Mungkin kau telah tahu siapakah aku
namun aku pun tahu, ketahuanmu itu
dengan sedikit meragu
Andaipun kau telah tahu, dengan keyakinanmu
maka maafkanlah aku
sebab dinginnya kalbuku
telah merayuku
Dan andai kau telah mengenalku dengan senyatanya,
maka biarkanlah aku memohon dengan papa:
dirimu bersikap apa adanya
seolah tak terjadi apa-apa, antara kita
cukuplah di dunia maya, semua ini terbina
sebab dalam dunia nyata, sungguh,
harus pula ada batasan nyata, dalam pergaulan kita
sebagai umat yang punya syari’at utama
Islam yang mulia
dari sini |
Inilah aku yang datang dengan segenap kehendak
namun itu semua bukanlah nilai mutlak, bisa ditolak!?
bila kau pun ada lain kehendak
maka apakah aku pantas bersedih bahkan mungkin hingga
terisak?
Entah kenapa rasa itu semakin memudar
mungkin pondasi persahabatan ini telah pula terpendar
laiknya puzzle-puzzle yang saling terpencar
(tapi ada puzzle yang bisa ditata dalam sebentar?)
Kucoba menghapus semua bayang kelam
yang menusuk hatiku yang terdalam
(tentangmu yang aku paham)
Mungkin inilah saatnya aku tiba di lampu kuning
dari perjalanan panjangku yang begitu hening
di antara hiruk pikuk pejalan di depan belakang dan samping
untuk selalu berhati-hati dalam pergaulan yang bising
Tapi untuk sekedar kau tanam dalam pikiran
di sinilah aku, orang yang masih bertahan
mencitrakanmu sebagai seorang teladan
dengan segala kekurangan
sebab manusia (jelas!) bukanlah Tuhan
Kurasa awal persahabatan selama ini begitu indah
bila kau pun mengakuinya dengan sedikit merendah
tapi telah ke manakah entah
awal persahabatan yang kukira akan berbuah
mungkin pucuk yang dulu mulai bersemi kini telah patah...
Beribu maaf kuhaturkan, atas segala kekhilafan
bertumpuk rasa terima kasih aku persembahkan,
atas segala kebaikan dan pengetahuan
yang telah dengan indah kau sodorkan
untuk sebuah: awal dan (mungkin) akhir persahabatan(Surabaya, April 2007)
*tulisan lama, dari secuil cerita*
kereeen mbak...dirimu jago puisi juga....siip deh, btw, posting di kompasiana mba...:-)
ReplyDeleteemoh ah mbak... ntar ada seseorang yang baca bisa nutup muka pake wajan saya :D
ReplyDeleteha ha...ya gpp to mba...kan tinggal ambil wajan di dapur...:D
Deletebnr kata mbak Nunung puisinya kereen...........
ReplyDeletemakasih mbak Tizara :) puisi jadi-jadian waktu masih kuliah tuh :D
Deletesalam kenal....
ReplyDeletePuisinya keren lo....
salam kenal kembali, Mbak Emeylia.. makasih... tapi heran juga, kenapa pada bilang keren ya? dulu sih iya berasa kereeeenn banget, tapi sekarang kayaknya biasa aja tuh, hehhehe... soalnya saya juga ga begitu paham soal puisi :)
Deletebtw, makasih ya mbak udah mampir :)