Olimpiade Indonesia Cerdas, Acara Edukatif Bernilai Lebih



credit


Sejak dulu saya selalu suka dengan acara televisi yang berbau kuis atau cerdas cermat dan sejenisnya. Saya suka acara-acara seperti ini karena mengasah kemampuan berpikir, entah itu tentang pelajaran sekolah atau tentang pengetahuan umum. Meski hanya sebagai penonton, saya ikut mengambil pelajaran dan pengetahuan dari acara-acara semacam ini.

Kalau dulu pernah ada acara “Who Wants To Be A Millionaire” di RCTI atau “Kuis Siapa Berani” di Indosiar. Meski keduanya formatnya sangat berbeda, tapi intinya sama-sama mengasah kemampuan berpikir. Sedangkan untuk anak-anak SMA pernah ada tayangan “Kuis Digital LG Prima” di Indosiar, yaitu acara sejenis cerdas cermat tapi dikemas dengan lebih kreatif. Untuk acara yang tersebut terakhir ini saya hampir tak pernah absen untuk menonton setiap episodenya. Itu acara favorit saya waktu masih SMEA, karena kan memang pas banget dengan usia saya saat itu. (Belakangan saya baru tahu kalau ternyata acara ini pernah tayang juga di Everyday TV dan NET TV). 

Dan sekarang, ketika ada acara sejenis “Kuis Digital LG Prima” itu, ternyata antusias saya tetap sama! Iya, mulai tanggal 29 September 2014 lalu, ada acara yang namanya “Olimpiade Indonesia Cerdas (OIC)” yang tayang di Rajawali Televisi (RTV). Acara ini merupakan ajang cerdas cermat tapi dikemas dengan lebih modern dan menghibur. Yey, itu acara favorit saya saat ini! Hehehe… Padahal sebelumnya, sejak punya anak, saya hampir nggak pernah mengkhususkan diri nonton tivi, maksudnya mantengin tivi lebih dari 10 menit. Tapi sekarang… saya bela-belain nonton tivi selama satu setengah jam, sambil kupas-kupas bawang atau mempersiapkan sayur untuk besok paginya :D. Dan untungnya, anak saya mau mengalah untuk ikut menontonnya! (soalnya di jam itu juga lagi nggak ada acara yang menarik untuk anak-anak balita. Yes! :D ). 


Salah satu tayangan episode OIC


OIC merupakan acara cerdas cermat untuk tingkat SMA. Namun untuk saat ini SMA-SMA yang ikut serta adalah SMA dari wilayah Jakarta dan sekitarnya saja. OIC tayang setiap hari mulai Senin hingga Jumat, pukul 19.00 sampai 20.30 WIB. Acara yang dipandu presenter keren Nirina Zubir ini dikawal pula oleh 3 orang panelis yang nggak kalah keren. Mereka adalah Ira Koesno, Shahnaz Haque, dan Erwin Parengkuan. Namun di setiap episodenya hanya dua panelis yang tampil secara bergantian. 

Siapa yang tak tahu Nirina Zubir? Kita mengenalnya sebagai presenter, aktris, sering nongol di berbagai iklan produk, dan lain-lain. Kalau ingat Nirina, yang terbayang di pikiran saya adalah sosok yang lincah dan smart :). Lalu para panelis, kemampuan mereka juga tak diragukan lagi. Ira Koesno, saya mengetahuinya sejak dia menjadi presenter hebat di "Liputan 6 SCTV" beberapa tahun yang lalu. Sekarang ternyata dia berkecimpung di dunia media & PR practicioner. Sedangkan Shahnaz Haque, pasti kita semua sudah tahu siapa dia. Dia dulu juga yang menjadi presenter “Kuis Digital LG Prima” di Indosiar, lho. Jadi dia memang sudah tak asing di dunia pendidikan termasuk kompetisi seperti OIC itu. Yang terakhir Erwin Parengkuan, dia adalah public speaker, presenter, writer & entrepreneur. Demikian yang tertulis di akun twitternya. Kita tentu juga sudah sering melihatnya di layar kaca televisi. 


Nirina Zubir bersama Ira Koesno dan Shahnaz Haque :D

Erwin Parengkuan dan Ira Koesno


Dengan presenter dan para panelis keren itu, tentu saja menambah daya tarik OIC. Mereka memang bukan sekadar public figure, tapi lebih dari itu, mereka bisa memberikan contoh yang positif terutama untuk para generasi muda Indonesia. Ya, minimal melalui komentar-komentar, masukan, atau kritik yang membangun untuk para peserta OIC. 

Untuk konten OIC sendiri, menurut saya sudah lumayan bagus. Semua materi pelajaran ada, dari matematika hingga pengetahuan umum. Tiap babak dibuat tidak monoton dengan variasi nilai yang bisa dikumpulkan peserta. Hanya saja di dua babak terakhir, yaitu babak “Kotak-Katik” kadang bosen denger Nirina yang mengulang-ulang pertanyaan yang sudah pernah dibuka tapi belum terjawab. Menurut saya, nggak usah diulang lagi kali ya, pembacaan soal untuk kotak yang sudah pernah dibuka. Peserta dikasih waktu lebih lama sedikit saja untuk menjawab. Kasihan presenternya juga :). 


Nilai Plus 
Selain memperhatikan setiap pertanyaan yang dilemparkan Nirina, saya juga menikmati setiap masukan dari para panelis untuk adik-adik peserta. Menurut saya, inilah nilai plus dari OIC. Acara ini tak hanya bermuatan kompetisi, mengasah otak, menghibur, tapi juga memberikan masukan yang membangun bagi para peserta yang notabene masih labil, masih dalam masa pencarian jati diri. Masukan-masukan yang diberikan biasanya lebih banyak pada sisi emosional dan pengembangan diri. So, masukan-masukan dan kritik untuk mereka sangat penting, yang berguna bagi pengembangan diri mereka dan untuk kebaikan masa depan mereka. 

Tapi kadang saya kurang setuju dengan masukan-masukan yang disampaikan secara “pedas”. Entah, ya, mungkin karena saya memang tipe orang yang lebih suka dengan kata-kata yang lebih lembut, dan ingin pula bersikap demikian kepada orang lain. Jadi ketika mendengar komentar pedas, saya kok jadi kurang sreg. Seperti kritikan Erwin yang ditujukan pada salah satu peserta ini: 
“Kalau salah ya diam saja, nggak usah ketawa atau senyum-senyum. Anak cerdas tidak seperti itu!” 
Atau masukan Ira Koesno: 
“Dari tadi Anda hanya diam, tidak ikut menjawab. Anda itu hanya follower...” 

Oh, my God… Jleb banget rasanya.. Dan itu disampaikan di depan umum, lho! Bagi yang kuat mental, mungkin kritikan seperti itu bisa sebagai cambuk untuk lebih baik lagi. Tapi bagi mereka yang mudah jatuh, apakah nggak tambah down, tuh? 

Begitu juga ketika Erwin mengkritik salah satu peserta dari SMAN 13 Jakarta, menurut Erwin si adik ini terlalu percaya diri, kepedean. Padahal, menurut saya dia itu semangat banget, dan terlihat banget dia anaknya cerdas. Coba lihat matanya yang berbinar-binar penuh nyala semangat, Mr. Erwin! :)
(Oiya, saya memang salut banget sama tim dari SMAN 13 ini. Mereka dari SMAN tapi penampilannya islami banget, lho, pakai peci! Berani tampil beda, gitu loh... :). Selain itu tentu saja karena mereka cerdas banget, nilai-nilai yang mereka kumpulkan selalu tinggi).


Para peserta bersama panelis. Saya salut pada tim SMAN 13 (yang berpeci dan berjilbab)


Saya lebih suka kalimat-kalimat yang membesarkan hati, seperti yang dikatakan Shahnaz Haque pada peserta yang harus pulang dengan kekalahan ini: 
“Suatu hari nanti saya akan mengajak anak saya pergi ke luar negeri, lalu mampir ke kantormu. Saya ingin anak saya belajar bagaimana menjadi diplomat hebat sepertimu!” 

Saya pikir, kalimat-kalimat positif seperti itu akan membangkitkan semangat, memotivasi. Saya pribadi, sih, lebih suka dengan kalimat yang positif dan menghibur seperti itu, karena lebih bisa membesarkan hati adik-adik peserta. Saya sendiri memang sedang terus berusaha mendidik anak-anak saya dengan kata-kata dan tingkah laku positif, sehingga saya lebih setuju dengan apa yang dilakukan Shahnaz. 

Tapi memang tiap orang punya cara mendidik yang berbeda, ya. Dan di acara-acara seperti OIC ini mungkin dibutuhkan panelis-panelis yang beda karakter, agar masukan-masukan untuk para peserta pun beragam. 

Overall, acara Olimpiade Indonesia Cerdas (OIC) di RTV ini memang keren. Ya iyalah… kalau menurut saya nggak keren, ngapain juga saya rajin nonton tiap hari selama satu-setengah-jam! Hehehe…. 
Meski keberhasilan seseorang kelak tidak hanya diukur dari kecerdasan intelektualnya seperti pada kompetisi ini, tetapi setidaknya acara yang bermuatan unsur edukatif seperti ini baik bagi generasi muda. 
Oiya, sampai tulisan ini dipublish, OIC masih sampai pada episode ke-28, masih di babak penyisihan ke-3. Wah, masih panjang, ya, perjalanannya :).

Salam edukasi :)


*Foto-foto dari: https://twitter.com/oicRTV


4 comments

  1. saya juga masih suka nonton mak, sekalian nge refresh pelajaran waktu sekolah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah... toss dulu, ah :)
      iya bener, sambil nge-refresh pelajaran dan kenangan jaman SMA #eh :)

      Delete
  2. acara yang patut didukung terus ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju.. daripada acara-acara musik atau sinetron yang kurang mendidik, ya? hehe...

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.