Mengatasi Burnout, Haruskah Resign?

 

Baiklah, tema #SepekanODOPRamadanISB kali ini jujur membuat saya agak berpikir keras. Hehe. Tema mengenai "tips menangani kondisi burnout" membuat pikiran saya terlempar pada kondisi beberapa tahun yang lalu. Yaitu pada saat saya masih bekerja di sebuah perusahaan kecil.


mengatasi-burnout


Saat-saat itu sudah lama terjadi, sekitar sepuluh tahun yang lalu. Saya mulai bekerja sebagai staf administrasi di sebuah perusahaan jasa persewaan alat-alat katering sejak menjelang lulus kuliah. Saat itu pekerjaannya masih kami kerjakan secara manual semua. Mencatat order, merekap pesanan, menghitung tagihan, membuat surat jalan, dan sebagainya kami tulis secara manual.

Karena perusahaannya masih berbentuk CV, karyawan pun masih sedikit. Staf administrasi hanya ada dua orang, saya dan seorang teman. Pekerjaan catat-mencatat itu juga terbilang ringan. Apalagi tidak setiap hari ramai pesanan. Dalam seminggu, paling ramai biasanya hari Jumat hingga Minggu. Senin hingga Kamis biasanya hanya ada pesanan-pesanan kecil. Selainnya, yang ramai adalah di saat-saat tertentu, seperti saat musim nikah, hari-hari libur nasional, atau setelah hari raya Islam.

Sehingga, bisa dikatakan pekerjaan saya tergolong ringan. Hanya di saat-saat ramai pesanan yang membuat saya sedikit merasa dikejar-kejar bu boss dan juga pelanggan. Hehe.


Apakah Burnout Melandaku?

Namun meski pekerjaannya tergolong ringan, wajar ya jika selama bekerja ada kebosanan yang dirasakan. Saya pun demikian. Di tahun ketiga bekerja di sana, saya merasakan kebosanan itu. Bosan karena pekerjaannya begitu-begitu terus, dan belakangan merasa kecapekan karena setelah menikah jarak tempuh dari rumah ke tempat kerja lebih jauh dan kadang harus ditambah jalan kaki. Ya, saya masih bekerja di sana setelah menikah hingga anak pertama usia setengah tahun.

Kemudian ada hal lain juga membuat saya kurang nyaman dengan pekerjaan saya. Urusan tagih-menagih uang sewa kepada pelanggan seringkali berlangsung alot. Beberapa pelanggan sering mundur membayar uang sewa. Sedangkan bu boss tentu ingin uang sewa segera dibayar karena untuk biaya operasional dan lain-lain. Posisi saya dan teman sebagai staf administrasi kadang merasa tertekan. Belum lagi kadang kami mendapat komplain dari pelanggan karena pesanan kurang sesuai dan lain-lain.

Lalu, kebosanan, kecapekan, dan tekanan itu kian menjadi setelah saya lumayan sering izin tidak masuk karena harus menjaga anak di rumah. Kakek-neneknya si kecil yang biasa menjaga si kecil belakangan ingin berkunjung ke rumah kakak dan saudara-saudara di luar kota. Beban pikiran pun melanda. Saya enggak enak sama teman kerja dan bu boss karena sering izin.


burnout-syndrome


Kondisi saya yang enggak bagus dalam pekerjaan itu mungkin yang disebut burnout, yaitu stress yang berlebihan dalam hal pekerjaan. Kalau diterjemahkan, sih, burnout artinya terbakar habis. Hehe. Tapi burnout ini adalah istilah psikologi. Mengutip definisi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), burnout syndrome adalah kondisi stres kronis akibat pekerjaan yang ditandai dengan rasa lelah, kesal dengan pekerjaan, dan merasakan ketidakpuasan. Kondisi ini bisa dirasakan secara fisik maupun emosional.

Ya, saya benar-benar pusing saat itu. Stress. Lelah jiwa raga. Perang pikiran sering saya alami. Apakah saya sebaiknya resign saja, keluar dari pekerjaan itu? Tapi kasihan suami kalau saya keluar kerja, karena gaji kami masih sama-sama kecil, sedangkan kebutuhan rumah tangga plus seorang anak tidaklah sedikit.

Karena satu-satunya orang yang saya percaya saat itu hanya suami, saya pun curhat hanya pada suami. Saya katakan bagaimana sebaiknya saya harus membuat keputusan? Katanya, coba bicarakan dulu dengan atasan. Juga minta pendapat teman. Tapi saya sendiri sudah merasa tidak enak dengan mereka. 

Sedangkan jika berdiskusi dengan bapak-ibu, tentu mereka tidak mau "dikekang" untuk terus menjaga si kecil. Lalu apakah kami harus menitipkan anak di daycare? Wah, biaya untuk menitipkannya itu yang belum ada anggaran. Hehe.

Pada akhirnya, saya memohon kepada suami. Berharap suami memberikan izin agar saya bisa resign saja untuk kebaikan diri saya sendiri juga pada anak (agar anak bisa saya besarkan dengan tangan saya sendiri). Alhamdulillah, setelah mendengar keluh kesah saya, suami mengizinkan saya untuk resignBismillah saja untuk segala sesuatu yang akan terjadi, terutama untuk masalah ekonomi keluarga ke depannya.

Apakah Harus Resign?

Dari cerita burnout saya di atas, apakah bisa disimpulkan bahwa sebaik-baiknya keputusan yang harus diambil ketika burnout melanda adalah resign dari tempat kerja? Tentu saja tidak. Karena masing-masing orang punya masalah yang berbeda dan cara pengambilan keputusan yang juga tidak sama. Ada beberapa pilihan yang bisa kita ambil untuk mengatasi burnout. Misalnya sebagai berikut: 
  • Bicarakan dengan atasan. Kita bisa mencoba membicarakan kesulitan-kesulitan yang kita hadapi kepada atasan. Siapa tahu atasan punya solusinya. Mungkin dengan mengurangi beban kerja, atau memberikan challenge baru, dan sebagainya. 
  • Berceritalah dengan orang terdekat. Orang-orang terdekat mungkin bisa mengurangi beban pikiran, atau memberikan solusi lain yang mungkin tak terpikirkan oleh kita.
  • Ambil me time, lakukan hal-hal yang disukai. Melakukan hal-hal yang disukai mungkin bisa mengurangi kejenuhan, kecapekan, atau tekanan-tekanan lain yang berhubungan dengan pekerjaan. 
  • Lakukan olahraga. Olahraga juga bisa mengurangi stress akibat bekerja. Tapi harus dilakukan secara teratur, ya. Agar pikiran fresh, dan tubuh sehat.
  • Istirahat yang cukup. Istirahat sangat penting dilakukan setelah badan dan pikiran capai akibat pekerjaan. Tapi yang jadi pertanyaan, apakah bisa istirahat yang cukup ya jika pekerjaan terus menumpuk?
  • Resign. Ini opsi terakhir, ya. Jika sudah tak bisa melakukan poin-poin sebelumnya.

Jadi, pilihan resign adalah pilihan terakhir jika semua pilihan sebelumnya tidak dapat mengatasi burnout.


Nah, itulah beberapa pilihan untuk mengatasi burnout. Kalau teman-teman, punya pengalaman mengenai burnout? Bagaimana cara mengatasinya? Cerita di kolom komentar, yuk! 😊




No comments

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.