Keterlambatan-keterlambatan Tumbuh Kembang Zia yang Terbayar di Usia Dua Tahun


Ada banyak hal yang ingin kuceritakan padamu. Entah dari mana aku akan memulainya, aku bingung. Saking lamanya aku menyimpan semua cerita yang sebenarnya ingin kuceritakan. Cerita tentang dia, dia, itu, di sana, saat itu, ... Semuanya. Padamu, dunia...

Kurang lebih seperti itulah yang ada dalam pikiran saya akhir-akhir ini. Saya ingin menulis cerita keseharian, ditulis setiap hari, seperti layaknya menulis diari. Emm... Apakah saya harus membuat blog baru saja untuk menampung semua cerita itu?

Ah, sepertinya belum memungkinkan. Quote di atas itu mungkin muncul karena saya sedang kesepian, atau lebih tepatnya sepi yang disengaja. Ya, saya sengaja jarang ikut lomba-lomba blog atau mencari materi "serius" untuk mengisi blog. September kemarin, blog ini layaknya etalase toko. Isinya sponsored post dan lomba blog saja, hanya ada satu konten organik. Jadi saya rindu untuk menulis hal-hal remeh-temeh cerita keseharian.

Baiklah, apapun yang terjadi besok, kali ini saya mau cerita...
Tentang si nomer tiga saya, Zia, yang saat ini berusia 27 bulan.




Seperti judul di atas, ada beberapa keterlambatan tumbuh kembang Zia yang ternyata harus dilaluinya. Setiap anak memang berbeda, sih, termasuk juga mengenai tumbuh kembang (tumbang)nya. Sebenarnya tak bermaksud membanding-bandingkan, tapi ini sebagai evaluasi saja. Kalau dulu kedua kakaknya terbilang lancar tumbangnya meski ada fase-fase yang kurang mulus, kali ini Zia jauh berbeda.

Baca juga: Optimisme Pada Milestone Tumbuh Kembang Anak.


Terlambat Jalan
Jelang usia Zia satu tahun, saya sudah ingin menyaksikannya bisa berdiri tanpa berpegangan. Karena normalnya, anak mulai bisa berjalan sekitar usia 10-11 bulan. Tapi jangankan berdiri tanpa berpegangan, rambatan (berdiri dengan tangan berpegangan pada alat bantu seperti kayu, tembok, besi, dll) saja dia masih takut. Jadi saya pun belum bisa mengharapkannya bisa berjalan. 

Zia terus merangkak dari usia setahun hingga beberapa bulan setelahnya. Di usia sekitar 15 bulan, dia baru mulai rambatan. Harapan saya mulai tumbuh subur bahwa Zia akan segera bisa berjalan. Saya masih tenang banget. Toh, batas wajar anak mulai bisa jalan setahu saya di usia 18 bulan. Lebih dari itu, kita harus waspada.

Tapi ternyata, ketika usia Zia telah mencapai angka 18 bulan, dia masih saja merangkak dan rambatan. Berdiri tegak tanpa berpegangan pun dia belum berani. Saat itu saya dan suami mulai berniat untuk mengkonsultasikan masalah tersebut ke poli tumbuh kembang anak.

Tapi sayangnya niat tinggalah niat. Rasanya tak pernah ada jeda dari pekerjaan suami. Selalu saja tak ada kesempatan untuk pergi ke poli tersebut. Hari demi hari pun berlalu, bulan demi bulan... dan Zia masih saja merangkak dan rambatan. Kami sekeluarga (saya, suami, bapak dan ibu) tak pernah berhenti menstimulasi Zia agar bisa berdiri lalu berjalan. Tapi sepertinya kakinya belum kuat untuk berdiri tegak. Sesekali tangannya dilepas, pasti dia terjatuh. 

Lalu rasa cemas dan khawatir mulai sering menghantui saya. Banyak saudara yang menenangkan. Kata mereka, banyak kok anak yang baru bisa jalan di usia 2 tahun lebih. Tapi tak bisa dipungkiri, saya tetap khawatir, demi melihat banyaknya anak-anak yang sudah pandai berlari di usianya yang dua tahun. Hingga beberapa hari setelah usia Zia genap dua tahun...

Zia bisa dilepas tangannya dan berani melangkah maju!


Momen awal-awal Zia bisa jalan (usia 25 bulan).

Kebayang, kan, gimana bahagianya saya? Huhuhu.. mata saya sampai berkaca-kaca di saat yang bersamaan terus tertawa menyemangati Zia. Hari-hari pun diisi Zia dengan terus semangat belajar berjalan. Seluruh isi rumah pun heboh. Kedua kakaknya rebutan memanggil-manggil Zia agar berjalan mendekat pada mereka. Alhamdulillah...
Fix, Zia bisa berjalan saat usianya 25 bulan.

Kalau yang berikut ini adalah video Zia saat berjalan di Masjid Namira Lamongan, usia 26 bulan. Udah lancar jalannya meski masih kayak robot. Hahaha.




Terlambat Bicara
Lagi-lagi harus membandingkan. Kedua kakaknya dulu bisa bicara saat usianya 18 bulan dan 20 bulan. Zia? Dia baru bisa mengucapkan "Umi, Abi, Uti, Kung, Emaa (Fahima), Aiq (Faiq), ee'," di usia 22 bulan. Dia sering ngoceh, sih, tapi kata-katanya belum jelas. Hehehe. 

Untuk masalah terlambat bicara ini saya enggak terlalu khawatir sebenarnya. Karena Zia sudah mau cerewet mengeluarkan suara sejak usia satu tahunan. Disamping itu ada saudara saya yang kedua anaknya mengalami speech delay, jadi saya selalu melihat "ke sana" untuk menenangkan diri. Tapi meski begitu, saya juga enggak santai-santai saja, saya tetap menstimulasinya agar lekas bisa bicara. Antara lain dengan sering mengajaknya ngobrol, membacakan buku, atau menanggapinya setiap kali dia ngoceh. 

Saat ini, di usianya yang 27 bulan, alhamdulillah Zia sudah bisa ngomong dua-tiga kalimat meski masih cadel. Lucu nyimaknya 😍.

Baca juga: Catatan Tumbuh Kembang Anak-anakku di 2016.




Terlambat Disapih
Ini bukan semata-mata karena Zia yang susah lepas ASI, tapi karena saya juga yang kurang tegas. Ya, sejujurnya kami sama-sama masih saling sayang. #eh maksudnya sama-sama masih sulit saling melepaskan. Huhuhu. Melow, deh.

Drama banget lah pokoknya soal menyapih Zia ini. Maklum, saat usia Zia baru 13 bulan, benih si adik sudah muncul di perut saya. Saya enggak mau langsung menyapih Zia saat itu juga, kasihan. Tapi sayangnya saya juga enggak kunjung tegas menyapihnya saat usianya satu setengah tahun. Bahkan hingga adiknya lahir saat usia Zia 22 bulan. Sudah sering saya sounding macem-macem, sih, tapi belum berhasil. 

Yang bikin drama, tuh, kalau enggak dikasih ASI pas maunya ng-ASI, Zia nangisnya kejer banget. Kalau malem nangisnya berkali-kali. Dan saya enggak tahan. Saya kasihan. Huhuhu. Jadilah saya yang mengalah. Tandem ng-ASI Zia plus adiknya.

Saat usia Zia genap dua tahun, saya sudah bulatin tekad mau menyapihnya. Suami juga sudah mendesak banget. Kasihan adiknya, dong. Saya pun terus sounding ke Zia, bilang gantian adik, kasihan adik, dan seterusnya. Selain itu akhirnya saya kasih plester deh ASI saya. Hihihi.

Jadi usia 25 bulanan kemarin Zia baru benar-benar lepas ASI. Masih suka drama, sih. Tapi setidaknya sudah enggak nyari ASI lagi kalau terbangun di tengah malam. Hehe. Alhamdulillah.


Terlambat Toilet Training
Karena jalannya terlambat, proses toilet training (TT) Zia pun terlambat. Kalau dulu kakaknya sudah lulus TT di usia 20 bulan, Zia baru lulus di usia 25 bulan. Soalnya, saya enggak bisa melakukan TT kalau anaknya masih merangkak atau rambatan. Emak rempong empat anak ini enggak sanggup! Hahaha. Enggak sanggup lepas pospak atau clodi lalu ngepel-ngepel kalau dia ngompol. Duh...

Selama belum bisa jalan itu, saya hanya bisa memotivasi Zia untuk bilang "pipis" atau "ee'" kalau dia memang lagi kebelet. Trus cepet-cepet saya gendong ke kamar mandi. Kadang-kadang bisa, sih, tapi banyak gagalnya 😃.

Alhamdulillah setelah bisa jalan, proses TT pun tinggal memperlancar saja. Begitu dia bilang "ee'" (pipis atau ee' Zia tetep bilangnya ee' 😂) langsung deh saya suruh jalan ke kamar mandi. Malam hari pun meski saya pakaikan pospak, Zia jarang mau pipis di pospak. Biasanya bangun tidur baru minta diantar pipis ke kamar mandi 😍.

Baca juga: Tips Toilet Training ala Fahima.

Zia nemu teman baru di Masjid Namira Lamongan :)

Oh ya, satu lagi yang bikin saya bahagia di usia Zia yang dua tahun ini. Sekarang Zia sudah enggak nangis lagi kalau datang ke tempat baru atau bertemu orang-orang baru. Biasanya dia akan nangis kejer kalau bertemu orang-orang asing, di tempat asing (atau bukan di rumah). Seperti misalnya di sekolah kakaknya, udah enggak nangis lagi kalau ketemu teman-teman kakaknya dan ibu-ibu di sana.

Alhamdulillah keterlambatan-keterlambatan Zia dalam hal tumbuh kembang seperti di atas terbayar semua di usianya yang ke dua tahun. Saya bahagia banget, tentu saja. Tapi tentu juga, pe-er saya enggak lantas habis. Ya pasti enggak dong, ya. Hehehe. Masih banyak yang harus saya lakukan untuknya di masa tumbuh kembangnya ini. Semoga akan semakin banyak kejutan manis dari Zia di hari-hari yang akan datang 😍.



27 comments

  1. Anakku urah umur 3th belum TT nih. Hiks. Sedih deh. Bismillah, menguatkan hati untuk memulai segera deh.

    ReplyDelete
  2. Anakku yang pertama di daycare dan baru lulus TT usia 4 tahun, duh emaknya sok seebok pisan, alhamdulillah anak kedua bisa resign dan lulus TT usia 2,5 tahun (terhitung telat juga dibandingkan dengan anak-anaknya Mba Diah) #tutupmuka

    ReplyDelete
  3. Semangat mbaa.. setiap anak memang unik, yang penting kita nggak lengah memantau saja. Semoga anak2 kita selalu sehat yaa :)

    ReplyDelete
  4. bisa merasakan perjuangan dan kesedihanmu mba. anakku pun terlambat bicara. sekarang sudah termasuk normal karena disekolahkan dini. mungkin aku kurang becus jadi ibu, itu sering menghantuiku. Tapi ga ada orang yang sempurna. Bismillah semoga anak-anak kita bisa segera mengejar ketertinggalan tumbuh kembang ini

    ReplyDelete
  5. Katanya dulu aku juga telat tumbuhnya kak, cerita adik Zia mengingatkanku pada cerita ibu 😆

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah, Zia memiliki orang tua yang tidak mudah menyerah. Beberapa keterlambatan, mulai dikejar. Sehat selalu ya, Zia :)

    ReplyDelete
  7. Anakku juga terlambat jalan, Mba. Terlambat ngomong dan baru lepas pospak saat usianya 3 tahun

    ReplyDelete
  8. Setiap anak itu istimewa sama istimewanya dgn semua ibu. Saya juga banyak tantangan dianak kedua ini Semangat ibu zia dan zia juga.

    ReplyDelete
  9. Ada feknya gak yaa, mba...karena anak bungsu ((untuk saat ini))..?

    Karena sama halnya sperti anakku.
    Yang pertama dan kedua sungguh membuat Mama banyak belajar dan belajar lagi.

    Gak bisa ideal seperti saat anak baru satu.

    ReplyDelete
  10. Anak-anak memiliki keistimewaan masing-masing ya. Meski dulu aku pun sempat membandingkan anak sulung dan yg bungsu

    ReplyDelete
  11. Salfok sama pi2nya zia mbk, pengen nowel2...
    Si ken dlu jg terlambat bicara mbk, malah dikira org2 bisu, hiks, tp skrg alhamdulillah, cerewetnya nggak ketulungan 😄

    ReplyDelete
  12. Anak ku 25bulan belum tak ajarin TT jadi masih pakai pampers gpp ya hehehe soalnya aku ga ngerti cara ngajarinnya gimana ya mba?

    ReplyDelete
  13. Setiap anak memang beda2. Kadang karena terlambat jalan atau bicara jd dikata2in Ibu2 lain. Nah Ibunya sendiri kudu kuat, anggap angin lalu orang2 yg nyir2

    ReplyDelete
  14. Urusan toilet training dkk ini memang susah-susah ya.. anak-anakku juga beda-beda niih

    ReplyDelete
  15. Tetap semangat mendampingi si buah hati yg semakin lincah. Semoga kedepannya perkembangam semakin lancar sesuai usia pertumbuhan.

    ReplyDelete
  16. Kedua anakku juga terlambat mba,, yg satu terlambat jalan dan yang satu terlambat tumbuh gigi.tapi alhamdulillah pas usia 2 tahun mereka susul semua itu.. Sehat terus Ya Zia

    ReplyDelete
  17. Kalau kata ibuku dulu waktu kecil abangku udah bisa jalan umur 10 bulan dan sudah tumbuh gigi...sedangkan aku baru bisa jalan umur 1 tahun dan belum tumbuh gigi pula, masung-masing anak beda tumbuh kembangnya kata ibu ku :)

    ReplyDelete
  18. Kalau saya pribadi tidak begitu berpatokan sama pola tumbuh kembang yang kemudian membuat sedikit menyita pikiran.
    Setiap anak punya caranya berkembang. Asalkan sudah diberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan usianya, tidak perlu khawatir. Takutnya malah jadi membandingkan satu anak dengan anak lain. Padahal mereka punya "jalur berkembang" yang berbeda sekalipun mereka kembar.
    Itu sih yang saya dengar selama ini dari psikolog saat ikuti seminar-semibar parenting.

    ReplyDelete
  19. Ga papa mbak, tiap anak beda2 tumbuh kembangnya :)

    ReplyDelete
  20. Setuju sama mba Rahmah.
    Setiap anak itu unik! Artinya anak satu dengan yang lainnya itu berbeda dan punya kekhasan masing-masing.
    Perbedaan sudah dimulai bahkan sejak dalam kandungan dan dalam perkembangan anak jurang perbedaan pun semakin besar.

    Tugas kita orang tua memberikan stimulasi yang tepat. Selebihnya, kita harus menghargai keunikan anak dengan mengenali 3K mereka yaitu, Kemampuan, Kebutuhan dan Kesenangan.


    ReplyDelete
  21. I feel u mbaakk, anak2ku jg unik tumbangnya. Alhamdulillah masa2 itu udah berlalu. Skrng tinggal move on aja dan mendidik anak sebaik mungkin.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah, yang penting Zia sehat ya, Mbaa. Salam sayang buat Ziaa :*

    ReplyDelete
  23. Barakallah kak Zia
    Sehat selalu ya.

    Saya juga khwatir klo perkembangan anak terlambat dari anak seusia. Pasti langsung konsul ke dokter. Hehehhe

    ReplyDelete
  24. Jd ingat adekku, sampe capek dikomentari krn anaknya baru lancar jalan usia 16 bulan.
    Klo aku dikomentari kok anak ke dua imut sementara kakaknya tinggi. Tp klo mw dipikirkan terus capek krn org ga tau perjuangan kita membesarkan mengurus anak.

    ReplyDelete
  25. Yeaayy Zia skrg sudah pinter yaaa, semoga selalu sehat ya nak.

    ReplyDelete
  26. Setiap anak melalui tahap tumbuh kembangnya sendiri2 mba. Justru kadang orang lain tuh yg bikin hati kita jadi nyeri dengan komen2nya. Sehat selalu ya Zia :*

    ReplyDelete
  27. MasyaAllah perjuangan seorang ibu, mba aku terharu banget baca Zia tumbuh kembang, apalagi pake di plester pula biar Zia nggak nenen lagi. Makasih mba atas pembelajaran berharganya, semoga aku bisa menjadi ibu yang baik kelak

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.