Bagaimana Jika ODGJ Tak Tertangani Secara Tepat?



http://www.dekamuslim.com/2016/02/bagaimana-jika-odgj-tak-tertangani.html
Credit (dengan editing).


Bagaimana Jika ODGJ Tak Tertangani Secara Tepat? Sudah beberapa hari Bintang tak mau sekolah lagi. Kata ibunya, dia habis dipukul oleh salah seorang gurunya. Bintang yang masih kelas 3 SD, mungkin trauma akan hal itu sehingga tak mau bertemu gurunya lagi. Setelah beberapa hari dibujuk guru-gurunya, teman-temannya, ibunya, dan kakak-kakaknya, Bintang tetap tak mau sekolah.
 
Bintang (bukan nama sebenarnya) adalah adik sepupu saya, anak dari tante saya. Saya tak tahu pasti apa sebab Bintang dipukul oleh gurunya. Mungkin karena Bintang sering melamun dan tidak memperhatikan pelajaran, karena memang demikianlah kebiasaan Bintang. Suka melamun. Tapi yang paling menyesakkan dada, sejak saat itu Bintang benar-benar tak mau kembali ke bangku sekolah. Dia tak tamat SD. Dia tak mau sekolah lagi hingga remaja sekarang. 

Semua orang dekat Bintang tahu, hati Bintang bukan saja sakit karena perlakukan kurang menyenangkan di sekolah. Tapi Bintang juga mengalami pengalaman pahit dalam masa kecilnya, sejak usia balita hingga usia sekolah. Betapa tidak, sejak Bintang masih balita, ayahnya mengalami gangguan jiwa. Hal itu tak dialami oleh ketiga kakaknya sewaktu kecil, karena ayahnya baru mengalami gangguan jiwa cukup serius ketika mereka sudah besar. 

Hampir setiap hari Bintang kecil melihat dan kadang menerima perlakuan aneh dari ayahnya sendiri. Kadang dia diomeli dengan alasan tak jelas, bahkan kadang dipukul. Ibunya yang tak terima dengan perlakuan ayahnya, secara otomatis membela si kecil Bintang. Namun seringkali hal itu berbuah balasan yang lebih menyakitkan, ibunya dipukul oleh ayahnya. Dan Bintang menerima dan menyaksikan kekerasan itu di depan matanya sendiri. Hal itu sudah biasa terjadi dalam masa kecil Bintang. 

Kami sebagai keluarganya tentu saja sangat prihatin atas kondisi ayah Bintang (paman saya). Paman yang dulu baik hati dan dermawan itu semakin hari semakin berubah keras. Konon, jiwanya terganggu sudah sejak lama sebenarnya. Semua berawal ketika dulu beliau pernah jatuh dari kereta api dan kepalanya terbentur jalan. Paman memang sempat berjualan di dalam kereta api sebelum bekerja di pabrik. Dari kejadian itu mungkin ada cidera pada otaknya, sehingga berakibat pada kesehatan pikiran dan jiwanya. Paman yang pendiam itu menjadi mudah marah-marah. 

Paman Menjadi Semakin Temperamental… 
Awalnya kondisi paman tak tampak berbahaya. Bertahun-tahun paman bisa hidup layaknya manusia normal. Namun, kondisinya memburuk bertepatan ketika Bintang menjalani masa balitanya. Paman semakin pendiam, beliau jarang sekali keluar kamar kecuali kalau akan bekerja. Sebelum dan sepulang kerja beliau selalu mengurung diri di kamar. Sesekali beliau marah-marah jika ada sesuatu yang tak berkenan di hatinya. Hingga kemarahan-kemarahannya semakin membahayakan tante dan anak-anaknya terutama Bintang. 

Pada saat marah-marah, paman sering melakukan tindak kekerasan. Kadang memukul tante atau Bintang, kadang meninjukan tangannya ke tembok, dan bahkan membentur-benturkan kepalanya sendiri ke tempok. Saya dan ibu saya selalu takut jika menginap di rumah tante, karena khawatir menyaksikan adegan-adegan kekerasan tersebut seperti yang sering diceritakan tante pada kami. Tapi untungnya, saya hanya mendengar omelan-omelan tak jelas dari kamar paman saat saya menginap di rumah tante. 

Pada saat kondisinya semakin parah itulah, atas saran dari saudara-saudara dan para tetangga, tante membawa paman ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di kota kami. Sebenarnya sudah lama saudara-saudara menyarankan hal itu, namun tante selalu mengatakan bahwa suaminya masih baik-baik saja. Sebagai istri, mungkin tante juga malu jika suaminya harus dibawa ke RSJ. Namun ketika kondisi paman kian parah, akhirnya tante menyerah. 

Beberapa kali paman dibawa ke RSJ untuk diperiksa dan diberi tindakan medis. Selama itu pula paman masih dibawa pulang atas kemauan tante. Hingga pada pemeriksaan ke sekian, akhirnya paman diharuskan dirawat di RSJ. Beberapa bulan paman menjalani hidupnya di RSJ, namun keadaan bukannya bertambah baik tetapi justru sebaliknya. Innalillahi wa innailaihi roji’un, akhirnya, setelah beberapa tahun paman berjuang hidup bersama gangguan jiwa yang dialaminya, beliau meninggal dunia dengan tenang di RSJ. 

Menurut cerita dokter di RSJ, paman sering mengamuk di sana. Beliau sering membentur-benturkan kepalanya sendiri ke tembok. Hingga kondisinya semakin parah dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Kata dokter, penanganan atas kondisi kejiwaan paman memang sudah terlambat. Seharusnya, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) seperti paman harus sudah sejak lama mendapatkan perawatan dari ahlinya. Sehingga dokter ahli jiwa bisa lebih mudah memberikan penanganan secara lebih cepat dan tepat. 

Ya, semua sudah menjadi takdir hidup paman. Penyesalan tinggallah penyesalan. Perjalanan hidup paman sudah pasti menyisakan kenangan-kenangan yang beragam. Namun yang pasti, kebersamaan paman dengan anak-anaknya terutama si kecil Bintang, menyisakan goresan luka yang tak hilang hingga kini. Bintang menjadi remaja yang agak berbeda. Dia masih sering melamun. Meski sekarang dia mau mengikuti kursus-kursus keterampilan, namun dia tetap menjadi remaja pendiam. 

Kami semua tak bisa menyalahkan masa lalu. Toh, memang semua sudah berlalu dan itu menjadi pelajaran berharga bagi kami. Sekarang, kami hanya bisa memberikan dukungan pada semua pilihan hidup Bintang, selama pilihan-pilihannya adalah pilihan yang positif.



Tulisan ini diikutkan dalam 

"Giveaway Aku dan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)"
yang diselenggarakan oleh Liza Fathia dan Si Tunis 





17 comments

  1. turut prihatin dengan kondisi bintang. Pelajaran berharga untuk saya betapa kekerasan pada anak sangat buruk akibatnya.
    Nice share mb

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kekerasan pada anak memang dampaknya luar biasa pada perkembangan anak hingga ia dewasa, Bang. Tapi untuk kasus Bintang ini ayahnya melakukan kekerasan di luar kendalinya, krn jiwanya terganggu.
      Makasih :)

      Delete
  2. turut prihatin dengan kondisi bintang. Pelajaran berharga untuk saya betapa kekerasan pada anak sangat buruk akibatnya.
    Nice share mb

    ReplyDelete
  3. turut prihatin...
    odgj emg perlu perhatian khusus, jgan dikucilkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, Mbak. Karena mereka seperti itu juga gak sadar melakukannya... :(

      Delete
  4. penanganannya mungkin telat ya mba...

    ReplyDelete
  5. Duh aku baca ceritanya juga deg-degan MBak,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Deg-degan pas bayangin ngamuknya ya, Mbak Astin? Hehe...

      Delete
  6. Mnrtku bintang hrs segera ditangani jg mbak...sdh pernah dibawa ke psikolog apa belum?jgn smp terlambat...bisa jadi dia mengalami trauma shg jiwanya terguncang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, aku juga kepikiran gitu Mbak sebenernya. Tapi dia skrg cuma tinggal berdua sama ibunya. Ibunya juga sering sakit. Kakak2nya di lain kota. Setauku sih, belum pernah dibawa ke psikolog. Coba ntar aku tanya2/rundingkan ke kakak2nya...

      Delete
  7. Kasian Bintang. Ah, di luar sana juga ada bintang-bintang yang lain mbak. Aku liat sendiri.
    Semoga anak-anak di luar sana yg harus mengalami banyak hal tak mengenalkan bisa kuat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak Ety. Permasalahan seperti ini juga gak sedikit terjadi di luar sana, ya. Kita doakan saja, Mbak.

      Delete
  8. perlu penanganan yang baik dan juga jangan sampai telat ya mbak

    ReplyDelete
  9. kita harus perduli, tapi memang odgj perlu penanganan yang khusus

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.