Reuni, Fokus pada Manfaat Positifnya Saja



Akhir-akhir ini saya sering mendengar kalimat dari teman-teman saya di WA Group yang kurang lebih seperti ini: "Hati-hati kalau mau reuni. Pikirkan masak-masak sebelum mengambil keputusan untuk datang atau enggak!" 
Ih, sepertinya saat ini reuni menjadi semacam acara yang harus diwaspadai, ya? Nada kalimat saya memang bertanya, karena saya memang belum merasakan dampak buruk dari sebuah acara reuni.

Oke, saya memang belum punya banyak pengalaman menghadiri acara reuni. Percaya enggak, dalam seumur hidup saya, saya baru sekali mengalami rasanya berkumpul bareng teman-teman lama dalam acara reuni sekolah! Yap, dan itu baru terjadi di tahun 2017 lalu, ketika saya dengan semangat sekali pulang kampung ke Solo demi menghadiri acara reuni SMEA. Reuni sekolah yang cukup berkesan manis dan tak menyisakan "insiden buruk" setelahnya.

Sudah belasan tahun saya tak berjumpa dengan teman-teman SMEA. Dulu memang pernah ada acara reuni khusus satu kelas, tapi saya enggak bisa datang karena jauhnya tempat tinggal saya saat ini dengan kota di mana sekolah saya berada. Jarak Sidoarjo (domisili saya sekarang) dan Solo (tempat sekolah saya dan mayoritas tempat tinggal teman-teman SMEA saat ini) bukanlah jarak yang cukup dekat buat saya. Perlu effort yang kuat untuk bisa menghadiri acara reuni sekolah. 

Dan, alhamdulillah tahun kemarin saya bisa pulang kampung dan bertemu teman-teman SMEA lintas jurusan-lintas kelas-lintas angkatan dalam sebuah acara reuni akbar. Rasanya bahagia tak terkira. Kami bisa saling melihat secara langsung wajah-wajah yang kini semakin berumur, saling bertukar kabar bersama, saling melihat berapa anak yang mengekor di belakang kami, hingga saling memperhatikan fisik yang berubah, hahaha... 


Namanya anak-anak SMEA, mayoritas ya cewek, lah :D.


Karena kami anak SMEA, enggak heran kalau mayoritas dari kami adalah perempuan. Hanya ada beberapa teman lelaki yang menjadi teman kami. Bahkan, di acara reuni kemarin tidak semua teman lelaki kami (yang sedikit jumlahnya itu) bisa hadir. Ini pulalah yang menyebabkan acara reuni bagi kami bukanlah merupakan acara yang mesti diwaspadai.

Yap, seperti yang saya singgung di atas, alhamdulillah reuni yang kami laksanakan tak menyisakan "insiden buruk" sama sekali. Teman-teman yang sudah pernah menghadiri acara reuni "sekolah umum" pasti tahu, lah, insiden macam apa itu. Hehehe. Oh ya, sekolah umum yang saya maksud adalah sekolah di mana jumlah penghuninya seimbang antara siswa laki-laki dan perempuannya. Bukan mayoritas perempuan seperti di SMEA atau mayoritas laki-laki seperti di STM.
  
Ya, maklum sih jika saat ini banyak teman yang bilang harus mewaspadai acara reuni. Baik itu reuni sekolah dengan teman-teman SD, SMP, SMA, atau bahkan TK (?) Hihi. Hingga reuni bersama teman-teman kuliah atau teman-teman kerja, teman-teman pengajian, dan lain-lain. Apa sebab munculnya kewaspadaan itu? Sudah jamak terjadi sih, kadang cinta lama bersemi kembali ketika dua insan yang dulu pernah "ada rasa" di satu gedung sekolah, kini bertemu kembali dalam ajang reuni!

Enggak jarang terjadi, meskipun dua pihak sudah sama-sama menikah dan punya anak, tapi perasaan yang dulu pernah ada kembali tumbuh saat mereka saling berjumpa di ajang reuni sekolah. Bahkan setelah reuni itu berakhir, dua pihak kembali menjalin komunikasi. Wow, pantas saja acara reuni sekolah perlu diwaspadai!

Well, sampai saat ini saya belum pernah menghadiri acara reuni SD atau SMP yang mana teman-teman lelaki saya juga banyak. Saya juga pernah jatuh cinta (cinta monyet 😆) dengan salah satu teman SMP. Lalu bagaimana jika saya berkesempatan hadir dalam acara reuni seperti itu? Di mana saya bisa berjumpa dengan seseorang yang dulu saya pernah ada perasaan spesial padanya? (Ih, saya kok malah jadi "ngeri" membayangkannya. Hahaha..).

Berfoto bersama teman-teman ikrib semasa SMEA :).


Saya memang belum pernah mengalaminya. Tapi, suami pernah menghadiri acara reuni yang seperti itu. Saya pun diajak ikut serta ke acara itu. Beruntung, dulunya suami enggak punya pacar di sekolahnya. SMP-nya adalah SMP Islam alias MTsN (Madrasah Tsanawiyah Negeri). Dan dulu, kata suami juga kata teman-temannya, suami termasuk anak yang super pendiam. Jadi bergaulnya enggak berani sama anak-anak cewek, apalagi pacaran sama mereka. Hihihi.

Dari pengalaman menghadiri acara reuni sendiri juga reuni sekolah suami, seandainya kelak saya berkesempatan menghadiri acara reuni sekolah yang "campur-campur" (antara laki-laki dan perempuan), setidaknya saya punya persiapan tersendiri. 

Ya, bahwa ketika menghadiri reuni, kami harus fokus pada manfaat positifnya saja (soalnya ada manfaat negatifnya juga, sih. Seperti pengen ketemu mantan 😁). Lalu apa, sih, manfaat positif reuni itu? Yang utama tentu saja untuk menjalin kembali silaturahim dengan teman-teman lama. Bagaimanapun, mereka pernah menjadi bagian dari fase hidup kita. Pernah menuntut ilmu bersama sepaket dengan suka-dukanya. Menjalin silaturahim kembali dengan mereka tentu baik adanya. Karena sebaliknya, jika kita memutus silaturahim hal itu tidak disukai oleh Allah SWT. Kadang, reuni juga bisa membuka channel yang lebih luas dalam hal pekerjaan atau rezeki-rezeki yang lain. Nah, kita fokuskan pada hal-hal positif seperti itu saja.

Jangan lupa, sebaiknya selalu ajak pasangan (suami/istri) dan anak-anak saat reuni. Ini akan menjadi penolong ketika kita bertemu "mantan". Ya gimana, misal kita mau ngobrol-ngobrol sama mantan, jadi enggak sempat, deh. Hehehe. Yang pertama tentu saja enggak enak sama suami. Yang kedua, anak-anak biasanya minta perhatian ibunya kalau kelamaan dicuekin atau ditinggal ngobrol. Yah... peluang CLBK jadi tertutup, deh 😄. 


Oke, sekian cerita singkat saya mengenai reuni di malam ini. Besok, kita bahas apa lagi ya? Hehehe. 
Oh ya, sekarang saya sepakat: waspadai acara reunimu, ya 😄.


2 comments

  1. Bener, sebaiknya reuni itu juga mengajak pasangan atau keluarga. Panitia reuni bisa bekerja ekstra dengan survey terlebih dulu, apabila memang belum berpasangan atau berkeluarga ya, gak masalah datang sendiri, siapa tahu nanti dikenalin sama saudara/ teman yang belum menikah juga kan. Hehee

    ReplyDelete
  2. Hahhaaa, kalo aku ga pernah mengajak anak dan suami,lagian kalopun mereka diajak suka ga mau, taku risih katanya. Mereka percaya, insyaallah aku selalu menjaga kepercayaannya.
    Yang penting mah reuni buatk niat positif dan silaturahmi, ngakak bareng udah gituh ajah hihiih

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.