Bila Serumah dengan Orang Tua



credit

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

“Mbak Lila nanti ke sini ya, Mii?” tanya anakku suatu ketika.
“Besok pagi, Nak...”
“Enggak besok, Mii... Nanti...”
“Iya, besok, Faiq... Ditunggu yaa...”
Anakku Faiq yang sedang kangen dengan saudaranya itu mulai merengek, lalu menangis. Lalu dia ke dapur menghampiri mbah putrinya, "Mbak Lila nanti ke sini ya, Ti?"

"Iya...," jawab ibuku.
Aku menyahut, "Iya, tapi besok, Faiq..."
“Jawab ‘iya’ gitu aja lho... Biar nggak nangis anaknya!” sahut ibuku.


Lho, bagaimana aku mau menjawab ‘iya’ kalau memang kenyataannya keponakanku itu berencana akan berkunjung ke rumah kami BESOK? Aku tak mau membohongi anakku hanya agar dia diam dari tangisnya. Aku memilih memberikan penjelasan yang jujur agar dia mengerti keadaannya. Setahuku --yang pernah kubaca dari buku/internet-- orang tua tak boleh membohongi anaknya meskipun itu agar anaknya diam, tidak rewel, atau tidak banyak bertanya. Karena kalau demikian, kita malah dengan sengaja mengajari anak menjadi pembohong, mematikan daya kreativitasnya, ataupun memupus keberaniannya untuk bertanya banyak hal.

Itulah sepenggal kisah di antara ribuan kisah dalam kehidupan sehari-hariku bersama kedua orang tuaku. Aku memang tinggal serumah dengan mereka, karena orang tuaku hanya memiliki 2 anak. Kalau tidak tinggal denganku ya dengan kakakku. Dan selama ini mereka tinggal denganku, karena memang sejak kecil hingga sekarang akulah yang selalu bersama mereka. Sedangkan kakakku sejak lulus kuliah hingga menikah selalu di luar kota, dan tak memungkinkan orang tuaku mengikutinya.

Tinggal bersama kedua orangtua sementara aku sudah menikah ternyata mempunyai banyak warna, dan mempunyai dua sisi yang berbeda. Ada manis ada pahit, suka duka, plus minus. Seperti penggalan percakapan di atas, terkadang aku berbeda pendapat dengan bapak ibuku tentang pola asuh anak. Tak jarang hal itu terjadi, mulai hal-hal sepele hingga, misal, bapakku nanti ingin menyekolahkan anakku di sekolah “A” sementara aku dan suami mempunyai pilihan lain.

Dan masih banyak lagi perbedaan-perbedaan pendapat antara kami (aku dan suami) dan orang tuaku. Terkadang jengkel juga terhadap sikap mereka yang tak mau mengalah (ataukah aku dan suami yang egois?). Kalau kata-kata mereka kurang enak didengar, aku hanya bisa mengadu pada suami, demikian pula sebaliknya. Tetapi tentunya banyak untungnya juga tinggal serumah dengan mereka. Karena aku bisa lebih dekat dengan saudara-saudar yang sering bertamu ke rumah, memasak bersama ibu, anakku lebih dekat dengan embahnya, dan lain-lain.


Pernah suatu kali terpikir olehku untuk tak serumah dengan mereka, agar aku bisa hidup mandiri. Tapi aku kembali berpikir, kalau mereka tinggal sendiri, siapa yang merawat mereka kala sakit, siapa yang membantu membelikan keperluan sehari-hari seperti elpiji, air, atau kalau ibu ingin sekali-kali ke pasar yang jauh tempatnya dari rumah, dan hal-hal kecil lainnya? Sementara mereka sudah tua. Aku sungguh tak tega membayangkannya.

Orang tua, apalagi yang telah memasuki usia 70 atau 80-an tahun seperti orang tuaku, kata sebagian orang mereka kembali ke masa kanak-kanak. Segalanya ingin yang terbaik, ingin dilayani dan dihormati. Pendapatnya ingin didengarkan, nasehatnya ingin diindahkan. Intinya, mereka butuh perhatian lebih, seperti layaknya kanak-kanak.

Aku sebagai orang yang masih muda, yang insya Allah masih memiliki kekuatan dan dapat berpikir dengan jernih, memang sebaiknya dapat mengalah terhadap sikap-sikap mereka. Aku sebagai anak, di samping wajib menghormati mereka, juga wajib memelihara mereka hingga akhir hayat. Allah SWT dengan jelas telah memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, seperti firman-Nya dalam Al-Qur’an, yang artinya:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Israa’: 23). 

Mengucapkan kata “ah” kepada orang tua saja tidak dibolehkan oleh agama, apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Selanjutnya dalam ayat 24 di surat yang sama, firman-Nya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.””

Maka bagaimanapun perangai mereka di usia senja, aku berusaha tetap sabar menghadapinya, dan tetap taat kepada mereka (selama mereka menyuruh dalam hal kebaikan, bukan kemungkaran/kemaksiatan). Aku pun harus dapat mengambil hikmah dari sikap sabar itu, bahwa di dalam kesabaran itu aku dan suami juga dapat beramal shalih lebih banyak lagi. Kami jadikan semua hambatan dalam menghadapi sikap-sikap orang tua yang kurang berkenan bagi kami tersebut, sebagai ladang amal. Dari peristiwa-peristiwa dalam keseharian tersebut, kami dapat terus melatih kesabaran, berbuat kebaikan-kebaikan kepada mereka, pun senantiasa mendoakan mereka, yang kesemuanya merupakan amal shalih yang akan mendekatkan kami kepada Allah SWT. Semoga beroleh ridha-Nya. Aamiin.



25 comments

  1. been there mba..
    saya sempat setahun tinggal bareng ortu, sama suka dukany dgn mba :)
    skarang tinggalny beda rmh tp msh 1 komplek.. jd msh bs dbantuin klo butuh apa2 :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe.. pasti kurang lebih yang dirasakan juga sama ya, Mbak :) bisa juga sih ya beda rumah tapi tetep dalam satu komplek, tapi sampai sekarang saya masih serumah Mbak, soalnya mereka juga sering ke rumah kakak saya. fifty-fifty lah :)

      Delete
  2. belum nikah niy mak,, tapi kata ortu klo aq udah nikah usahain untuk ikut suami, meskipun ngontrak rumah kecil gitu yg penting gak serumah ma ortu atau mertua, krn lebih nyaman n privasi gitu, meskipun kita (saya dan suami) sehari-hari makan tempe kan nggak tau tuh ortu atau mertua kita.. hihihi
    malah di sruh jng ikut ortu, nanti klo nikah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah enak dong kalau gitu, udah diijinin ga usah serumah dengan mereka. kalau ortuku udah tua sih, 70-80 tahunan usianya, jadi kasian kalo di rumah sendirian :)

      Delete
  3. wah, wawasan baru nih. berarti nanti kalo dame mu nikah musti punya rumah sendiri dulu ya, hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, kok jadi gini sih nangkepnya :D
      ga musti punya rumah sendiri dong, tergantung sikon. kalau saya ga tega kalau ninggalin mereka sendirian (berdua aja di rumah) soalnya usia mereka sudah senja...

      Delete
  4. Makasi referensinya bu/mba..

    Ada yg mungkin bs saya ambil dari tulisan ini, kebetulan saya baru berencana menikah, hanya saja mungkin masih tinggal satu tempat dengan orang tua. Bukan karena tidak ingin tinggal sendiri, tapi karena saya juga gak mau jauh2 dari orang tua yg saya sayang ^_^

    Salam kenal :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih juga udah mampir, Mbak :)
      ya, benar sekali, harus dipertimbangkan juga sikonnya. setiap orang punya alasan sendiri-sendiri dalam mengambil keputusan. dan alasan tak mau jauh dengan ortu karena sayang, bagus sekali itu, Mbak..
      salam kenal kembali :)

      Delete
  5. Kita senasib mbak Diah. Apa yang mbak rasakan persis dengan yang saya rasakan. Saya bersaudara 3 orang. Kedua adik saya di luar kota, luar kotanya jauh2 pula. Yang satu malah di pulau lain. Bertentangan itu makanan sehari2 saya karena ibu saya wataknya teramat keras, apa2 yang saya lakukan selalu saja salah di matanya. Tapi saya memikirkan, sama siapa mereka kalau bukan sama saya? Apalagi ibu, tak mudah cocok dengan orang.

    Mudah2an jadi amalan kita ya mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe.. begitulah, Mbak.. yang muda harus maklum dan mengalah. kalau di saya, bapak yang keras, dan ibu juga ga gampang cocok tinggal dengan orang lain :)
      aamiin... semoga kita bisa beramal dan berbuat baik kepada mereka dengan ikhlas..

      Delete
  6. Setuju mba. Kita harus bisa bersabar menghadapi org tua. Toh org tua kita pun dulu sabar menghadapi kelakuan waktu kita masih kecil

    ReplyDelete
    Replies
    1. hiks, bener sekali itu, Mbak.. saya terus berusaha menjadi anak yang baik, meski kadang kuping dan hati jadi panas :)

      Delete
  7. Sama kayak saya dong mbak,,,
    ibuku termasuk org yg rewel tp hati nya baik banget..tp suamiku tetep maksa buat pisah rumah..
    kebetulan org tua ku rumahnya masih ngontrak,,dan aku pikir apa salah nya kalau biaya kontrak nya bagi dua saya(suami) & kedua org tua saya...lagian jg di rumah org tua ku cm tinggl ibu ayah dan kakak ku saja,,kalau org tua ku skt gak mgkn ada yg ngurusin mereka,,,'
    Tp suami ku sering di hasut org tua nya...untuk pisah rumah,,,mgkin mertua ku pikir semua beban org tua ku itu suami ku yg tanggung padahal enggak sm sekali,,,
    Terkadang suami ku sring menceritakan kerewelan ibuku kpda org lain...sakit hati banget,,,padahal yg ngurus anak ku ya ibu ku,,yg ngurus keperluan anak ku itu ibuku smua,,,mertua ku gak pernah tau ttg anak ku,,,yg mereka mau cm pengen ketemu anak ku aja,,,tp sikap suami ku yg membuat saya bener2 kecewa,,,org tua saya udh susah payah bantu saya urus anak urus makan suami ku (maklum aku seorg karyawan jd ank ku aku titip sm ibuku)jd bingung mbak... :( :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, kok suami mbak Lisma begitu ya? terus didoakan saja mbak suami dan mertua mbak, semoga dibukakan pintu hatinya agar lebih menghormati dan menyayangi ibu mbak.. juga dekati suami dan mertua agar mengerti keadaan yang sebenarnya..

      trus coba aja tantangin suami mbak, gimana kalau si kecil ganti ibu mertua yang ngurus? mau nggak? atau coba cari kontrakan/kost deket rumah ibu (biar mbak masih bisa sering jenguk ibu), biar terasa pengeluaran sendiri seberapa :)

      yang sabar ya mbak :)

      Delete
  8. hikmah yang menarik, peristiwa2 yang dekat namun sugguh lekat :)

    thanks kak

    ReplyDelete
  9. Saya 2taun setelah menikah msh ikut ortu, dari 2015 sampe detik ini saya selalu ribut selalu ada konflik mb. Pdhl saya jarang ngomong klo drumah, tp ibu ku setiap ngomong nyakitin hati, apa itu tanda nya aku disuruh misah ya..

    ReplyDelete
  10. Saya sudah 2taun tinggal.dgn ortu setelah menikah mba,tp semenjak menikah saya selalu konflik trs sama ibu, ibu ku setiap ngucap sesuatu selalu nyakitin hati,pdhl saya udh berusaha untuk jarang ngomong klo drumah menghindari kesalahan kata dr saya,tp tetep aja sampe detik ini setiap saya nginjek kaki drumah disitulah konflik meledak, saya ngerasa kok ibu saya seperti males tiap liat saya drumah, apa itu tandanya saya disuruh angkat kaki ya mba dr rumah :(

    ReplyDelete
  11. Hehe...saya juga tinggal sama ibu (bapak udah meninggal). Memang perbedaan mah ada, tapi nikmati aja :)

    ReplyDelete
  12. Saya jg sering selisih paham dgn ortu saya,ortu saya tinggal ngontrak tp saya sudah punya rmh sndiri.ortu saya ikut tinggal sm saya dan mengajak adik saya juga.sbnernya saya sempet kecewa sm ibu dan adik saya.waktu itu ibu dan adik saya pinjam bpkb mobil saya untuk di gadaikan buat nvestasi adik saya,tp ibu dan adik saya tdk mampu membayar sampai akhirnya mobil saya di tarik bank.trus ibu saya minta uang ke saya untuk adik saya mengambil perumahan.saya mau mnta pndapat saya memberikan uang ke adik saya tp hrs mengajak ortu saya untuk tinggal.apakah dsini saya berdosa?ibu saya selalu mendahulukan adik saya dan slalu memberikan apapun yg di minta adik saya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masalah dosa atau enggak wallahu'alam, Mbak. Tapi memang itu pilihan yg sulit sekali ya. Antara ingin berbakti sama ortu dan sikapnya yg gak adil.
      Mungkin harus dibicarakan baik2 dengan ibu, Mbak. Jelaskan keputusan Mbak itu
      Semoga ada jalan keluar terbaik ya, Mbak :)

      Delete
  13. Saya juga tinggal bersama orang tua, ibu ayah saya tinggal di rumah saya, entah kenapa pada saat itu saya mmg yg mengajak, krn saya jg bekerja, maksudnya biar bisa liatin mbak yg ngasuh anak2, dan jg agar ibu ayah ada hiburan bersama cucu, adik saya jg kadang menginap di rumah kami, awalnya berjalan lancar, namun lama2 sering terjadi konflik, ya masalah kebiasaan, masakan, pengasuhan anak, perabotan dll, masalag perabotan, saya pikir ibu mau bawa barang nya sedikit yg dia perlukan saja, namun ternyata hampir semua dia bawa, sampai rumah kami jd sumpek kepenuhan terlalu byk barang, dan itu barang ibu saya bukan barang saya :(, dan ternyata maksudnya di bawa itu biar saya yg ganti (beli) barang2nya, ya ampun, pdhl kan byk yg tdk sesuai, tdk perlu dan tdk suka modelnya, ibu ku mmg sering memaksanakn kehendaknya sendiri :(, aku pikir bisa berhemat, trnyata walau ibu ayah makan sedikit, tp mereka sering membawa2 makanan dr rumah saja utk di berikan pada saudara2nya tanpa seiizin saya, maka persediaan makanan cepat habis, dan lagi ternyata ibj saya suka makan makanan yg saya sediakan utk anak saya, entah utk dia makan sendiri, atau utk di berikan kpd adik saya, jg suka minum susu anak saya, alasan tidak habis daripada basi, pdhl dia hanya bikin susu kemudian tdk di berikan ke anak saya, wajar kalo kelamaan dan tdk diminum, akhirnya ibu saya yg minum, saya sedih dan bingung harus bgmana, pdhl ibu saya bukan orang yg miskin, dia pnya rumah, kost2an, uang pensiun ayah, dll, tiap bulan juga saya kasih uang bulanan, semua kebutuhab hidupnya saya yg tanggung, mulai dari makan, listrik, dll, pun kalo ada arisan keluarga yg ibu saya ikutin pun, saya juga yg harus bayar, mobil kami pun sering beliau yg pakai, pdhl kami yg isi bensinya, sdh saya bilang, bu hrs hemat, malah dia jawab, memang uang itu kayak air, cepet habis katanya, dan lagi ibu ku tdk adil org nya, masak beliau aja biaya hidupnya saya ygvtanggung, tp dia byk tabungannya dan tabungannya dia buat pinjaman ke sepupu2,asuransi dll, kalo beliau mau unroh msh mau minta bayarin :(,maaf jd curhat, tolong saran bagaimana jk kondisi sprti diatas, mksh

    ReplyDelete
  14. Pasti banyak suka dukanya ya

    ReplyDelete
  15. sungguh penuh hikmah sekali cerita featurenya kak..

    sungguh sangat inspiring yang membuat air mata ini mau keluar kaka..

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.