Ibu Mertua dalam Imaji



credit


Waktu itu saya sedang hamil muda. Saya bersama suami mudik ke kampung halaman suami di Nganjuk. Mungkin karena kecapekan plus kondisi sedang hamil, badan saya terasa pegal-pegal semua. Maka sesampainya di sana, suami menyarankan saya untuk pijat. Tentu saja pijat yang khusus untuk ibu hamil. 

Alhamdulillah, seorang nenek tetangga suami yang katanya ahli pijat bumil sedang senggang waktunya, sehingga acara pijat bisa terlaksana :). Saya dan si nenek berdua saja di kamar. Maka mengalirlah berbagai obrolan di antara kami. Saya yang masih terbilang anggota keluarga baru di keluarga suami saat itu, mendapatkan banyak “informasi” tentang keluarga suami dan tetangga sekitar dari "orang luar". Dan memang baru pertama kali itulah saya ngobrol lumayan lama dengan tetangga suami.

Lalu sampailah obrolan kami pada seseorang yang semestinya bisa menemani saya saat sedang pijat seperti itu. Atau mungkin, beliau sendiri yang akan memijat saya? 

“Ndhuk, nenek ingat, dulu nenek pernah ke rumah ibumu pagi-pagi sekali. Nenek disuguhi teh manis dan singkong rebus yang masih panas. Setahu nenek, dia memang selalu punya makanan untuk disuguhkan ke tamu-tamunya. Dia rajin sekali orangnya. Dia sabar. Dia juga pendiam. Baiiik orangnya...”. Si nenek bercerita. 

“Suka buat apa lagi, Nek?” tanyaku. 

“Pernah juga nenek disuguhi nagasari, pisang goreng, atau kacang rebus. Tapi dia ngomongnya sedikit, jadi nenek yang banyak ngomong. Hehehe..”. (iya, nenek ini memang betah ngomong :D ). 

“Kasihan dia, meninggalnya masih muda. Itu si Fitri kira-kira umurnya masih 2 tahun. Mas-mu itu masih sekolah. Oalah, Ndhuk…”. (dan bla la bla… segala kisah mengalir dari mulut si nenek). 

Lalu saya hanya diam mendengarkan cerita-cerita si nenek. Ada rasa haru di dada. Membayangkan sosok ibu mertua saya yang disayangi oleh banyak orang. Bukan si nenek saja yang mengatakan hal itu pada saya. Kata mereka, ibu mertua saya (semasa hidupnya) memang seseorang yang sayang keluarga, rajin, sabar, dan tak banyak omong. Ah, seandainya saya pernah bersua dengannya… . 

Ya, saya memang tak sempat bertemu dan mengenal ibu mertua saya (juga bapak mertua). Karena beliau telah meninggal dunia sejak suami saya masih berseragam putih abu-abu, dan adik bungsunya masih batita. Beliau meninggal karena sakit paru-paru yang dideritanya. 

Ya, saya mungkin sedikit orang yang tak pernah merasakan interaksi dengan mertua, terutama ibu mertua. Saya tak pernah membuktikan sendiri bagaimana tentang pendapat para menantu perempuan yang katanya sering mengalami "drama" dengan ibu mertua. Ada yang sering terjadi konflik, namun ada pula yang sangat disayang ibu mertua. Saya hanya bisa membayangkan saja sosok ibu mertua saya. Beliau hanya ada dalam imaji saya.

Dulu, ketika masa ta’aruf (perkenalan) dengan suami saya sebelum menikah, dia sempat bilang, kalau dia berharap saya bisa menjadi istrinya yang baik sekaligus kakak dan ibu yang baik pula bagi kedua adiknya. Waktu itu adiknya yang pertama (laki-laki) sudah bekerja, sedangkan bungsunya (perempuan) masih SMP. Saat itu saya bilang akan berusaha. Tetapi, ternyata tak semudah bayangan di kepala saya untuk menjadi seorang ibu yang baik. 

Sifat-sifat atau tingkah laku dari kedua adiknya yang baru saya kenal, kadang tak sesuai dengan hati saya. Kadang saya tak bisa memposisikan diri sebagai kakak dan ibu bagi mereka. Apalagi sekarang, saat adik bungsunya sudah kuliah tapi sifat manjanya masih saja melekat, kadang memancing emosi saya dan melupakan posisi saya sebagai kakaknya bahkan (seharusnya) sebagai ibunya. Di situ kadang saya merasa sedih :( *haha.. ketawa dikit* 

“Aku ingat, dulu, setiap habis shalat maghrib, ibu selalu tilawah Al-Qur’an. Aku selalu mendengarkannya. Dan setelah itu, ibu menemaniku belajar. Begitu setiap hari.” 

Kalau yang itu kata suami saya, ketika mendapati saya absen berhari-hari untuk tilawah Al-Qur’an selepas shalat Maghrib. Iya, kadang saya membuat suami kecewa seperti itu, sehingga dia ingat ibunya :(. 
Ah, ternyata, saya belum bisa menjadi istri dan ibu yang baik. 

“Ibu, mungkin jika kau masih hidup, engkau akan menasehatkan padaku bagaimana cara menyayangi anak-anakmu. Karena aku yakin, kaulah yang paling tahu sifat, karakter dan kebiasaan anak-anakmu. Maafkan aku, Ibu. Jika aku belum bisa menjadi “ibu” yang baik bagi mereka. I love you, Ibu.”



24 comments

  1. Al fatihah buat ibu mertuamu ya

    ReplyDelete
  2. hmm turut berduka
    kisahnya aku suka :) mak
    @guru5seni8
    www.kartunet.or.id

    ReplyDelete
  3. Mengharu biru baca postingan ini, walau enggak bertemu dekat di hati ya, mak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mak Injul, sudah bersedia mampir :)
      iya, insya Allah selalu dekat di hati, Mak. Karena anak-anaknya dekat secara nyata dengan saya :)

      Delete
  4. Sebagai istri dari anak sulung, harus bisa mengayomi adik2 suami juga ya mak, sama kayak saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe.. ya begitulah, Mak. Kita sama-sama tau lah gimana rasanya jadi "tetua" :D

      Delete
  5. tulisan dengan kisah yang inspiratif :)

    ReplyDelete
  6. Aku jd terharuuuuuu, aku gak punya mertuaaaa, blm nikah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo cepetan cari mertuaaaa, Jiah... :D
      eh, cari suami plus mertua yang oke ding ya.. :)

      Delete
  7. Tulisannya membuat haru mak,...:)

    ReplyDelete
  8. Salut untuk ibu mertuamu mba, semoga mendapatkan yang terbaik dari Allah SWT #bikin terharu biru nih baca artikelnya

    ReplyDelete
  9. Terimakasih partisipasinya ya mbak, al fatehah buat Ibu

    ReplyDelete
  10. Al-Fatihah buat beliau ya, Mbak :'D

    ReplyDelete
  11. walau tak sempat mengenal ibu dan bapak mertua, masih beruntung ya mak mengenal mereka lewat cerita2 para tetangga ..

    ReplyDelete
  12. Semoga almarhumah ibu mertua diberikan di tempat terbaik di sisi-Nya,
    aamiin

    ReplyDelete
  13. Terharu saya membacanya, Mbak.
    Lahal Faatihah...

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.