca bak singa betina di rumah. wkwkw. Ibu itu walau bak singa betina di rumah namun pas lagi ga ada bakal dicari sama anak anaknya deh. Walau kecil berantem namun ketika dewasa harus rukun ya mbak antar saudara karena itu akan menjadi penguat manakala orang tua sudah tidak ada

    ReplyDelete
  22. Saya setuju, Mbak, untuk segera mencarikan solusi saat mereka bertengkar. Meskipun masih kecil/balita, tetap kita ajari anak2 kita untuk berdiskusi. Yang sudah besar, kita juga ajari untuk menerima pendapat adik2nya dengan lapang dada.
    Banyak hikmahnya

    ReplyDelete
  23. I can feel you, Kak. Karena saya yang kebetulan anak sulung juga dekatnya sama si Bontot. Sama adik tengah malah nggak begitu. Tapi nggak bikin canggung-canggung banget sih ketika harus pergi berdua. Hehehhee

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.