I'tikaf Bersama si "Erroria"


credit


Semasa kuliah dulu aku pernah menjadi sukarelawan di sebuah panti asuhan anak-anak yatim dan anak-anak kurang mampu khusus perempuan. Kurang lebih satu tahun aku di sana, membantu belajar adik-adik dan membantu urusan panti yang lainnya. 

Di panti itu ada salah seorang adik panti yang “istimewa” buatku. Namanya Binti (karena aku tak ingin membicarakan hal-hal yang buruk tentangnya, maka kusebut saja nama aslinya). Ketika aku tinggal di sana, dia sudah SMA. Dia termasuk adik panti yang rajin beribadah, bantu-bantu urusan dapur, rajin belajar, pandai berceramah, tetapi uniknya dia juga yang paling sering “error”. Maksudku dia seringkali berbuat salah tetapi itu justru membuat teman-teman dan kami semua penghuni panti tertawa akibat tingkah lakunya. Bagaimana tidak, kesalahan-kesalahannya memang lucu dan tak disengaja. 

Contohnya saja ketika dia pulang sekolah di saat panas yang terik, dia langsung berlari menuju dapur untuk mencari minum. Waktu itu aku bersama temanku sedang membantu ibu pengasuh panti untuk membuat kue. Karena air putih di kulkas kebetulan sedang kosong, maka dia langsung menyambar gelas yang berisi air di dekat kulkas. Air itu langsung dimasukkan ke dalam mulutnya. Namun tiba-tiba dia menyolek lenganku dan melotot ke arahku sambil menunjuk-nunjuk mulutnya. Aku melihat ke arahnya lalu berganti ke arah gelas yang kosong, dan langsung menahan tawa. Dengan berbisik aku katakan padanya, “Itu putih telor!” 

Dia bertambah melotot. Tetapi karena tak berani berkomentar dan memuntahkan, ya dia telan saja putih telor itu. Lalu dengan tergesa-gesa dia mencari air putih untuk mengganti isi gelas itu sebelum ibu pengasuh panti memergokinya. “Dasar Binti!” Batinku sambil tersenyum.

Nah, kalau yang berikut ini adalah ceritaku bersamanya ketika bulan Ramadhan tahun 2006 lalu. Sebagai anak yang rajin beribadah, dia sangat antusias ketika bulan Ramadhan tiba. Tilawahnya diperbanyak, shalat sunnah hampir tak pernah absen, dan lain-lain. Ketika Ramadhan tiba pada 10 hari terakhir, dia juga sangat bersemangat untuk ber-i’tikaf. Karena panti itu letaknya dekat dengan masjid Al-Akbar Surabaya, maka dia pun ingin menikmati rasanya ber-i’tikaf di majid megah itu.

Dia pun mencari partner untuk diajak berangkat i’tikaf bersama-sama. Diajaklah aku. Hari pertama, kami shalat tarawih di masjid Al-Akbar lalu berlanjut i’tikaf hingga shubuh. Ternyata besoknya kami merasa ngantuk dan kecapekan karena kurang tidur. Kami pun merencanakan untuk berangkat tengah malam saja, sehingga hanya shalat malam, tilawah, sahur, dan shalat shubuh di masjid Al-Akbar. Sedangkan shalat tarawihnya di mushalla panti seperti biasa.

Pukul 11 malam alarm berbunyi. Kami yang sengaja tidur sekamar malam itu, bangun pula bersamaan. Kami segera menuju dapur untuk mempersiapkan bekal sahur seadanya. Mi instan dan telor sudah siap, tinggal memasak. Binti segera memasak mi, sedang aku menggoreng telor. Sip! Sudah masak semua, sudah kami tata rapi dalam wadah bekal. Siap berangkat.

Kami pun dapat khusyuk ber-i’tikaf hingga shubuh tiba. Kami pulang ke panti dengan bahagia. Besok kami akan mengulanginya lagi, begitu rencana kami. Namun sekitar pukul 8 pagi perutku merasa mulas. Aku berlari ke kamar mandi. Ternyata BAB-ku tak seperti biasanya. Penasaran dengan makanan yang masuk ke mulutku, aku pun bertanya pada Binti. Ternyata Binti juga mengalami hal yang sama denganku, kami diare! Kami pun saling bertanya, jangan-jangan ada yang salah dengan mi instan atau telor yang kami masak. Usut punya usut, olalaa....

“Aku tadi nggak nemu panci, ya udah aku ngambil wajan di dekat wastafel. Mungkin belum dicuci, ya, Mbak? Tapi kelihatannya bersih, kok,” jawabnya lugu.

Masya Allah..... Binti... Binti.... Ya jelas belum dicuci kalau posisinya di dekat wastafel, belum digantung di tempatnya! Mungkin ada kecoa yang masuk atau binatang yang lain.. Hiiyyy.... Aku nggak mau membayangkannya. Tetapi aku tak marah padanya. Karena aku sudah tahu betul tabiat adik pantiku itu. Aku malah tertawa. Dan seperti biasanya, dia juga tertawa terpingkal-pingkal akibat ke-error-annya sendiri. Tak merasa bersalah. Hahaha.... Dasar si "Erroria".

Manusia memang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tetapi ke-error-an Binti itu, bagiku adalah kekurangan yang lucu, yang membuatku seringkali kangen padanya  :)



Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka Ramadhan Giveaway dipersembahkan oleh Zaira Al ameera, Thamrin City blok E7 No. 23 Jakarta Pusat



18 comments

  1. hihihi untung bukan minyak yang di telen, tapi telur juga gak enak :o

    kirain makan cabe mb perutnya mules :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi... tapi telor mentah bagus juga kok buat obat :)
      makasih ya mbak udah mampir :)

      Delete
  2. ngangenin (kangen) ya mba..

    ReplyDelete
  3. wah bener-bener error, masa mau digunakan untuk memasak nggak dicuci dulu. Pantesan aja sakit perut hahahaha

    ReplyDelete
  4. Duh ternyata Emak satu ini berjiwa sosial tinggi jempol ahhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah nggak segitunya deh, Mbak Hana :) cuma kurleb setahun kok di situ :) makasiih jempolnya.....

      Delete
  5. Emang Mbk Diah selalu berhati besar untuk memaklumi setiap keadaan yang tidak sengaja di perbuat adik pantinya.

    Hemmm kapan punya Kakak kayak Mbk Diah ya??

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah, mas Imam ini juga terlalu memuji, deh. saya gak sebaik itu kok ;) kadang juga marah sama adik-adik yang lain :)
      saya doakan semoga punya istri yang sabar dan pengertian (eh udah nikah belum ya? hehe..)

      Delete
  6. Salut mbaak sama empatinya yang luar biasa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih, Mbak Christanty.. wajar-wajar aja kok, karena mereka juga anak-anak yang baik :)

      Delete
  7. Wkwkwkwk... Binti-binti... untung mbak Diah sabaaaarr... hehhee

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh, ada mbak Nunu :) biasa aja kok mbaaaakkk... hehe..

      Delete
  8. hahaha
    Pasti mulutnya bau amis tuh sehabis minum telur. Lagian nggak nanya dulu, main embat aja.

    ReplyDelete
  9. Wah erorr! Tapi salut si emak jiwa sosialnya tinggi, pengen deh ngerasain kehidupan panti, terima kasih partisipasinya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bener-bener error adik yang satu itu :D
      kalau kita berkunjung ke panti, kita akan merasakan keceriaan mereka tapi sekaligus juga pengen bantu mereka..
      terima kasih, Mbak Karryn :)

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.