Menjaga Kebersihan dan Kesehatan di Pondok Pesantren, Harus Terus Dimonitor

Beberapa waktu lalu saat saya berniat memasukkan anak saya ke pondok pesantren, saya dan suami memilih pondok pesantren yang jumlah santrinya tidak begitu banyak. Pertimbangan kami simpel saja, karena agar anak kami lebih mendapatkan perhatian dari para ustadz, juga agar tidak bercampur dengan begitu banyak santri lainnya dalam pondok (tentunya disamping pertimbangan-pertimbangan lain).


Santri sedang mengaji (dokpri).


Pemikiran semacam itu timbul dari bayangan saya akan pengalaman teman-teman saya yang pernah mondok. Pasalnya, teman-teman saya yang lulusan pondok pesantren (ponpes) itu pernah bercerita tentang bagaimana kehidupan di ponpes. Sehingga dari mereka saya jadi sedikit tahu bagaimana kehidupan anak-anak (santri) di pesantren.

Para santri di ponpes tersebut hidup secara komunal. Ya, memang biasanya seperti itulah kehidupan santri di pesantren. Ratusan bahkan ada yang sampai ribuan santri hidup dalam sebuah bangunan pondok pesantren. Dalam satu kamar, biasanya berisi belasan santri.

Lalu karena sudah akrab satu sama lain, para santri ini kerap bertukar barang-barang milik pribadi. Sudah biasa jika mereka saling memakai sabun mandi, pasta gigi, hingga handuk temannya. Lalu pakaian dan handuk yang setengah basah seringkali dijemur di dalam kamar. Sehingga lingkungan kamar jadi lembap.

Nah, kamar yang lembap dan kebiasaan para santri yang saling bertukar barang-barang pribadi seperti itulah yang menyebabkan para santri seringkali menderita sakit demam hingga terjangkit penyakit kulit.

Saya khawatir jika anak saya mengalami hal serupa. Maka untuk meminimalisir hal itu, salah satu cara kami adalah memasukkan anak saya ke pondok pesantren yang santrinya tidak begitu banyak. Karena dengan santri yang sedikit, pengawasan terhadap santri termasuk pengawasan dalam hal kesehatan lebih terjaga.


Pembiasaan Hidup Bersih dan Sehat di Pesantren

Nah, di ponpes anak saya, sejak pertama kali masuk kemarin para santri diwajibkan membawa peralatan dan perlengkapan pribadi yang semuanya harus diberi nama santri masing-masing.

Dari peralatan makan (sendok, piring, gelas), pakaian (kaos, celana, sarung, peci, dll), hingga peralatan mandi (sikat gigi, handuk, dll), semuanya harus diberi nama. Hal ini untuk menghindari tertukarnya barang-barang tersebut dengan barang-barang santri lain.

Para santri harus rajin mencuci pakaian setiap hari (bahkan sprei harus rutin dicuci seminggu sekali), setiap selesai makan harus mencuci peralatan makannya, menjemur handuk di depan kamar (di depan kamar adalah ruang kosong, tidak ada bangunan lain), dan lain sebagainya.

Intinya, para santri dididik untuk membiasakan hidup bersih dan sehat. Di pesantren pun ada bagian kesehatan yang siap menangani jika ada santri yang sakit. Dengan demikian, saya sebagai orang tua lebih tenang melepas anak untuk menuntut ilmu di pondok pesantren.

Karena kita tahu kebersihan dan kesehatan sangat penting. Jika tubuh kita bersih dan sehat, maka kita dapat menjalankan berbagai aktivitas dengan lebih baik dan mudah. Dalam Islam pun diajarkan tentang bersuci dan tentang kebersihan, yang tentu saja berkaitan erat dengan kesehatan. Salah satu hadits berbunyi:

“Kesucian atau bersuci adalah setengah atau sebagian dari iman.” [HR. Muslim].

Dalam menjalankan rukun Islam yang kedua, yaitu salat, muslim harus suci (bersih) dahulu sebelum melaksanakan salat. Demikian juga saat akan membaca Al-Qur’an dan ibadah-ibadah lain. Sehingga kebersihan dan kesucian diri menjadi sebuah kewajiban saat akan beribadah, dan menjadi sebuah kewajiban bagi muslim untuk menjaga kebersihan baik diri maupun lingkungannya.


Gerakan Pesantren Sehat oleh Mohammad Afifi Romadhoni

Sayangnya, tidak semua pesantren di Indonesia memiliki peraturan ketat soal kebersihan dan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren. Mungkin karena jumlah santri yang begitu banyak sehingga pengawasannya kurang maksimal, sehingga kebersihan dan kesehatan kurang terjaga. Sampai hari ini pun saya masih sering mendengar cerita teman-teman atau orang lain tentang santri yang sakit gatal-gatal dan semacamnya.

Dan memang penyakit kulit dari dulu sudah tampak wajar menjangkiti para santri di pondok pesantren. Apalagi ponpes-ponpes dengan sistem "tradisional", yang jumlah santrinya sangat banyak, dan biaya mondoknya terbilang murah. Sehingga fasilitas kurang memadai dan hal-hal yang menyangkut kebersihan dan kesehatan kurang diperhatikan.

Demikian pula yang terjadi di ponpes-ponpes di Jambi, Sumatera. Adalah Mohammad Afifi Romadhoni yang berkisah tentang ponpes-ponpes di Jambi yang kebanyakan masih merupakan ponpes "tradisional". Di sana, masih banyak ponpes yang biaya mondoknya berupa barter dengan beras atau barang-barang lain. Dan di ponpes-ponpes ini, masih sering ditemukan santri-santri yang mengalami penyakit kulit.

dr. Mohammad Afifi Romadhoni (sumber: IG @afifmohd13)


Mohammad Afifi Romadhoni adalah seorang dokter muda lulusan Kedokteran Universitas Jambi. Mohammad Afifi yang dulu saat SD hingga SMP mondok di sebuah pesantren di Jambi, pada Mei 2017 mendirikan sebuah organisasi nirlaba yang peduli kesehatan khususnya di lingkungan pesantren yaitu komunitas Gerakan Pesantren Sehat (GPS).

Mohammad Afifi tahu persis bagaimana kondisi pesantren, khususnya di Jambi. Kebanyakan santri di sana hidup komunal dan biasa bertukar handuk atau pakaian, sehingga kerap terkena penyakit kulit seperti kudis atau panu. Maka GPS dibentuk sebagai wadah untuk mengampanyekan cara sehat tinggal di pesantren. GPS secara rutin melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan kepada para santri di Jambi.

Penyuluhan tersebut misalnya bagaimana cara cuci tangan yang benar, hingga menjaga kebersihan asrama/pondok. Bahkan GPS juga mendampingi santri dalam lingkup kesehatan mental. Hal itu dilakukan karena para santri rentan terhadap masalah kesehatan fisik dan mental akibat hidup berkelompok dan jauh dari orangtua.

GPS yang memiliki tagline "Menebar semangat hidup sehat" tersebut memiliki 11 program untuk memberikan pelayanan yang komprehensif kepada para santri. Program utamanya adalah Sharing Class yang berisi pemberian materi oleh GPS terkait perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kesehatan reproduksi, dan kesehatan mental. Ada juga program Doktren (Dokter Pesantren) untuk melatih santri sebagai agen kesehatan, serta Cerita Santri (CS) untuk meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan mental, perundungan, dan pelecehan.

Selain soal kebersihan, ada juga program Patok (Pesantren Tanpa Rokok), Book4Santri (Buku untuk Santri) yaitu pengumpulan donasi dan sumbangan buku bekas layak baca, serta Kasih Sayang agar santri rajin mencuci mukena, sarung, dan sajadah.

Kemudian setiap bulan Ramadan ada kegiatan Setara (Santri Sehat Ramadhan Berkah) melalui pengumpulan donasi. Selain itu GPS juga memperluas aksinya hingga ke panti wreda dengan mengusung program A Day With Lansia, yaitu aksi sosial dan gerakan peduli lansia di lingkungan Wisma Tresna Werdha. Karena panti wreda juga memiliki persoalan kesehatan yang serupa dengan pesantren.

Lalu pada masa Covid-19, GPS juga bergerak menyalurkan bantuan sembako kepada keluarga-keluarga di Jambi yang terdampak Covid-19.

Dalam melaksanakan program-programnya, GPS mengemasnya dengan kegiatan yang menyenangkan, misalnya perlombaan kebersihan kamar santri, sehingga santri dan pengelola antusias dan tertarik.

Mengenai pembiayaan GPS, pembiayaan program-program tersebut berasal dari donasi, pengumpulan dana dari pemeriksaan kesehatan atau garage sale, dan kantong pribadi anggota GPS.

Salah satu kegiatan GPS baru-baru ini (sumber: IG @gps.foundation)


GPS Mendorong Santri Hidup Sehat

Target pembinaan atau kegiatan utama GPS selama ini adalah para santri dan masyarakat pesantren yang ada di kota Jambi dan sekitarnya. Pondok pesantren yang diprioritaskan adalah yang masih menggunakan sistem “tradisional” dan bukan ponpes modern, dengan santri yang ada mayoritas dari kalangan yatim dan dhuafa.

GPS yang mengampanyekan cara sehat tinggal di pesantren melalui program-programnya, telah mengubah mindset santri khususnya di pondok pesantren tradisional, bahwa santri bisa hidup sehat dan tak selalu terkena penyakit kulit. GPS berusaha mencegah penyakit-penyakit tersebut agar santri nyaman belajar.

Bersama dr. Mohammad Afifi, hingga akhir tahun 2022 ada 135 relawan GPS yang tergabung. Dan direncanakan di awal tahun 2023 akan diadakan evaluasi terkait status kerelawanan ini untuk update jumlah relawan aktif.

Untuk pesantren binaan, sejak tahun 2017 sampai sekarang sudah ada beberapa pesantren binaan, diantaranya Ponpes Ainul Yaqien, Ponpes Darul Huffazh, Ponpes Serambi Makkah, Ponpes As’ad, Ponpes Al Jauharen, KBA Daaru Tauhid, Ponpes Roudlotul Quran AlIslami, Ponpes Nurul Iman, Ponpes Al Awwabien, dan Ponpes At-Taqwa.

Atas kiprahnya mendorong santri hidup bersih dan sehat melalui Gerakan Pesantren Sehat, dr. Mohammad Afifi mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2019 lalu untuk kategori Kesehatan. SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards adalah apresiasi yang diberikan Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya. Apresiasi ini meliputi bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Semoga apa yang telah dilakukan oleh dr. Mohammad Afifi melalui GPS juga diikuti oleh ponpes-ponpes di seluruh Indonesia yang masih belum memonitor dengan baik perihal menjaga kebersihan dan kesehatan para santri dan lingkungannya di pondok pesantren.

Karena bagaimanapun, para santri di pondok pesantren bukan hanya menuntut ilmu (ilmu agama dan ilmu umum), tetapi diharapkan juga mempraktikkan ilmu-ilmu tersebut hingga dewasa kelak baik untuk dirinya sendiri maupun di masyarakat. Dan salah satu ilmu yang harus dipraktikkan adalah bab bersuci, yang berkaitan erat dengan kebersihan dan kesehatan.

Demikianlah sekelumit tulisan mengenai menjaga kebersihan dan kesehatan di pondok pesantren. Oh ya, FYI, kita dapat mengikuti berbagai update kegiatan Gerakan Pesantren Sehat di akun Instagram @gps.foundation ya..


***

Referensi:

  • e-Booklet SATU Indonesia Awards
  • https://www.kompas.id/baca/sosok/2020/08/05/mohammad-afifi-romadhoni-dokter-spesialis-kesehatan-santri/

20 comments

  1. Waaah penting ini untuk para santri dan pesantren. Mantap...

    ReplyDelete
  2. Keren banget sih sepeduli itu sama kesehatan para santri, ya. Moga sukses terus, Dok!

    ReplyDelete
  3. Dokter muda tampan dan menaruh perhatian yang sangat besar terhadap kesehatan dan kebersihan anak2 ponpres ini patut diacungi jempol. Beliau menjadi role model bagi kita semua. Program2 yang dijalankan sudah berhasil sesuai harapan. Semoga berkesinambungan dan ke depannya berkembang lagi dan makin dimonitor kebersihan dan kesehatan masyarakat di ponpres2 lainnya.

    ReplyDelete
  4. Setuju banget dengan Gerakan Pesantren Sehat ini, karena walau anak-anak belajar disana tetap harus menjaga kebersihan dan kesehatan ya mbak. Semoga semakin banyak juga orang-orang seperti dr. Affi ini ya.

    ReplyDelete
  5. Keren banget ini programnya Pak dr Afiif, banyak stigma kalau anak2 pesantren dan lingkungan pesantren terutama yang kebanyakan bukan yang versi modern dan mahal itu seolah kotor dan jorok karena anak2 santri harus urus smeua sendiri. Sukses dan semoga diduplikasi ke semua pesantren2 nih program GPSnya

    ReplyDelete
  6. Kagum banget sama sosok dr. Mohammad Afifi Romadhoni.
    Karena, kalau ngobrolin pesantren, biasanya memang stigmanya jadi beragam. Dari mulai anak abandoned, sampe isu kesehatan yang kurang diperhatikan sehingga rawan tertular penyakit.

    Alhamdulillah, ada edukasi dan perhatian dari Gerakan Pesantren Sehat.
    Semoga dengan menjaga hal-hal dasar seperti ini, membuat anak-anak sehat, dijauhkan dari penyakit baik fisik maupun mental.

    ReplyDelete
  7. Aku dukung banget kampanyw gerakan gaya sehat dan kebersihan untuk para santri ini. Keponakan keponakanku santri dan iya bener penyakit kulit kerap dianggap biasa. Padahal bisa kita cegah ya. Moga makin banyak yang dukung

    ReplyDelete
  8. Sampe2 molly pernah dengar orang2 ngomong kalo masuk pesantren gak afdhol kalo gak kena penyakit kulit. Alhamdulillah sekarang udah ada solusinya

    ReplyDelete
  9. Di pesantren itu kalau dulu sering banget kena gatal-gatal. Ibarat kata, kalau gak gatal dulu gak bakal betah. Cuma ya sekarang kurang related ya. Kebersihan itu wajib. Senang deh dengan Gerakan Pesantren Sehat dari Mohammad Afifi Romadhoni ini

    ReplyDelete
  10. Oalah ada progran semacam ini ya. Pantesan di sekolah anakku kemaren ada hari2 utk pemeriksaan kesehatan gitu mba. Nasional ya

    ReplyDelete
  11. Iya
    Kadang kali santri paling sering terkena penyakit kulit ya mbak.
    Semoga langkah pak dokter dipermudah

    ReplyDelete
  12. Bagus banget ada GPS inii, karena kebersihan emang penting banget apalagi kalau tinggal bareng2 dengan banyak orang. Sukses teus buat GPSnya, Dok!

    ReplyDelete
  13. masyaAllah sekali dokter satu ini, sehat terus ya dok dan terus menebar manfaat dan semangat buat kita semua

    ReplyDelete
  14. Selain lingkungan pesantren, udah seharusnya gerakan menjaga kebersihan ini dilestarikan di lingkungan2 lain seperti di sekolah formal, instansi perkantoran, dll. Semoga GPS bisa jadi gerakan yang memulai kesadaran tersebut ya Mak

    ReplyDelete
  15. Cakepp Gerakan Pesantren Bersih bagus banget. Aku tu dapat cerita anak temenku pulang mondok panuan gatal2 😭...

    Kembali ke anak2 jg yaa ada yg type rapi bersih ada yg brak bruk

    ReplyDelete
  16. Keren sekali program ini, saya juga sedang mempersiapkan anak buat bisa masuk pesantren tanpa drama dan dengan kesiapan yang matang. Memang kebersihan ini yang bener-bener harus digembleng dan diingetin terus.

    ReplyDelete
  17. keren nih gerakannya. pesantren itu pusat peradaban. harus dibantu oleh banyak pihak agar sukses mengantarkan santri menuju kesuksesan di masa depan

    ReplyDelete
  18. Keren banget ya pak dokter, menjalankan gerakan Pesantren Sehat, jadi anak-anak santri terbiasa hidup sehat dan bersih sesuai anjuran Rasulullah

    ReplyDelete
  19. alhamdulillah senagn melihatnya mbaa. Memang ngga boleh sembarangan dan di mana pun berada, kita harus bisa menjaga kebersihan selalu

    ReplyDelete
  20. Jujur memang ini yg bikin aku masih ragu masukin anak ke pesantren mba. Masalah kebersihan dan pinjam meminjam barang. Tapi kalo denger cerita mba ada yg memang membatasi muridnya supaya ga banyak, dan mementingkan kebersihan, beda cerita..

    Memang hrsnya begitu, apalagi pesantren identik dengan agama, dan dalam Islam selalu diajarkan utk menjaga kebersihan. Penting banget malah.

    Salut juga utk pak dokter muda, yg mau menjalankan kegiatan seperti ini di banyak pesantren tradisional. 👍

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.