Upaya Promotif dan Preventif Peduli HIV/AIDS di Indonesia




*EVENT REVIEW

Prosentase penderita AIDS di provinsi Jawa Timur hingga September 2016 adalah 17,74% Ibu Rumah Tangga (IRT), dan 6,3% adalah Pekerja Seks Komersil (PSK). Mencengangkan?? Buat saya yang masih awam tentang info-info seputar penyakit HIV/AIDS, sih, iya! Saya pikir prosentase itu terbalik, ternyata memang seperti itulah faktanya. Demikianlah yang disampaikan oleh Bapak drg. Ansarul Fahruda, selaku Kabid Penanggulangan Penyakit dan Masalah Kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, pada acara Temu Blogger Kesehatan. 




Acara yang digelar pada hari Kamis, 01 Desember 2016 di Hotel Tunjungan Surabaya ini diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes RI) dalam rangka peringatan Hari AIDS Sedunia tahun ini. Workshop dengan para blogger ini merupakan rangkaian acara peringatan World AIDS Day 2016 di Indonesia yang penyelenggaraannya pada tahun ini dipusatkan di Surabaya. Sebelumnya, telah ada acara seremonial rutin peringatan Hari AIDS oleh Kemenkes RI yang dihadiri oleh Menteri Kesehatan Ibu Nila Moeloek. 

Hmm... nyesek sekali waktu tahu data statistik tersebut. Ibu rumah tangga, yang notabene enggak ke mana-mana, ngurus anak di rumah, eh, ternyata malah menjadi penderita AIDS. Hal ini dikarenakan dia menjadi korban penularan HIV, yang memang tidak tampak sama sekali pada pembawa virus tersebut. Mungkin dia tertular dari suaminya (mungkin) "belanja" di luar sana, atau lewat jarum suntik saat donor darah, atau, lewat alat-alat menicure/pedicure? Mengerikan.

Seperti diketahui, HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan virus dan penyakit yang mematikan. Belum ada obat khusus yang bisa secara langsung menyembuhkannya. Maka Kemenkes RI mengampanyekan upaya promotif dan preventif untuk mencegah dan mengendalikan perkembangan penyakit tersebut dalam masyarakat Indonesia. Dalam peringatan Hari AIDS tahun ini, tema nasional yang diangkat adalah "Mari Kita Berubah, Masa Depan Gemilang Tanpa Penularan HIV"

Sampai saat ini, Jawa Timur menjadi provinsi dengan pasien HIV/AIDS terbanyak di Indonesia, melebihi Papua dan Jakarta. Wah, saya enggak nyangka banget, lho! Data yang diperoleh, sampai September 2016 di Jawa Timur ditemukan pasien HIV/AIDS sebanyak 36.881 atau 64% dari perkiraan yang ada. Maka hal ini menjadi perhatian serius bagi Kemenkes RI khususnya Dinkes Jatim. Upaya edukasi pada masyarakat secara promotif dan preventif sangat mendesak dilakukan.


Sosialisasi Program GERMAS
Sebenarnya, untuk menghindari datangnya berbagai penyakit ke dalam tubuh kita adalah dengan membiasakan hidup sehat. Tapi sayang, seringkali kita abai dengan masalah kesehatan hingga kemudian terserang penyakit yang tidak kita duga sebelumnya. 

Menurut data Kemenkes RI, seperti yang disampaikan oleh Bapak Oscar Primadi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, dalam 30 tahun terakhir terjadi perubahan pola penyakit terkait dengan perilaku manusia. Baik penyakit menular (seperti infeksi saluran pernafasan atas, TBC, diare) maupun penyakit tidak menular (seperti tekanan darah tinggi, stroke, jantung, kanker, kencing manis). Dengan kondisi kesehatan yang semakin buruk ini, Kemenkes RI mensosialisasikan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Karena bagaimanapun, besarnya penyakit yang diderita masyarakat juga berimbas pada pengeluaran negara. Beban penyakit itu menyerap anggaran negara yang sangat besar.

Tujuan GERMAS adalah agar kesehatan terjaga, masyarakat menjadi produktif, lingkungan bersih, dan biaya untuk berobat berkurang. Maka untuk mencapai tujuan ini seluruh komponen bangsa harus terlibat, baik individu, keluarga, masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan organisasi masyarakat, yang semuanya didukung oleh pemerintah.

Secara umum, gaya hidup dan perilaku keseharian masyarakat harus dijaga untuk kualitas kesehatannya. Kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat menjadi kunci untuk dapat mensukseskan program GERMAS. Bentuk kegiatan GERMAS adalah: 
  1. melakukan aktivitas fisik.
  2. mengonsumsi sayur dan buah.
  3. tidak merokok.
  4. tidak mengonsumsi alkohol.
  5. memeriksa kesehatan secara rutin (6 bulan sekali: cek tekanan darah, cek kadar gula darah, cek kolesterol, tes darah lengkap, cek lingkar perut, deteksi dini kanker).
  6. membersihkan lingkungan.
  7. menggunakan jamban.

Berkaitan dengan HIV/AIDS, program GERMAS juga harus diterapkan, khususnya memeriksakan kesehatan. Ya, kita harus tahu kondisi tubuh kita apakah benar-benar sehat. Termasuk, apakah kita benar-benar bersih dari virus HIV. Lho?


Tes HIV: Penting! 
Waktu hamil anak ketiga kemarin, saya sempat mengalami keluhan badan meriang, BAK terlalu sering, dan mata kabur. Oleh bidan saya disarankan untuk tes laborat demi memastikan kesehatan saya dan janin. Saya pun nurut. Lalu saat akan tes laborat di Puskesmas, saya disuruh menandatangani formulir pernyataan untuk melakukan beberapa tes. Dan ternyata, salah satu tes yang akan saya lakukan adalah tes HIV! Saya agak kaget, sih. Tapi petugas Puskesmas menerangkan, tes tersebut untuk memastikan apakah saya positif HIV atau negatif.

Alhamdulillah, hasil tes saya negatif. Saya bersih dari virus HIV. Saya hanya kurang zat besi (anemia) dan kurang istirahat.

Dan pada acara bersama Kemenkes RI kemarin, saya semakin mendapatkan wawasan tentang pentingnya tes HIV untuk saat ini. Kenapa perlu tes tersebut? Karena untuk mencegah, sebagai upaya preventif, untuk deteksi dini atas ada atau tidaknya HIV di tubuh kita. Karena seperti saya singgung di atas, virus ini dapat menular melalui jarum suntik, lewat alat-alat cukur di barber shop, tempat manicure/pedicure, dan semacamnya. Lebih jelasnya, HIV/AIDS dapat menular melalui media darah, cairan sperma, cairan vagina, dan ASI (Air Susu Ibu)
Sedangkan cara penularannya bisa melalui jarum suntik yang tidak steril, hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan (baik heteroseksual maupun homoseksual), dan dari ibu ke bayinya melalui proses hamil, melahirkan dan menyusui.


Media penularan HIV/AIDS. 

Jadi kalau disuruh tes HIV jangan negative thinking dulu, ya. Bukan karena petugas kesehatan mencurigai kita terkena HIV/AIDS, tapi tes tersebut dimaksudkan agar kita aman dari HIV/AIDS. Karena ORANG BAIK-BAIK pun bisa berisiko terkena HIV/AIDS disebabkan tertular dari ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) secara tidak sengaja. 




Jangan terlalu parno dengan ODHA. HIV tidak menular melalui interaksi di atas :)


Untuk ibu hamil, tes HIV akan memastikan bahwa ibu bersih dari HIV, agar bayi yang dikandungnya aman, untuk kebaikan hidup ibu dan si bayi selanjutnya.
Untuk pasangan yang hendak menikah, tes HIV penting untuk memastikan bahwa kedua calon suami/istri bersih dari HIV. Jika salah satu calon positif HIV, maka perlu penanganan lebih lanjut (diobati) agar tidak menular pada pasangannya.
Untuk masyarakat pada umumnya, tes HIV untuk memastikan bahwa kita bersih dari virus tersebut, agar HIV tidak menular secara diam-diam diantara kita. Karena virus ini lama berkembangnya dalam tubuh seseorang hingga kemudian diketahui menjadi AIDS. Maka harus segera diobati jika telah terdeteksi.

Pada intinya, tes HIV dimaksudkan untuk mencegah dan mengendalikan penularan HIV/AIDS, untuk memutus transmisi (penularan) virus tersebut secara lebih dini pada lebih banyak orang. Tes HIV dapat dilakukan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan oleh Ibu dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes., Direktur P2PML (Program Pemberantasan Penyakit Menular) Kemenkes RI. Beliau juga menyampaikan pencanangan sebuah program dari Kemenkes untuk tahun ini, yaitu program TOP (Temukan, Obati, Pertahankan). Maksudnya, dengan tes HIV diharapkan dapat ditemukan ODHA secara lebih dini, agar dapat diobati dan dipertahankan hidupnya, dan agar tidak menular pada orang lain. 




Untuk saat ini, obat bagi penderita HIV/AIDS telah tersedia di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Tapi obat tersebut bukan untuk menyembuhkan penyakit HIV/AIDS, tetapi untuk mempertahankan hidupnya. Jadi, ODHA harus minum obat tersebut secara terus-menerus selama hidupnya. 

Lebih jauh, program Kemenkes RI dalam masalah ini adalah mencapai 3 Zero untuk tahun 2030. Yaitu zero new HIV infection, zero AIDS related death, dan zero discrimination.





Pada acara kemarin juga dihadiri perwakilan dari LSM yang fokus mengurusi HIV/AIDS dan ODHA. Ada mas Farid Hafifi, seorang staf Yayasan Mahameru, sebuah LSM yang berusaha memberdayakan ODHA. Dalam kesempatan tersebut mas Farid bercerita tentang ODHA dan tujuan LSM-nya. Beliau mengajak masyarakat khususnya blogger yang hadir saat itu untuk ikut mengedukasi masyarakat dalam mencegah dan mengendalikan HIV/AIDS. 

Mari kita hilangkan stigma negatif pada ODHA, dan jangan diskriminasikan mereka. Karena belum tentu penyakit yang mereka sandang itu akibat perilaku buruk yang dilakukannya, tetapi justru kebanyakan dari mereka adalah korban. Mari kita cegah dan kendalikan HIV/AIDS. Mari Kita Berubah, Masa Depan Gemilang Tanpa Penularan HIV.


Sumber gambar: Twitter @KemenkesRI dan dokumen pribadi.



12 comments

  1. yuk germas yuk... untuk indonesia lebih sehat dan bahagia

    ReplyDelete
  2. Smoga Indonesia benar2 bisa 3 zero di th 2030.aamiin

    ReplyDelete
  3. ODHa sama dengan kita. Jangan kucilkan mereka

    ReplyDelete
  4. Wah sdh sempat tes HIV ya мϐä, pengen juga.. tp masih ragu.. ^.^

    ReplyDelete
  5. Germas biar bernas ;)

    aku belum pernah tes HIV, semoga sih negatif.. kasihan ya kalau ada anak yang kena virus karena bawaan dari ibunya.. :(

    ReplyDelete
  6. Merangkul mereka yang terkena, memberi pengetahuan lengkap untuk semua, insya Allah ke depannya Indonesia bisa survive sama-sama. Aamiin.

    Salam,
    Syanu.

    ReplyDelete
  7. Alhamdulilah, hasilnya negatif mbak. Aku belum pernah dan mungkin juga dredeg takut lihat hasilnya. Soalnya penyebaran gak melulu karena prilaku negatif, tapi tidak sterilnya alat suntik misal, atau pas kami laki2 potong di tempat pangkas rambut mbak, bekas2 pisau cukur kerokan itu.

    ReplyDelete
  8. Sejak semakinberubahnya pola penyakit, deteksi dini HIV menjadi penting ya mbak.

    ReplyDelete
  9. Betul mbak, mari kita rangkul mereka, minimal tidak mendiskriminasikan mereka

    ReplyDelete
  10. Jadii.. apa sebaiknya kita pakaikan sarung terus ya si burung kutilangnya suami ? #waspada

    ReplyDelete
  11. Halo, Manson Morel dengan nama, saya memberikan kesaksian Dr. Ken
    besar herbalis, yang memiliki obat untuk semua penyakit, yang menyembuhkan saya
    penyakit HIV, walaupun saya pergi melalui website yang berbeda saw
    account yang berbeda pada dukun yang berbeda aku seperti, "banyak orang
    Ini memiliki obat HIV mengapa orang terus menderita konsekuensinya "
    Saya berpikir tentang hal itu, maka berhubungan dengan Dr. Ken melalui email
    mail, saya pikir tidak banyak, hanya ingin mencobanya, menjawab saya
    mail dan membutuhkan beberapa informasi bagi saya, maka saya mengirim, disiapkan
    disembuhkan dan mengirimkannya kepada saya melalui UPS kurir, saya diberitahu itu akan mengambil 3-4 hari
    sebelum saya akan mendapatkan paket, 3 hari kemudian saya menerima paket dan mulai
    mengambil obat resep untuk dia setelah 7 hari dari mengambil
    obat, aku pergi untuk tes, yang diuji HIV negatif.
    Saya berterima kasih kepada Tuhan yang setia. Jika Anda membutuhkan akan sembuh, silahkan
    hubungi Dr. Ken di num whats..app, atau hubungi +2347039225049, email
    dr.kenherbalcure@gmail.com

    ReplyDelete
  12. Why do the medical/pharmaceutical establishment and mass media never inform us of the above HIV test unreliability, after all, we have a right to know..?http://www.easeofmobility.com/best-leg-lifter-guide/

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.