[Marriage Chapter-2] Ingin Suamimu Sempurna? Sempurnakan Dulu Dirimu!


http://www.dekamuslim.com/2017/04/marriage-chapter-2-ingin-suamimu.html


Mungkin kita sebagai seorang istri sering, ya, membaca status Facebook atau post Instagram, Twitter dan atau media sosial lainnya dari seorang teman yang sedang "memamerkan" kebaikan-kebaikan suaminya.
"Gak nyangka banget... baru melek udah disuguhin kue ultah dari suami di depan mata..."
"Duh, ngimpi apa, ya, semalem. Tiba-tiba suami ngasih kado ini di hari anniversary kami..." (sambil nunjukin foto smartphone seri terbaru).
"Suami gue emang baikkkk banget. Hari ini dia masak pizza istimewa buat gue dan anak-anak!"

Atau, ada teman yang cerita panjang lebar tentang kebaikan-kebaikan suaminya. Mungkin maksudnya ingin berbagi kebahagiaan ke sahabatnya, tapi kita yang nyimak malah jadi baper dibuatnya. Hiks! :D
Lalu tanpa sadar kita jadi iri, trus "curhat" balik ke media sosial. Mengungkap sisi lain kekurangan suami, membandingkannya dengan suami orang lain. Selanjutnya "mengadu" ke suami, cerita ke dia bahwa teman kita sering dikasih hadiah sama suaminya. Kapan suami kita melakukan hal yang sama? Hehehe...

Ehm, sebelum lanjut, tulisan ini merupakan seri "Marriage Chapter" di blog saya. Yap, saya dan teman saya, DekCrayon Tata, ingin menulis seluk-beluk pernikahan disesuaikan dengan latar pendidikan kami (di masa lalu :D). Yaitu bab pernikahan berdasar hukum Islam dan hukum perkawinan di Indonesia. Dalam tulisan ini saya menggunakan sudut pandang dari istri.

Baca juga: [Marriage Chapter] Peran Istri dalam "Meluruskan" Suami

Oke lanjut...
Lalu apa yang terjadi jika kita sebagai istri membandingkan suami kita dengan suami orang lain? Bisa saja suami kita menjadi marah, meskipun cara menyampaikan "aduan" tersebut sudah secara halus. Karena mayoritas orang memang kurang suka bahkan benci jika dirinya dibanding-bandingkan dengan orang lain. 

Masih bersyukur kalau hanya marah. Kalau marah banget? Bisa ditebak, suasana rumah tangga akan kacau. Dari omongan kita, dari masalah kecil tersebut, bisa jadi akan menjelma menjadi sebuah prahara, merembet ke mana-mana, karena suami sakit hati!

Padahal, sebagai istri kita justru mempunyai kewajiban untuk menjaga kehormatan suami, kan? Bukannya malah menceritakan kekurangan suami di media sosial, curhat tentang aibnya ke teman-teman kita, atau merendahkan kehormatannya secara langsung melalui omongan kita di hadapannya. Astaghfirullah.
Coba simak hadits berikut ini:
“Siapa yang melepaskan dari seorang mukmin satu kesusahan yang sangat dari kesusahan dunia niscaya Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan dari kesusahan di hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah akan memudahkannya di dunia dan nanti di akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim niscaya Allah akan menutup aibnya di dunia dan kelak di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong saudaranya….” (HR. Muslim no. 2699)
Hendaknya kita saling menutup aib sesama muslim. Terlebih lagi pada suami kita, muslim yang paling dekat dengan kita. Menutup aib suami berarti salah satu usaha untuk menjaga kehormatannya.
Selain dalam hadits tersebut, dalam Undang-Undang Perkawinan Indonesia dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) pun tercantum kewajiban yang sama bagi suami istri untuk saling menghormati, lho.
"Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain." (Pasal 33 Undang-Undang Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974) dan Pasal 77 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam (Inpres No. 1 Tahun 1991))
Masing-masing suami istri pun berhak melakukan perbuatan hukum. Eh, jangan sampai, ya, gara-gara kita membanding-bandingkan suami, lalu suami mengajukan gugat cerai karena omongan kita terlampau menyakitkan hatinya. Na'udzubillahi min dzalik!

Pasti kita akan menyesal sekali, kan, misalnya digugat cerai suami hanya karena awalnya ada rasa iri pada suami orang lain? Padahal jauh di lubuk hati kita, sebenarnya masih sangat cinta sama suami? 


BERSYUKURLAH
Yap, kalau melihat suami orang lain terlihat lebih baik dari suami kita, satu hal yang harus segera mengisi hati dan pikiran kita: BERSYUKUR.

Mungkin suami orang lain tampak begitu sempurna di mata kita. TAMPAKNYA.
Mungkin laki-laki itu terlihat sayang banget sama istrinya. Kalau menyimak cerita-cerita dari istrinya atau melihat status-status medsosnya sendiri, dia itu mau membantu masak istrinya, bantu nyuci, selalu nemenin anak-anaknya belajar, suka ngajak jalan-jalan, agamanya oke, sekolahnya tinggi, suka bikin kejutan, pinter nyari duit (kaya), ganteng kayak artis film, badannya atletis kayak bintang iklan shampoo #eh gimana, de el el...
(eh... kok, kepo amat yak sama akun medsos orang lain? hahaha... ini contoh... :D).

Stresss.
Kita hanya akan stres kalau terus memikirkan kelebihan-kelebihan suami orang. Jika melihat status medsos yang "pamer" tentang kelebihan suami orang yang tak ada pada suami kita, lebih baik tenangkan hati dulu, keluarlah dari ruangan, hirup udara segar, lihatlah dunia yang luas ini... :)


Kita nikmati keindahan dunia yang terbentang luas. Jangan berpikiran sempit!


Ya, kelebihan-kelebihan yang terlihat sempurna itu hanya TAMPAKNYA saja. Yakinlah bahwa setiap orang juga mempunyai kekurangan. Hanya saja mereka menutupi kekurangan-kekurangannya. Yakinlah bahwa tak ada manusia yang sempurna. Kalaupun pada kenyataannya laki-laki itu memang begitu sempurna, atau di atas rata-rata, LALU KITA MAU APA?? 
Mau menekan suami agar bisa seperti suami "sempurna" itu? Mau jungkir balik mengubah suami menjadi sempurna? Sepertinya mustahil. 
Sekali lagi, tak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Allah Yang Maha Sempurna :).

Lebih baik lihatlah ke bawah. Masih banyak pasangan lain yang hidup bahagia meski tak seromantis di film-film, meski tak sekaya mereka yang suka melanglang buana berkeliling dunia, yang hidup apa adanya, atau bahkan asal bisa makan setiap hari bersama anak-anaknya.


Berhenti Membanding-bandingkan Suamimu dengan Suami Orang Lain
Jadi, kalau di medsos berseliweran sosok suami yang begitu "sempurna", sedangkan suami kita hanya "apa adanya", pikirkan dulu baik-baik sebelum melempar curhatan ke medsos atau bercerita ke teman. Sebagai istri kita wajib menghormati suami, merahasiakan aibnya. Meski mungkin kita sedang asyik bercerita dan bercanda dengan sahabat, jangan sampai kita "terpeleset" mengungkap aib suami.

"Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An Nisa: 34)
Tiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Nah, pasti suami kita juga punya banyak kelebihan, dong. Misalnya dia enggak romantis. Tapi di sisi lain dia sangat memperhatikan tumbuh kembang anak-anaknya. Dia yang paling ketat menjaga pola makan anak-anak, dia selalu rajin mendampingi anak-anak belajar, dsb. Atau dia enggak suka komen atau sekadar like di sosmed kita, tapi di sisi lain dia sangat perhatian pada perawatan wajah kita :). 
Dan lain-lain. 

Coba fokuskan pada kelebihan-kelebihannya saja. Pasti hati akan terasa lebih tenang. Pasti kita akan sering senyum-senyum sendiri mengingat akan hal-hal kecil yang telah dilakukannya untuk kita. Hal-hal kecil berupa kebaikan yang tulus diberikannya untuk istrinya. Kita sebagai pasangan suami istri masing-masing mempunya kelebihan dan kekurangan. Jika suami kurang di satu titik, maka kita yang seharusnya mengisi titik tersebut. Itulah gunanya pasangan, kan? Gunanya jodoh? Untuk saling melengkapi :).

Jadi, kalau kita sebagai istri menginginkan suami yang sempurna, sempurnakan dulu diri kita sendiri! 
BISA???
Bukan hal yang mudah, lho, untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Apalagi menjadi sempurna. Enggak akan bisa! 
So, berhenti, deh, membanding-bandingkan suami kita dengan suami orang lain.

Berhentilah membanding-bandingkan :D

Ya Allah, semoga hati, pikiran, lisan, dan perbuatan kami senantiasa terjaga dalam kebaikan. Jangan sampai, ya, membuka aib sesama saudara muslim terlebih suami kita sendiri.

Untuk para suami, kewajiban Anda juga sama. Cintai dan hormati istri Anda masing-masing. Jangan menuntut istri Anda menjadi sempurna, ya :).



23 comments

  1. setuju banget, ga boleh membanding2kan. kita aja pasti ga suka dibanding2in..

    dan iyanya lg, klu pengen suami lbh baik, ya kita harus introspeksi n jd lbh baik dl..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayaknya semua orang emang gak suka dibanding-bandingin ya, Mbak :)

      Delete
  2. Haha baruuu td siang ktmu teman lama dia curhat ttg suaminya yang blablabla...haha malah lucu tp suka keceplosan jg nyebut kl suamiku blabla..wkkk duh insyaapp deh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah kan... Kalo udah akrabbb trus curhat-curhatan bareng sahabat, suka keceplosan gitu ya, Mbak :D
      Semoga lain kali bisa lebih hati-hati :)

      Delete
  3. Wah, jangan sampai deh membandingkan suami dengan suami orang lain :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Semoga kita terjaga dari hal-hal seperti itu :)

      Delete
  4. Ia setuju, sepertinya memang semua ornag tidka mau dibanding-bandingkan. Suami mana suami haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe.. suami kita adalah yg terbaik buat kita ya, Mbak :)

      Delete
  5. Sama-sama berusaha memberikan yang terbaik tanpa harus membanding-bandingkan dengan pasangan orang ya mbak. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, betul banget Mbak. Fokus utk saling memberikan yg terbaik dan melihat kelebihan2 pasangan saja :)

      Delete
  6. Kadang suka baper emang mba kalo lihat di medsos pada "pamer" suami xixixi... aku jarang banget begitu...nge tag suami aja jaraaaanngg banget malah sdh nggak pernah lagi xixixi...lha orangnya juga gak suka diupload upload

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi... Kok sama ya mbak dengan suamiku, orangnya gak suka medsos-an, apalagi upload2 foto gitu :D

      Delete
  7. Mba diah dulu basic nya ambil hukum Islam? Toss dulu 😁
    Ngerasa "Baper"pernah mba, cuma balikin ke diri sendiri aja lagi. Nuntut ke suami banyak kok diri kita sendiri masih banyak kekurangan. Intropeksi lebih tepat ya daripada iri terus malah membuka aib suami. Semoga kita dijauhkan dari sikap iri ya mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haaa??
      Kok sama ya kita ternyata :D
      Yap, introspeksi diri aja. Semogaaa yaa.. aamiin..

      Delete
  8. nah yg lucunya malah nyalahin orang yang pamer mba >> ada loh yg kek gitu bahahaha..
    kita ga pernah tau maksud seseorg post kebahagiaannya dan sepakat mba sudahi untuk membandingkan apapun itu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha.. ya masa kita mau ngatur semua orang gak boleh pamer2 gitu ya, Mbak :D
      Kita introspeksi diri aja lah :)

      Delete
  9. Alhamdulillah ... Sampai sejauh ini saya enggan membuka aib suami meski berbuah salah paham. Bahkan pada ibu dan saudari kembar pun. Yang saya bagi hanya bahagianya. Padahal, di mana pun, tak ada pernikahan yang sempurna. Pasti ada dilema. Dan 14 tahun itu belum berarti setengah perjalanan. Maka, saling memperbaiki dan mengisi dengan senang hati.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, sudah 14 tahun ya, Mbak. Barakallah ya, Mbak.. semoga selalu sakinah mawaddah wa rahmah. Iya, saling mengisi dan memperbaiki dengan senang hati.
      Sepakat, Mbak :)

      Delete
    2. Wah, sudah 14 tahun ya, Mbak. Barakallah ya, Mbak.. semoga selalu sakinah mawaddah wa rahmah. Iya, saling mengisi dan memperbaiki dengan senang hati.
      Sepakat, Mbak :)

      Delete
  10. Intinya harus bisa terima pasangan apa adanya za.. ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, terima apa adanya tanpa menuntutnya menjadi sempurna :)

      Delete
  11. Setuju mbak, suami istri itu harus saling mengingatkan dan melengkapi.

    ReplyDelete
  12. Iya kadang iri sma kebaikan suami orang lain yg diunggah di sosme, sampe lupa sama suami sendiri,.padahal tiap orang punya kekurangan dan kelebihan masing2 Ya

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.