Sudah bukan hal yang langka lagi sekarang ini, jika kita mendengar
pernikahan yang diawali dengan kehamilan pihak perempuan sebelum pernikahan itu
sendiri terjadi. Ya, Married by Accident (MBA). Tragis. Jika beberapa
tahun yang lalu peristiwa semacam ini masih sangat tabu di dalam masyarakat
Indonesia, sekarang ini MBA sudah menjadi hal yang lumayan lumrah.
Ada dua kemungkinan terjadinya kehamilan pihak perempuan. Apakah
kedua pihak (laki-laki dan perempuan) melakukan hubungan intim karena suka sama
suka atau dikarenakan salah satu pihak terpaksa melakukannya. Biasanya, dalam
kasus yang kedua ini pihak perempuan yang dipaksa melakukannya (baca:
diperkosa). Namun, baik karena suka sama suka atau karena terpaksa melakukan
hubungan suami istri itu, kedua kasus di atas merupakan ‘kecelakaan’ sebelum
pernikahan terjadi.
Ada perbedaan pendapat bagaimana sikap yang harus diambil jika
pihak perempuan hamil sebelum menikah. Apakah boleh menikah sebelum anak yang
dikandung lahir? Atau harus menunggu hingga bayinya lahir? Keduanya sah menurut
pandangan yang berbeda. Bila mengacu pada Kompilasi Hukum Islam (KHI: himpunan
hukum materiil Islam di Indonesia), dibolehkan menikah sebelum bayinya lahir. Tetapi
menurut banyak ulama yang lain, pernikahan harus dilangsungkan hanya setelah
bayi yang dikandung pihak perempuan lahir, artinya harus menunggu masa iddahnya
(masa tunggu) selesai. Kedua perbedaan pendapat ini masing-masing memiliki
alasan yang kuat dalam mengambil putusan bagi pernikahan yang diawali dengan
‘kecelakaan’. Namun di sini penulis tidak akan membahas masalah tersebut. Wallahu
‘alam.
Sebenarnya apa yang menyebabkan peristiwa MBA akhir-akhir ini meningkat?
Mungkin Anda punya jawaban yang hampir sama. Tatanan sosial yang kini semakin
longgar memberi kesempatan muda-mudi untuk bergaul bebas. Pun rasa malu kini
kian menjauh dari wajah-wajah pelaku zaman. Dahulu, muda-mudi biasanya pulang
paling malam pukul sembilan, tapi sekarang? Mungkin pukul 24.00 baru pulang
dari clubbing, bermalam mingguan, dan lain-lain. Orang tua kadang
memberikan kepercayaan kepada anak yang berlebihan, tanpa kontrol yang baik.
Anak dibiarkan berkumpul bersama teman-temannya, dengan alasan belajar bersama,
atau bahkan mungkin karaoke sampai larut malam, dibiarkan bebas berboncengan
laki-laki dan perempuan, dan lain sebagainya. Alhasil anak cenderung
memanfaatkan kelonggaran aturan itu untuk kepentingan kebebasan pribadinya.
Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua? Dan mengapa
orang tua? Karena orang tua lah yang paling mengerti karakter anak-anaknya,
yang tahu kebiasaan anak-anaknya, yang bisa mengarahkan anak kepada jalan yang
benar. Mungkin anak muda sekarang lebih dekat kepada teman-teman mereka, namun
dari temanlah kadang bencana itu bisa terjadi. Anda sebagai orang tua ataupun
calon orang tua, hendaklah mempunyai tips-tips bagaimana mengatasi masalah MBA
ini, bagaimana supaya perbuatan yang melanggar agama itu tidak menimpa
anak-anak kita. Berikut beberapa tips yang bisa penulis sampaikan untuk
meminimalisir MBA:
1. Pakailah
ajaran agama
Islam
telah mengajarkan pada umatnya untuk menjauhi perbuatan zina. Dalam QS.
Al-Isra’ ayat 32 Allah SWT berfirman: “Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya
zina itu adalah perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.”
Mendekati di
sini artinya melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengarahkan seseorang
untuk berzina, diantaranya di zaman sekarang ini: berboncengan laki-laki dan
perempuan yang bukan mahram, berpandang-pandangan, berduaan dengan lawan jenis,
pacaran, dan sebagainya. Jika anak-anak kita terhindar dari perbuatan-perbuatan
tersebut, insya Allah mereka akan selamat dari perbuatan yang layaknya hanya dilakukan
pasangan suami istri.
Yang lebih
penting lagi, bekali mereka dengan ilmu agama dan akhlak yang baik. Ingatkan
pada mereka bahwa semua perbuatan mereka ada yang mengawasi, harus bisa
dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Sehingga setiap langkah mereka akan
senantiasa dibayangi dengan rasa tanggung jawab.
2. Jangan
pernah putus memberikan kasih sayang kepada anak
Hal
yang tak kalah penting bagi anak-anak kita selain agama adalah kasih sayang.
Dengan kasih sayang yang penuh, mereka akan merasa berarti dan mempunyai tanggung
jawab untuk memberikan imbal balik kepada kita sebagai orang tua. Mereka dengan
sendirinya akan berlaku baik karena curahan kasih sayang kita.
3. Jalinlah
kedekatan dengan anak sedari kecil
Kedekatan
dengan anak tak bisa dibangun dalam waktu singkat. Alangkah baiknya jika
kedekatan kita dengan mereka telah terjalin sejak mereka masih kecil, sehingga
kedekatan emosi itu ada. Dengan kedekatan emosi insya Allah anak tidak mudah
untuk menjadi seorang pemberontak. Anak cenderung menjadi penurut akan kata-kata
orang tua.
4. Pilihlah
lingkungan yang baik bagi anak
Pemilihan
lingkungan yang positif saat anak/remaja bersekolah atau bermain sangatlah
penting. Pilihlah sekolah yang agamis, berkualitas, baik dalam kualitas
kurikulum maupun para pendidiknya. Dengan kurikulum dan pengajar yang baik,
insya Allah anak/remaja terhindar dari pergaulan yang mengkhawatirkan di
sekolahnya.
Pilihlah
lingkungan rumah yang jauh dari lingkungan yang tidak terdidik. Karena
pergaulan sehari-hari yang tidak terdidik/tidak baik juga bisa menjerumuskan
anak/remaja pada perbuatan-perbuatan yang tidak kita inginkan.
5. Biasakanlah
anak mengonsumsi informasi yang positif
Di
zaman modern seperti sekarang ini anak/remaja bisa mendapatkan informasi dari
mana saja dengan mudah, di mana informasi-informasi itu bercampur-baur tidak
memisahkan mana yang layak dikonsumsi anak-anak atau dewasa. Bisa melaui buku
bacaan, koran, televisi, radio atau internet. Informasi mengenai ML (making love), persalinan, atau
bahkan aborsi, bisa mereka dapatkan dengan mudah. Hal-hal seperti ini
sebenarnya juga berguna, tapi bagi anak-anak atau remaja pasti belum saatnya
mengonsumsi informasi-informasi seperti itu.
Sejak kecil
biasakanlah mereka mengonsumsi informasi yang positif. Dampingi mereka.
Sehingga mereka tidak akan menyalahgunakan pengetahuan tersebut untuk hal-hal
yang tidak bertanggung jawab.
Selanjutnya, apakah dengan upaya-upaya tersebut remaja kita pasti
akan selamat dari perbuatan maksiat, hamil di luar nikah? Bisa saja mereka
‘kepleset’, jatuh dalam lobang itu. Naudzubillahi min dzalik. Semoga
kita terhindar dari bahaya tersebut. Namun, Anda tak perlu khawatir. Sebenarnya
upaya terdepan kita adalah, selalu menyertai mereka dengan do’a kepada Allah
SWT. Memohon kepada-Nya agar selalu melindungi mereka dari segala perbuatan
dosa.
Demikian, semoga bermanfaat.
No comments
Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.