Karnaval Ayo Melek Gizi, Langkah Kecil Tapi Penting untuk Indonesia Sehat



Beberapa waktu yang lalu saya mengajukan pertanyaan terkait tinggi badan dan berat badan anak saya pada Tim Ahli Gizi Nutrisi untuk Bangsa (NUB) – Sarihusada. Saya mengkhawatirkan pertumbuhan anak saya yang – saya pikir – kurang bagus. Di usianya yang 4,5 tahun, pertumbuhan tinggi badan anak saya cenderung lambat, dan badannya terlihat kurus. 


Screenshoot pertanyaan saya di Tanya Ahli NUB.


Namun ternyata jawaban dari Tim Ahli Gizi NUB cukup membuat saya bernapas lega. Menurut mereka, tinggi dan berat badan anak saya termasuk yang ideal. Alhamdulillah

Bukan pertama kali itu saya mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak ke website yang merupakan gerakan dari PT. Sarihusada Generasi Mahardhika yang peduli akan masalah-masalah gizi untuk ibu dan anak di Indonesia itu. Pertanyaan seputar gizi bagi ibu hamil dan MPASI juga pernah saya sampaikan sebelumnya. 

Jujur, pertanyaan-pertanyaan itu bukan hanya sekadar iseng untuk meramaikan website NUB, tetapi memang saya benar-benar membutuhkan jawaban dari ahlinya. Saya memang masih sangat awam dengan pengetahuan seputar kesehatan, gizi, nutrisi, dan semacamnya. Sehingga setiap ada kesempatan, baik secara online maupun offline yang diadakan oleh pihak manapun, selalu saja ada pertanyaan yang ingin saya ajukan. Tentang bagaimana sarapan yang baik, bagaimana apabila anak mengonsumsi telur setiap hari, apakah yang dimaksud stunting, bagaimana penjelasan 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan), dan sebagainya. 

Dan, ternyata saya tidak sendiri. Contohnya saja di website NUB, lumayan banyak juga pertanyaan yang muncul dari para membernya. Permasalahan tentang gizi ataupun nutrisi memang sangat luas cakupannya, dan tidak semua orang tahu dan paham akan hal-hal tersebut. Banyaknya pertanyaan dalam permasalahan gizi dan nutrisi (baik yang muncul di web NUB maupun di media yang lain) bisa jadi juga merupakan cerminan bahwa masyarakat Indonesia belum melek gizi. Termasuk saya, tentu saja :). 

Misalnya saja sederhana, saya tidak yakin bahwa semua orang Indonesia tahu dan bisa melaksanakan pola hidup sehat dan menerapkan gizi seimbang setiap harinya. Seberapa banyak takaran bahan makanan yang dibutuhkan setiap hari, bagaimana variasi bahan makanannya, bagaimana mengatur aktivitas fisik, menjaga kebersihan makanan, dan menjaga berat badan ideal. Bagi mereka yang paham akan gizi seimbang saja mungkin masih sulit menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, apalagi bagi masyarakat yang hidup di pelosok desa, yang belum teredukasi masalah gizi dengan baik. 

Dan pada kenyataannya, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 diperkirakan prevalensi balita gizi buruk dan kurang di Indonesia mencapai 19,6%, atau meningkat dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2010 yang sebesar 17,9% dan data Riskesdas tahun 2007 sebesar 18,4%. Gizi buruk di Indonesia juga ditandai dengan data yang diberikan oleh WHO (World Health Organization) bahwa sekitar 36,8% anak balita di negeri ini memiliki tinggi badan di bawah standar alias pendek. Ya, Indonesia masih menghadapi persoalan gizi seperti stunting (kuntet) pada anak. 


Karnaval Ayo Melek Gizi 
Melihat fakta mengenai permasalahan gizi di Indonesia yang memprihatinkan tersebut, ternyata ada pihak-pihak yang peduli untuk turut mengatasinya (selain pemerintah). Salah satu gerakan yang peduli dengan masalah gizi di Indonesia itu adalah Nutrisi untuk Bangsa (NUB) dari Sarihusada. NUB sering sekali mengadakan event-event yang berkaitan dengan masalah-masalah gizi dan nutrisi, seperti seminar gizi dan nutrisi, edukasi tentang gizi pada anak-anak balita (PAUD), menggali nilai-nilai gizi yang ada pada kuliner nusantara, atau donor darah. Di channel-channel media sosialnya (Website, Facebook, dan Twitter), NUB juga sering sekali berbagi informasi mengenai persoalan gizi dan nutrisi. 

Tak hanya itu, bertepatan dengan momentum Hari Gizi Nasional pada tanggal 25 Januari 2015 kemarin, Sarihusada mengadakan sebuah karnaval bertajuk “Karnaval Ayo Melek Gizi”. Karnaval yang diselenggarakan dengan melintasi rute Monas menuju Bundaran HI lalu kembali lagi ke Monas dan berpusat di Silang Barat Daya Monas Jakarta ini bertujuan untuk mendukung peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan gizi seimbang dan pola makan sehat. Karnaval ini merupakan bagian dari program kampanye “Ayo Melek Gizi” Sarihusada dalam upaya turut berpartisipasi dalam meningkatkan status gizi masyarakat Indonesia. 







Karnaval yang sangat meriah ini diikuti oleh lebih dari 400 orang peserta dari berbagai komunitas, dengan pembukaan yang dilakukan oleh ibu Heppy Farida Djarot, istri Wakil Gubernur Jakarta serta Presiden Direktur Sarihusada Olivier Pierredon. 

“Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang baik, namun di tengah performa ekonomi yang baik ini, Indonesia masih menghadapi persoalan gizi seperti stunting (kuntet) pada anak,” kata Presiden Direktur Sarihusada, Olivie Pierredon. 

Selanjutnya Olivie juga mengatakan bahwa, “Untuk mengatasi persoalan gizi ini diperlukan langkah bersama dari seluruh komponen masyarakat termasuk sektor swasta. Sarihusada turut berpartisipasi melalui program edukasi ‘Ayo Melek Gizi’”

Karena karnaval ini dibuat dengan format yang unik dan menghibur, maka suguhan acara-acaranya pun sangat menarik. Disamping jalan sehat, berbagai parade pun digelar. Mulai dari parade unik seperti parade sepeda onthel yang dihias dengan bahan pangan sumber gizi, parade ondel-ondel berhias kostum gizi (buah dan sayur), parade kostum buah dan sayur, parade musik tradisional, hingga edukasi dan konsultasi tentang gizi serta demo masak makanan sehat oleh Chef Muto yang terkenal sebagai “Kungfu Chef”. Selain itu, Sarihusada juga menyerahkan donasi kepada anak-anak panti asuhan berupa pemberian susu sebanyak 2.015 box. 










Foto-foto berbagai acara seru dalam "Karnaval Ayo Melek Gizi"


Sayang sekali, semua kemeriahan itu hanya bisa saya lihat dari layar kaca. Ya, saya yang jauh dari Jakarta ini (tinggal di Sidoarjo) hanya bisa memantau karnaval gizi tersebut melalui live tweet NUB dan membaca beritanya di dunia maya (media online) maupun di televisi. 

Menurut saya, acara seperti itu sangat bagus diadakan, terutama untuk mengajak masyarakat mengetahui lebih banyak tentang gizi dan nutrisi untuk kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Walau untuk mengedukasi masyarakat tentang gizi dan nutrisi harus diupayakan secara terus-menerus dalam jangka waktu panjang, tetapi melalui sebuah acara karnaval gizi yang unik dan menghibur seperti itu akan bisa menarik perhatian masyarakat untuk kemudian diharapkan dapat membawa hasil yang positif. 

Sehingga meskipun acara semacam ini dapat dikatakan sebagai “langkah kecil” diantara langkah-langkah lain dalam mengedukasi masyarakat tentang gizi, namun bila dilakukan secara berkesinambungan pasti akan memberikan hasil yang positif untuk Indonesia sehat. Acara-acara semacam ini tentu saja sangat penting, karena untuk membuat langkah besar, harus berangkat dari langkah-langkah kecil, bukan? Dan tentu saja, perlu dukungan dari semua pihak (tidak hanya pemerintah) untuk mewujudkan Indonesia sehat yang bebas dari gizi buruk. 

Setelah menyimak acara “Karnaval Ayo Melek Gizi” tersebut dari dunia maya, saya mempunyai beberapa saran untuk Sarihusada jika nanti akan mengadakan acara semacam ini kembali. Saran-saran saya adalah sebagai berikut: 
  1. Selain adanya edukasi dan konsultasi gratis tentang gizi, alangkah baiknya jika dalam acara tersebut diadakan bagi-bagi buku gratis (semacam buku saku) tentang gizi. Misalnya yang berisi tentang pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), tentang nutrisi yang baik bagi ibu hamil dan menyusui, tentang stunting, dan lain-lain. Dengan buku seperti itu edukasi tentang gizi bisa diperoleh peserta dengan mudah dan dapat digunakan untuk jangka watu yang lebih panjang. 
  2. Mengundang anak-anak panti asuhan, anak-anak PAUD, anak-anak jalanan, dan atau anak-anak kurang mampu agar mereka ikut merasakan kemeriahan karnaval tersebut dan tentu saja agar mendapatkan edukasi tentang gizi dengan baik dan menyenangkan. 
  3. Selain lomba untuk peserta yang datang, adakan juga lomba atau kuis pada saat acara berlangsung via media sosial seperti di Facebook atau Twitter, agar masyarakat di seluruh Indonesia bahkan di luar negeri bisa turut berpartisipasi meski secara online.
  4. Adakan juga acara sejenis di tempat lain di luar Jakarta, agar masyarakat di luar ibu kota juga bisa berpartisipasi secara langsung dengan mudah di dalamnya. 

Saya yakin Sarihusada mempunyai dana lebih untuk mewujudkan saran-saran dari saya tersebut, karena pada acara karnaval gizi kemarin juga dimeriahkan dengan bagi-bagi doorprize yang cukup “wah” :). 

Terakhir, yang terpenting adalah semoga di tahun-tahun yang akan datang masyarakat Indonesia lebih "melek gizi" sehingga Indonesia bisa bebas dari gizi buruk. Semoga. 


Sumber data dan gambar:


5 comments

  1. Terkadang kita lebih sering memasak dan mengkonsumsi makanan tanpa mikirin kandungan gizinya ya, Mak :(

    Semoga dengan karnaval gizi jadi lebih melek lagi :)

    Salam kenal, Mak ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, bener banget Mak.. yang penting sudah "tampak" sehat dan bergizi, mengenyangkan :)

      Salam kenal kembali, Mak Lestari :)

      Delete
  2. Wohoooo, ini ya tulisan yang mengantarkan pada KEMENANGAN? #haseeeekkk

    Congratulatiooonssss ya Maaak! Proud of YOU! :))
    bukanbocahbiasa(dot)com

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi.. ah, Mak Nurul bisa aja.. malu ah diriku padamu yang juara kontes blog di mana-mana :)
      btw, makasih ya Makkkk :)))

      Delete
  3. termakasih pembahasannya, sangat menarik sekali..

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.